3. Sesuatu

35 10 15
                                    

Marisha menuruni anak tangga rumahnya dengan langkah lesu. Langkah gontai itu membawa nya ke ruang makan. Entahlah, ada rasa khawatir yang tak beralasan sejak tadi malam ini membuatnya malas pergi ke sekolah.

"Pagi bang" sapanya.

"Pagi dek" balas Mauren abang Marisha.

"Bang, Ica tuh sebenernya males banget sekolah. Tapi nanti Ica ada ulangan fisika dari bu Dewi, serius deh Ica males banget tau" ujar Marisha sambil menghela nafas pelan.

"Sekolah aja dek, nanti pulangnya abang jemput terus kita beli es krim sama coklat. Oke?" bujuk Mauren.

"JANJI YA?!" tanya Marisha berteriak senang.

"Iya Caa" jawab Mauren sembari mengelus puncak kepala adiknya.
"SMA Merdeka bermasalah kali ya, masa adek kecil gue yang manja ini bisa jadi ketos si?hahaha" -batin Mauren yang kini tersenyum.

"Yaudah yuk bang berangkat!" ajak Marisha.

"Abisin dulu susu coklatnya, abang ambil kunci mobil dulu" Marisha mengangguk.

***

Bel istirahat sudah berbunyi, ia juga sudah selesai mengerjakan ulangan fisika-nya. Jika semua siswi senang dan langsung menuju ke kantin. Berbeda dengan Marisha yang menuju ruang osis yang sepi. Bukan untuk mengadakan rapat dadakan, tapi untuk menyendiri. Entahlah, perasaannya sedang gundah saat ini.

Tok tok tok

Tok tok tok

Tok tok tokk

Suara ketukan pintu itu membuat Marisha menghela nafas berat. Ia ingin sendiri, lalu ada orang yang mengganggu ketenangannya. Itu sungguh menyebalkan.

Gadis berambut hitam itu berjalan kearah pintu yang sedari tadi terus di ketuk.
"Iya bentar!" ucap Marisha sedikit menaikan nada bicaranya. Lalu ia membuka pintu ruangan osis yang tadi ia kunci.

Saat pintu terbuka, seorang cowok dengan seragamnya yang berantakan memasuki ruangan osis dengan tergesa-gesa dan segera menutup lalu mengunci pintu osis itu kembali.

Marisha yang terkejut pun hanya bisa menaikan sebelah alisnya dan mengerucutkan bibirnya.
"Apaan sih ni orang, ganggu banget. Gak jelas!" batin Marisha sambil menatap punggung cowok itu jengkel.

Dengan langkah malas ia mengambil novelnya yang berada di atas meja, lalu berjalan kearah pintu untuk keluar dan menemui Laura di kantin.

Saat Marisha hendak memegang kenop pintu, laki-laki yang masuk tadi memanggilnya.
"Woy!" Marisha membalikan badannya mengadap orang yang memanggilnya.

Betapa terkejutnya Marisha saat melihat siapa yang memanggilnya.
"K-kamu?" tanyanya. Dan cowok itu hanya mengangguk.

"Ngapain kamu masuk buru-buru gitu tadi hah?!" Marisha benar-benar kesal dengan lelaki di hadapannya ini karena telah mengganggu waktu tenangnya.

"Tadi gue di kejer bu Susi karena ketauan ngerokok di gedung belakang, gue pikir ruang osis sepi karena jam istirahat. Dan gue bisa aman ngumpet dari bu Susi. Eh, tau nya ke kunci. Tadi nya sih pengen gue dobrak, tapi udah lo buka duluan" jelasnya dengan tampang sok-nya. Siapa lagi badboy SMA Merdeka yang berani melawan peraturan sekolah jika bukan anak pemilik sekolah a.k.a Revaldo.

"Jangan kaduin gue ya, gue males panas-panasan di lapangan. Nanti gue item terus gak ganteng lagi, kan repot SMA Merdeka kalo gak ada pangeran ganteng" lanjut Revald dengan PD-nya.

Annoying BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang