5

6 3 0
                                    


29 Maret (Hari pertama bagi Touma)

"Yo," sapa pemuda berambut hitam di depan Touma.

Dia baru saja masuk siang ini dan langsung bertemu dengan Touma. Dia mengenakan bomber jaket navy silver dengan bordiran harimau di belakangnya. Dia juga mengenakan celana jins robek-robek dan sepatu kets yang sepertinya dicat ulang dengan pilox.

Sambil menggaruk rambutnya yang acak-acakan, dia meringis di depan Touma.

"Yah, mau bagaimanapun penampilanku, Touma-san tidak ingat ya kan," gumamnya.

"Eh, itu... Inoue... Kou?" tanya Touma takut-takut.

Tadi pagi dia sudah menyapa pamannya, yang kelihatan kurang tidur dan melamun di depan kopinya hingga dingin. Lalu ada Ono-san, yang masuk dengan suara dan tubuh besarnya. Dia membawa satu kotak susu krim dan menyusunnya di dapur. Selain mereka, ada satu-satunya perempuan, Miyo, yang sudah sibuk di dapur sejak Touma turun tadi.

Harusnya ada satu lagi, pegawai termuda yang mantan yankee itu. Dia berdiri di depan Touma sekarang, dan penampilannya normal. Kecuali pakaiannya.

Pemuda itu melebarkan matanya. Mulutnya membentuk huruf O yang besar.

"Wuoh! Touma-san mengenaliku?" seru pemuda itu.

"Anu, ada catatan Paman, eh, Saotome-san di pintu, jadi..." kata Touma, terbata menjelaskan ceritanya.

"Catatan? Oh, yang ditulis Sachou ya. Yah, tidak apa-apa. Pokoknya, pakabar? Hari ini baik-baik saja? Kudengar cuaca buruknya luar biasa loh, aku saja hampir terlambat ujian. Tapi ujianku lancar berkat bantuan Touma-san!" ceritanya ceria sambil melepas jaketnya.

"Bantuanku?" tanya Touma sambil mengerutkan dahinya.

"Ah, Touma-san membantuku belajar untuk ujianku. Touma-san juga meminjami-ku buku-buku. Yah, aku terbantu sekali! Terima kasih, Touma-san!" ujarnya sambil membungkuk.

"Err... doumo," kata Touma, tidak tahu harus bereaksi apa.

Inilah kegiatan yang paling dibencinya. Dia benci kalau ada orang yang tiba-tiba menyapanya tanpa Touma kenal dan langsung bercerita tentang masa lalu. Walau hanya sehari, Touma tidak ingat apapun tentang itu.

Mau marah, rasanya bukan tindakan yang pantas. Touma hanya tersenyum singkat, menandakan ketidaktahuannya, dan beranjak pergi.

"Jja, aku ganti baju dulu," kata Kou santai.

Lalu tiba-tiba dia mundur lagi.

"Sachou dimana?" tanyanya.

"Sachou? Oh, Paman Saotome? Tadi dia menelepon di gudang," jawab Touma.

"Sou ka. Oh, Miyo-san?" tanyanya lagi.

"Miyo-san sedang menghias tartlet di dapur," jawab Touma.

"Wuah! Hari ini menu-nya tartlet ya! Yosha! Aku mau coba satu!" serunya sambil pergi ke dapur.

Touma menghela nafas dan kembali bekerja. Seharusnya dia tadi tetap di dapur untuk mencuci piring, namun tidak ada orang lagi untuk berjaga di depan. Miyo sibuk membuat tartlet. Saotome sibuk menelepon, ponselnya tidak berhenti berdering dari tadi. Ono juga sudah menghilang sebelum jam makan siang.

Hari ini cukup banyak pengunjung yang datang ke Kalimeris. Bisa dilihat dari etalase kue yang habis dengan cepat. Padahal, saat baru dibuka tadi, ada tiga nampan sandwich dan dua nampan croissant almond. Baru lewat jam makan siang, Miyo sudah membuat dua nampan sandwich lagi dan croissant almond-nya baru habis ketika pengunjung terakhir membeli dua croissant almond dan dua iced coffee.

24 HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang