Part 8

65 2 0
                                    

Shilla sudah terjaga dari tidurnya, gadis itu bukannya rajin bangun pagi tapi karena hari ini gabriel akan menyusulnya ke sini, dia harus menyambut sahabatnya itu, bagaimana tidak dia sudah sangat merindukannya, banyak hal yang ingin ia ceritakan kepadanya, shilla tersenyum menatap dirinya di pantulan cermin, lalu berlalu turun ke ruang tengah.

"Pagi cakka" sapaku saat melihat cakka sedang menyiapkan sarapan untuk yang lain.
"Pagi shill, tumben kmu bangunnya cepet"
"Iya dong, hari ini kan gabriel dateng nyusul kita, jadi gua harus nyambut dia."
"Oohh, yaudah sarapan aja dulu, gua mau beresin dapur dulu" kata cakka dan ia pun berlalu.

Terkadang banyak hal yang harus di sembunyikan bukan karena takut mengungkapkan, hanya saja jika itu di ungkapkan akan menghilangkan senyum yang telah tersebunyi itu kembali bersembunyi.

***
Shilla mengunya sarapannya itu sambil tak hentinya senyum mengembang di bibir tipisnya, sivia yang melihat itu sudah mengerti dan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Eh shill lo kesambet ya, dari tadi senyum-senyum mulu kaya orang gila lo" cerca rio.
"Rioo ihhh" kata ify dan berhasil mencubit pinggang rio
"Apasih fy"
"Udah udah jangan berantem, bodo lah rio, serah lo mau bilang apa yang penting gua seneng hari ini" cerca shilla.
"Emang gabriel dateng jam berapa shill ?" tanya cakka.
"Satu jaman lagi kayaknya cakk"

Hening, semua berada di alam pikiran mereka masing-masing, hanya suara garpu dan sedok yang sesekali terdengar.
"Jadi hari ini kita mau ngapain ?" Tanya ify memecahkan ke heningan.
"Aku nungguin gabriel sama via" jawab shilla santai.
"Gua sama rio mau keliling kebun teh doang, cari inspirasi" jawab cakka seadahnya.
"Terus gua kemana ? gua ikut sama kalian ya Cakk"
"Boleh, ikut aja"
"Ngapain sih, nyusain aja nanti" cerca rio.
"Udah nggak papa, biarin dia ikut aja, lo juga suka klo ify ikut."
"Cieeee rio suka ify nih."
"Apasihh lo pada, nggak jelas" jawabnya lalu berlalu nyelonong ke dapur.

***
Dua laki-laki dan satu gadis yang tengah di gendong itu berjalan menyusuri kebun teh sambil tertawa, tetapi beda dengan laki-laki yang menggendong seorang gadis itu, ia memancarkan raut tak suka.
"Udahlah rio berhentilah cemberut seperti itu, kan kasian ify nggak bisa jalan di bebatuan kayak gini"
"Kan gua udah bilang nggak usah ikut, nyusahin aja lo, berhenti ketawa deh lo berdua, lo juga gua turunin nih" ancam rio
"Hahahhaha yayaya, sorry rio but thanks you"
"Nanti pas pulang gua aja yang gendong ify"
"Nggak usah, gua aja" tambah rio.

Seulas senyum mengembang di bibir ify, dia tau rio sangat menyebalkan tapi bisa kalian liat sendiri, dia tetep ngelakuinnya. Cakka yang menyaksikan hal itu hanya bisa ikut tersenyum, setidaknya sahabatnya yang satu ini udah mau ngebuka hatinya untuk orang yang baru dan mungkin saja mereka mempunyai perasaan yang sama.

Sampai di sebuah kedai teh di pertengahan kebun teh itu cakka, rio dan ify duduk menikmati kebun teh yang luas itu sambil menikmati segelas teh hangat, di cuaca dingin seperti ini memang menikmati teh hangat sangatlah sesuai.
"Jadi lo nggak mau ngungkapin perasaan lo ke shilla ?" tanya rio, ify yang mendengar itu sudah tau kalau sahabatnya yang satu ini menyimpan rasa ke shilla dari awal saat ia selalu menganggui shilla.
"Belum waktunya yo, bagaimana pun shilla kayaknya menyukai orang lain, gua nggak mau aja nanti gara-gara hal ini, senyumnya hilang lagi."
"Tapikan lo yang balikin senyum shilla setelah beberapa bulan ini kka" tambah ify.
"Yang kita liat nggak selamanya menunjukkan kebenaran, ada kalannya ia menyembunyikan hal itu untuk membuat orang di sekitarnya seolah percaya bahwa ia telah kembali, gua pernah liat dia menangis saat kita semua keluar jalan-jalan, dia belum sepenuhnya bangkit, tapi semalem gua baru nyaksiin senyum tulus, tawa lepas yang benar-benar dia keluarin dan itu bukan karena gua, melaknkan karena orang lain yang lebih dulu berada di sisi dia"
"Sabar ya bro, yakinlah jika nanti lo punya kesempatan lo bakal bersama shilla"
"Ify baru tau kalau cakka seperhatian  ini sama shilla, semoga shilla bakal cepet peka ya kka"
"Jadi ini alasan lo ngajakin rio buat ke kebun teh biar lo nggak liat gabriel dan shilla ketemu untuk pertama kalinya lagi ?"
"Begitulah, gua nggak kuat liat adegang yang bisa bikin hati iki tambah sakit fy"

Senyum kecut itu tergambar jelas di wajah cakka, rio dan ify hanya bisa menepuk pundak sahabatnya itu, ia bisa melihat bertapa mencintai diam-diam itu sangat menyiksa.

***
Sedangkan di villa tempat mereka menginap beberapa hari ini terlihat shilla yang sudah mulai bosa menunggu, buktinya dia udah gelisah di sofa ruang tamu villa itu, terlihat dia beberapa kali membolak balik in majalah itu tanpa teratur.
"Via, menurut lo gabriel bakal dateng nggak sih ? ini udah lewat sejam tapi dia belum nyampai2 juga" cerca shilla.
"Mungkin macet kali shill, positifthinking aja, bentar lagi kali dia datang"
"Huft, iya dehh"
Shilla yang mulai bosan dengan aktifitas menunggu itu merebahkan badannya di sofa sambil memainkan kuku-kuku jarinya, tak lama berselang ia sudah terlelap di sofa itu, mungkin terlalu bersemangat menunggu membuatnya jadi ngantuk. Via yang melihat itu hanya geleng-geleng melihat tingkah shilla, pasalnya via sudah tau shilla akan sangat bosan menunggu apalagi shilla tipikal orang yang malas menunggu.
"Permisi", sivia yang mendengar suara itu langsung menoleh dan melihat orang yang di tunggu dari tadi itu sudah ada di ambang pintu, sivia langsung berdiri dan memeluk gabriel, yang di peluk hanya membalas pelukan sivia.
"Akhirnya lo sampai juga, sini yuk masuk"
"Shilla mana via ?" tanya gabriel
"Tuh di sofa, ketiduran nungguin lo, lama banget"
Gabriel menghampiri shilla dengan senyum mengembang, gadisnya itu tidak berubah masih tetap cantik dan sangat lelap saat tidur.
"Iya sorry vi, tadi tuh macet parah terus hp gua juga low, makanya nggak ngabarin shilla, yaudah biarin shilla tidur dulu aja vi, gua gerah ni mau mandi dlu, kamar gua di mana ?"
"Lo naik aja ke lantai dua, pojok sebelah kanan, itu kamar lo sama cakka, rio ya iel"
"Cakka Rio siapa ?"
"Nanti gua kenalin dia anak baru"
"Ohh yaudahh"
Gabriel pun berlalu dan melanjutkan aktifitasnya yaitu mandi dan membereskan pakaiannya.

***
"Kita pulang, Siviaaaa Shillaaaa" teriak rio dari pekarangan depan.
"Rio ihh jangan teriak2, kupingku budek nih" timpah ify.
"Kalian udah balik, jangan teriak lu yo, shilla lagi tidur noh di ruang tamu"
"Ko dia tidur di ruang tamu sih Via ?"
"Iya, kecapean nunggu, yaudah kalian masuk gih, udah pada laparkan, udah gua masakin di dalem"
"Makasih via, turun lo fy" kata rio bersemangat.
"Iya iya"

Mereka pun berempat masuk ke dalam ruang makan, tampah di sadari yang lainnya, cakka menyempatkan menutup gorder depan yang memantulkan cahaya matahari ke wajah shilla, lalu berlalu mengikuti yang lainnya ke ruang makan.

Gabriel yang baru saja selesai mandi dan membereskan pakaiannya, turun kebawah niatnya untuk nyamperin shilla, tapi matanya tertujuh pada meja makan, ada dua laki-laki dan 1 permpuan yang ia tak kenal bersama sivia. Sivia yang melihat kedatangan dan muka bingung gabriel langsung memanggilnya. Ehh iel sini, makan dulu pasti lo laperkan, yang di panggi hanya tersenyum dan nyamperin sivia.
Ify yang melihat sosok gabriel langsung bercap "gantengnya", ganjen lu fy dasar. Apasih yohh. -_
"Guys kenalin ini gabriel, sahabat gua sama shilla pas smp"
"Hai, Gabriel sambil menjabat tangan cakka, rio, ify, begitupun mereka bertiga memperkenalkan diri ke iel"
"Shilla belum bangun vi ?"
"Belum iel, makan aja dulu baru nanti bangunin shilla"
"Yaudah deh"
Mereka pun melanjutkan makan mereka, tanpa di sadari cakka terus menerus menatap gabriel yang lagi makan di hadapannya itu dengan lahap, ini kah orang yang di tunggu shilla selama ini, mungkin memang benar, perasaan ini harus di simpan rapat-rapat dan rapih di dalam sana.

Gabriel yang menyelesaikan makanannya terlebih dahulu beranjak ke dapur untuk menyimpat piring bekas makannya dan sekalian mencuci tangannya.
Baru saja gabriel menghilang ke dapur shilla sudah terbangun dari tidurnya dan langsung duduk di depan cakka, mukanya kusam.
"Kenapa shill ? mau makan ?" cerca rio.
"Nggak yo, gua kesel aja, udah nungguin gabriel dari tadi pagi sampai sekarang udah jam 3 sore dia belum nyampai2 juga, kayaknya dia boongin gua, kesel gua. Tau gitu bilang kek jangan kasih harapan mulu." omel shilla panjang lebar tanpa di sadari orang yang di bicarakan shilla sudah ada tepat di belakangnya, mengembangkan senyumnya yang amat manis itu.
"Ko kalian malah ketawa sih, emang apa sih yang lucu" Cerca shilla lagi.
"Kamu yang lucu". Shilla mengenal suara itu, sangat mengenalnya, tunggu itu suara iel, ia menoleh dan mendapatkan gabriel berada di belakangnya sambil tersenyum.
"Iellllll, aku kangen" tampa babibu shilla langsung memeluk gabriel, erat sangat erat sampai-sampai muka gabriel memerah karenanya.
Tak ada yang sadar kecuali rio , cakka beranjak ke dapur, membawah piring-piring temannya untuk ia simpan dan ya menghindari apa yang tak sanggup ia lihat di hadapannya tadi.

Bersambung....

***

RASA YANG TERPENDAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang