1 - Possessive Boyfriend

9.1K 615 2
                                    

Delapan tahun lalu.

Keva memegang dadanya. Ia dapat merasakan jantungnya berdegup keras semenjak pemuda tampan itu mengantarnya ke rumah dan mengecup pipinya lembut. "Astaga ada apa denganmu, Keva?!"

Gadis itu tiba-tiba tersenyum-senyum sendiri saat mengingat kencan pertamanya dengan seorang lelaki. Leonard namanya. Pemuda yang mengaku sebagai alumni sekolah barunya sekarang. Leo bilang, ia baru lulus saat Keva baru masuk. Jadi perbedaan usia mereka sekitar 4 tahun. "Ya Tuhan, aku baru saja berkencan dengan lelaki berusia 18 tahun," kata Keva saat menyadarinya.

Tapi Leo tampan. Dia baik. Pria itu juga adalah pria pertama yang tertarik dengannya, pikir Keva. Padahal ada berpuluh-puluh pria yang mau dengan gadis 14 tahun itu. Hanya saja Keva yang tidak peka. 

Keva mengingat bagaimana tadi Leo tersenyum padanya, dan mengatakan bahwa pria itu menyukainya. Semua tidak bisa lepas dari otak Keva. Ia menyukai Leo!

---

Dua minggu kemudian.

Tidak butuh waktu lama bagi Leo untuk mendapatkan seorang wanita. Buktinya, hanya dalam kurun waktu 2 minggu dan 3 kali kencan, Leo sudah menggandeng tangan Keva. Jujur saja, ini pertama kalinya Leo memiliki kekasih. Sungguh, Keva adalah segalanya bagi pemuda itu. Juga dengan sebaliknya.

"Wah, serius? Bagaimana bisa kau mendapatkannya?!" Remaja-remaja itu mengerumuni Leo di lapangan futbol SMA Sacred Heart di pukul setengah 5 sore. Mereka sedang melakukan latihan fisik di saat pulang sekolah itu. Kebetulan Leo juga ingin menjemput Keva yang sedang berlatih bersama tim pemandu sorak gadis tersebut.

"Sudah kubilang, tidak ada yang sulit bagiku," sombong Leo.

Adik kelasnya tertawa. "Jadi kapan kau akan memutuskannya?" tanyanya membuat Leo menatap matanya tajam. Hal tersebut tentu membuat suasana yang sedang mengasyikkan itu berubah menjadi seram.

"Apa maksudmu? Aku tidak berniat meninggalkan Keva," jawab Leo.

Remaja itu menegak salivanya dengan sulit. Ia sangat terintimidasi dengan tatapan Leo. "M- maaf. Kukira--"

"Aku bukan pria semacam kalian. Aku menyukai Keva dengan tulus, bukan hanya ingin memenangkannya untuk dipameri saja. Lagian aku tidak berniat memamerkannya. Keva milikku dan hanya milikku. Jadi kalau kalian memiliki niat untuk memilikinya, jangan harap!" gertak Leo kemudian berdiri menghampiri Keva di ujung lapangan.

"Sayang, kita pulang!" Kehadiran dan perkataan pria itu membuat sekelompok gadis-gadis pemandu sorak itu terkejut dan menatap Keva.

"Dia kekasihmu, Keva?!"

"Leonard Halevi adalah kekasihmu?!"

"Sejak kapan kau jadi kekasihnya?"

"Kau pasti bercanda!"

Semua murid Sacred Heart tahu siapa itu Leonard Halevi. Mulai dari anak baru bahkan alumni. Puluhan piagam dan piala tertampang di hall of fame sekolah mereka dengan atas nama bocah populer itu.

"Keva sayang, ayo," ulang Leo. Tapi Keva tidak bergerak dari posisinya. "L- Leo.. aku masih latihan sampai pukul 5 nanti," jawab gadis itu merasa tidak enak dengan teman-teman setimnya.

Leo memandang para pemandu sorak. "Keva pulang duluan," katanya. Ia tidak meminta izin, melainkan menyatakan. Langsung saja gadis-gadis itu mengangguk. Ada beberapa yang menatap Leo sambil tidak berkedip.

"Ayo, Sayang." Leo mengambil tas ransel Keva dan menjinjingnya, lalu mengamit tangan Keva kemudian menuntunnya ke mobil sport-nya.

"Leo, aku masih berkeringat dan belum ganti baju. Bauku akan mengganggumu nanti," protes Keva.

Leo melepas jaket denimnya dan menyampirkannya ke tubuh ramping Keva. "Kau wangi," bisik pria itu setelah mengendus Keva, membuat gadisnya merona malu. "Ayo, aku sudah lapar."

Leo mengemudikan mobil mewahnya ke sebuah kedai burger di dekat SMA Sacred Heart. Ia kenal dengan pemiliknya. Waktu SMA dulu, tak jarang ia mampir ke sana sepulang sekolah bersama tim basketnya.

"Hei, Leo! Bagaimana kehidupan kuliah?" sapa seorang pria tua dari balik konter kedai.

"Lucas! Kuliah tidak menyenangkan. Aku merindukan burgermu!" jawab Leo mengundang tawa pria gendut itu.

Lucas melirik gadis yang mengenakan seragam pemandu sorak sekolah Sacred Heart dengan pandangan bertanya. Seakan mengerti, Leo merangkul bahu Keva. "Ini kekasihku. Dia murid baru di Sacred Heart," jelasnya.

"Hai, aku Lucas, pemilik Burger Diner," kata Lucas ramah. "Keva."

"Baiklah. Aku mau fish burger dan milkshake," pinta Leo lalu menoleh Keva, hendak bertanya apa yang diinginkan gadis itu. Tapi Keva sudah memotongnya, "Jadikan 2." Lucas mengangguk dan segera menyiapkan pesanan mereka.

Leo dan Keva duduk di sebuah kursi dengan berhadapan. Ini hari kedua mereka menjadi sepasang kekasih. Dan suasana masih sedikit canggung di sekitar mereka. Seperti sekarang, saat tidak ada satupun yang berbicara.

Leo mengedarkan pandangannya ke sekitar kedai. Di ujung kedai di belakangnya, ada segerombol remaja yang mengenakan jaket SMA Sacred Heart. Mereka tertawa-tawa sambil menatap Keva lapar. Pasalnya, seragam pemandu sorak Sacred Heart cukup ketat dan menampilkan perut yang terbuka.

Leo menaikkan sebelah alisnya, menahan emosi yang mulai memuncak. Ia berdiri dan menghampiri Keva, lalu menarik risleting jaketnya yang dikenakan gadis itu. "Kita tukar tempat," katanya supaya Keva membelakangi pemuda-pemuda itu.

"Bukankah itu Leonard Halevi?" bisik-bisik remaja itu tapi masih terdengar di telinga Leo.

"Iya. Mungkin ia kakaknya Keva?" sahut temannya.

"Tapi mereka tidak punya nama belakang yang sama!"

"Mungkin kakak angkat?"

"Dekati saja! Mungkin kau akan mendapatkan nomor si cantik itu. Siapa tahu, kan?"

Leo menggeram kesal. Ia kembali berdiri, membuat Keva menatapnya bingung. Saat ia hendak beranjak, gadis itu menggenggam lengannya dengan lembut. "Mau ke mana?" tanyanya lugu. Leo yang gemas mengelus pipi Keva, "Sebentar." Setelah Keva melepas genggamannya, ia melanjutkan langkahnya ke gerombolan anak futbol itu.

"Jangan bicarakan dan berhenti menatap kekasihku atau kita akan berurusan!" ancam Leo membuat mereka terdiam seketika.

Leo lalu kembali ke tempat duduknya. Ia tersenyum tipis saat remaja-remaja itu pergi meninggalkan kedai.

Ia mengambil kedua tangan lembut Keva dan menggenggamnya erat. "Kau milikku. Jangan biarkan satupun pria lain mendekatimu, oke?" Keva mengangguk dan Leo tersenyum puas.

Her Possessive Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang