Chapter IV : Si Gadis (2)

10 4 14
                                    

"Emang gue jelek banget yah? Sampai nggak ada satu pun cowok yang mendekat?"

"Lagian, kenapa sih Tuhan harus merahasiakan pasal jodoh? Kan, jadi gemes nunggunya."

"Oh, kasih. Pasti kamu juga berpikir hal yang sama kan? Semoga kita cepat dipertemukan yah!"

Pikiran Keyla mulai menerka-nerka, akan sosok jodoh yang entah kapan ditemuinya itu. Pandangannya menatap langit malam saat itu. Sekalian berharap, semoga sang kekasih masa depannya itu sehat dan bahagia selalu. Hingga, akhirnya mereka bisa dipertemukan pada sebuah moment yang tepat lagi romantis.

Driver ojek online yang dipesannya, pun tiba. Menyadarkan Keyla dari lamunan singkatnya. Lalu, keduanya mulai menembus hiruk pikuk lalu lintas dengan sebuah motor matic putih-biru, kala itu.

***

Dering alarm dari gawainya, sudah berbunyi tiga kali mendahului kokokan ayam jantan. Keyla langsung menyambar, dan segera mematikan suara menyebalkan itu.

"Ish... cepat banget sih. Tahu-tahu, sudah mau pagi saja." Setelah selesai mendumel, Keyla kembali melanjutkan tidurnya yang dirasa masih kurang.

Semalam, ia memang sengaja begadang demi menamatkan novel yang baru dibelinya kemarin lusa. Soalnya, ia sering gemes sendiri kalau belum tahu akhir dari ceritanya. Hal ini pun turut berlaku pada serial drama korea. Keyla rela menontonnya berhari-hari secara marathon. Bak dopamine, yang memberikan rasa candu.

"Keyla, ayo udah pagi! Papa udah siap nih!" teriak sang papa dari luar pintu kamarnya.

Kalau papa-nya sudah bangun, mau tak mau Keyla juga harus bangun. Tiap pagi, keduanya memang rutin jogging bersama. Minimal dua kali dalam seminggu.

Yah, sudah dua bulan ini sang mama pun turut mengawasi mereka dengan ketat. Dari asupan makan, pola aktivitas hingga waktu tidur. Agar sang suami tetap sehat, terbebas dari kolesterol dan penyakit tua lainnya. Dan si anak, bisa memiliki penampilan yang menarik. Maklum, sang mama kebetulan dokter spesialis ahli gizi.

Sinar matahari masih setengah tersadar di ufuk timur sana. Sehingga, atmosfer biru safir menghiasi nuansa langit. Kini, lelaki paruh baya dan gadis yang mengenakan pakaian training itu tengah berjalan beriringan. Melintasi jalanan komplek yang masih sepi.

"Pa, dulu ketemu mama dimana sih?"

Pertanyaan sang anak yang tiba-tiba, membuat lelaki paruh baya itu mengernyitkan dahi sambil terkekeh remeh.

"Kenapa? Udah ketemu sama tambatan hati?"

"Ishh... bukannya dijawab!" Awalnya, Keyla agak ragu bertanya soal itu. Tapi, tekad ingin segera bertemu sang kekasih kini mulai besar dalam hati.

"Hmm, dimana yah? Papa lupa..." setelah berpikir sejenak, sang papa mulai tersenyum saat mengingatnya.

"Agak rumit sih kita ketemuannya,"

"Yaudah, ceritain sih pa! Sama anaknya ini juga!" rengek Keyla memohon. Keyla masih menunggu penuturan selanjutnya dari sang papa.

"Pas itu, papa baru pertama kali naik kereta. Eh! Tiba-tiba, ada orang yang kasih tahu papa, kalau papa kecopetan. Pas itu, papa panik banget kan? Mau kejar pencopetnya, tapi papa nggak tahu. Udah mana, hp sama dompet papa hilang. Trus, kata bapak-bapak di deket papa, cari aja dulu, kali kekejar. Nanti bisa lapor ke penjaga satpam di luar kereta..."

"Isshh... mana mamanya? Ceritanya panjang banget sih!"

"Yah, makanya jangan dipotong dulu! Kan biar kamu ngerti!"

DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang