Leo berdiri di depan altar dengan gugup. Gionardo sang kakak berdiri di belakangnya sambil terus menyemangatinya sebagai pengiring pengantin pria, best man-nya.
Kegugupannya luntur begitu saja saat melihat seorang wanita dengan cantik dan anggunnya berdiri di ujung sana dengan melingkarkan tangannya kepada sang ayah.
Berjalan perlahan dengan diiringi lagu A Thousand Years, Keva menyita perhatian seisi hadirin.
Wanita itu tampak sangat cantik, seperti biasanya. Ia tersenyum manis dan tatapannya tak lepas dari Leo.
Leo menitikkan air matanya. Sungguh, ia sangat bangga bisa menjadi pria yang berdiri di altar menunggu Keva untuk datang padanya. Dan saat wanita itu tiba, Barnabas melepasnya hingga Leo menggenggam tangannya lalu menuntunnya berdiri di hadapan pria yang dibalut tuksedo itu. "Jaga putriku baik-baik," pesan Barnabas yang diangguki Leo.
"Kau sangat cantik," puji Leo setelah menghapus air matanya.
Keva tersenyum. "Kau menangis."
"Baik. Mari kita mulai," sang pendeta membuka mulut. "Silakan, Nona Keva Reuven untuk mengucap janji Anda."
Keva tersenyum tulus dan mengeratkan genggaman Leo di tangannya. "Aku Keva, mengambil engkau, Leo, menjadi suamiku, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya; Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus."
Leo kembali menitikkan air matanya setelah mendengar janji yang diucap Keva. Janji tersebut keluar dengan sangat tulus dan tanpa paksaan. Ia sangat terharu.
Sang pendeta tersenyum dan menoleh ke arah Leo, "Silakan, Saudara Leonard Halevi."
"Aku Leo, mengambil engkau, Keva, menjadi istriku, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya; Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus," janji Leo lantang dan lancar tanpa memisahkan tatapannya di mata Keva.
"Dengan itu, kini kalian menjadi satu dan sah di hadapan Tuhan. Kau boleh mencium pengantin wanita."
Gemuruh riuh tepuk tangan mengikuti saat Leo memagut bibir istrinya. Setelah melepas pagutannya pria itu memeluk Keva erat. "You're mine. Truly mine now."
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Possessive Bad Boy
Short StorySeorang pemuda yang bersandar di kap mobil sport hitam legamnya sedari tadi menjadi pusat perhatian mahasiswa fakultas ilmu komunikasi di Universitas Eaglewood. Tato di sekujur tubuh atletisnya, pakaian dan mobil mahalnya, juga wajahnya yang tampan...