25 Maret (Hari pertama bagi Touma)
Setiap orang pasti memiliki mimpi buruk. Setiap orang pasti memiliki mimpi yang indah. Namun bagi Touma, dia hanya punya satu mimpi. Mimpi buruk yang selalu membuatnya terbangun dan bertanya-tanya apa yang terjadi sebelumnya.
Pagi ini, setelah terbangun karena mimpi buruknya, Touma menjalani rutinitasnya seperti biasa. Seperti biasa disini dimulai dari duduk di tempat tidur, bertanya-tanya dia sedang dimana. Dia akan menoleh ke jendela yang masih tertutup tirai. Lalu dia akan menoleh ke lemari di kamarnya.
Sebuah kertas besar ditempel disana dengan selotip bening. Ditulis dengan kuas, kertas itu berisi pesan untuk Touma.
"Namaku Ishikawa Touma. Aku bekerja di Coffe Shop Kalimeris, tepat di bawah kamarku. Pria yang rambutnya dikucir adalah pamanku, Saotome Ryo. Memoriku terhapus setiap pagi."
Memoriku terhapus setiap pagi.
Begitu ya. Pantas saja aku tidak mengingat apapun.
Sambil mengingat-ingat isi pesan di kertas itu, Touma beranjak ke kamar mandi. Ingatannya mungkin terhapus setiap pagi. Namun Touma ingat ketika dia kecil. Ingatan itu samar dan terasa menyakitkan saat dia mencoba memperjelas gambarannya.
Di dalam ingatan kabur itu dia memiliki orangtua dan paman. Pamannya yang berambut panjang, yang bekerja sebagai pengrajin washi, kertas tradisional.
Lalu... Coffee Shop Kalimeris? Apa itu? Apa itu cafe milik pamannya? Ternyata paman sudah berhenti jadi pengrajin ya?
Touma beranjak dari kamar mandi, masih membasuh rambutnya. Dia berhenti di depan kaca sambil memakai baju. Lemarinya punya banyak kemeja putih dan celana hitam. Apa ini seragam cafe milik pamannya?
Oh, ada post note di dinding lemarinya.
"Ini seragam Kalimeris. Apron-nya ada di bawah ya. Paman."
Tanpa banyak bertanya, Touma segera memakai kemeja putih itu dan celana hitamnya. Dia menyisir rambutnya dengan tangan. Touma merasa kalau menyisir rambutnya dengan sisir tidak akan ada pengaruhnya. Rambutnya sedikit kasar dan mengembang. Tipe rambut yang sulit untuk diatur.
Pakaian sudah rapi. Wajah tidak mengantuk lagi. Rambut... ya sudahlah. Toh tidak bisa dirapikan.
Di depan pintu keluar, Touma menemukan post note lagi.
"Kalimeris punya tiga pegawai lagi. Inoue Kou, yang pendek dengan telinga ditindik, ps: dia mantan yankee. Yoshino Miyo, satu-satunya perempuan, ps: dia itu dingin sekali orangnya, dan Ono Yusei, paling tua dan paling ramah."
Jadi Touma harus berhadapan dengan tiga orang yang tidak dikenalnya. Mereka mungkin mengenal Touma, namun Touma tidak memiliki ingatan apapun tentang mereka.
Touma pun menarik nafas dan membuka pintu kamarnya. Dia segera disambut oleh harum kopi dan bunyi kelontangan di lantai bawah. Touma berjalan sambil mengingat-ingat pesan yang ditulis di lemari-nya. Pesan yang memberitahunya kalau dia bekerja di Kalimeris, sebuah coffee shop yang tidak diingat Touma.
Dia menuruni tangga melingkar. Suara langkahnya berkelotak di lantai marmer yang sudah pudar. Pegangan tangganya terbuat dari besi dan rasanya dingin sekali. Touma menyipitkan mata, mencoba menebak cuaca di luar dari kaca patri besar yang membentuk mozaik bunga aster.
Mendung ya?
Touma menarik nafas, sedikit terbatuk oleh udara dingin yang dihirupnya. Dia meneruskan langkahnya dan langsung diakhir tangga dia disambut tumpukan kardus yang berjalan sendiri. Oh, maaf, ternyata ada orang yang membawanya. Touma mundur selangkah, membiarkan orang itu lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
24 Hours
RomanceSebuah catatan harian Ishikawa Touma. Dengan kondisi anterograde amnesia-nya, Touma terlahir kembali setiap 24 jam dalam dua tahun terakhir. Terbangun tanpa ingatan, hidup Touma berputar di sebuah coffee shop kecil bernama Kalimeris. Touma mungkin t...