28 Maret (Hari pertama bagi Touma)
Cuaca hari ini bagus sekali. Touma sampai berlama-lama membuka jendelanya dan menghirup udara segar. Apalagi ketika melihat kuncup-kuncup bunga kalimeris di bawah yang sudah mulai bermekaran.
Aku akan menyirami bunga sebentar sebelum sarapan, batin Touma.
Dia segera bersiap dan turun ke bawah. Setelah sapaan pagi yang kikuk dengan paman dan pegawai lainnya, Touma pergi keluar untuk menyiram bunga. Di bukanya keran air dan dia mengambil selang dengan semprotan, hati-hati agar tidak mengotori seragamnya. Touma meraih satu bunga kalimeris yang sudah mekar sempurna.
Rasanya aku pernah melihat bunga ini, batin Touma.
Touma mendongak, memicingkan mata menatap pantulan sinar matahari di kaca patri bangunan ini. Di samping coffee shop, ada sebuah dinding yang dihiasi kaca patri dari bawah sampai ke lantai dua. Kalau dilihat dari dalam, itu adalah tangga menuju kamar-kamar yang ada di lantai dua.
Pasti gedung coffee shop ini adalah bangunan lama. Batu bata cokelat yang menyusun bangunan ini sudah berlumut di beberapa sisi. Di kiri kanan kaca patri sudah dirambati oleh tanaman hingga ke atas. Touma mengarahkan air ke tanaman merambat itu. Morning glory berwarna magenta dan nila. Bunga-bunga-nya bermekaran di pagi hari hingga pukul sepuluh pagi.
Warna bunga-nya membingkai kaca patri itu dengan cantik. Kaca patri yang menyusun gambar bunga kalimeris.
"Cantik ya," gumam Touma.
Dia kembali menyipitkan mata ketika sinar matahari memantulkan cahaya-nya melalui kaca patri. Touma menghela nafas dan mematikan keran. Bunga-bunganya sudah disiram semua. Pasti mereka akan bermekaran dengan cantik.
"Walau aku lupa pernah merawat kalian, tolong tumbuh dengan cantik ya," gumam Touma di depan rumpun kalimeris itu.
Touma kembali ke dalam dan mencuci tangannya hingga bersih. Saotome berseru padanya kalau sarapan sudah tersedia di meja pantry seperti biasa. Sarapannya berupa pancake mapple dengan potongan buah berry dan pisang.
"Itadakimasu," gumam Touma sebelum makan.
Sambil makan, Touma memperhatikan kesibukan di dalam coffee shop hangat ini. Omong-omong, pancake-nya luar biasa lezat.
Pamannya, pria berkacamata bingkai tipis dengan rambut dikucir rendah, sedang mengecek barang dari papan jadwalnya. Lalu, satu-satunya perempuan disini, Yoshino Miyo, perempuan dengan rambut tipis yang dikuncir rapi ke belakang. Dia sedang berada di dapur, membuat puluhan sandwich dengan cepat. Dan yang terakhir, pegawai paling tua, Ono Yusei. Sudah dua kali Touma melihat-nya bolak-balik mengantar kardus berat berisi bahan makanan.
Rasanya ada yang kurang.
Menurut catatan di pintu-nya, ada tiga orang pegawai disini. Satu orang lagi... pegawai termuda yang mantan yankee itu. Inoue Kou? Touma tidak melihatnya dari tadi. Wuah, dia mantan yankee ya? Apa dia anak berandalan yang mengerikan itu?
"Saotome-san, kita kekurangan susu kotak dan telur," kata Miyo, keluar dari dapur membawa satu nampan penuh berisi sandwich.
"Eh? Sudah kubeli kok. Ya kan, Ono-san?" kata Saotome pada Ono.
"Mari kita lihat, susu kotak dan telur... harusnya sudah ada," kata Ono, membuka kardus yang di bawanya.
"Eh, tidak ada," katanya kemudian.
"Gawat," Saotome menarik nafas dengan dramatisir berlebihan.
"Untuk telur, masih ada satu papan lagi. Namun aku butuh separuhnya untuk membuat sandwich telur. Kita akan kekurangan telur kalau ada yang memesan pancake dan waffle. Dan untuk susu kotak... tinggal satu kotak dan isinya separuh," kata Miyo sambil mengecek susu kotak di lemarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
24 Hours
RomanceSebuah catatan harian Ishikawa Touma. Dengan kondisi anterograde amnesia-nya, Touma terlahir kembali setiap 24 jam dalam dua tahun terakhir. Terbangun tanpa ingatan, hidup Touma berputar di sebuah coffee shop kecil bernama Kalimeris. Touma mungkin t...