Halo! Ada yang kangen gak sama ff ini? Hehe maaf ya aku lama banget banget bangettt updatenya.
Happy Reading!
.
.
.
.
.Kasus pembunuhan seorang gadis bernama Park Joy menyebar dengan cepat di media, elektronik maupun cetak. Meskipun sudah hampir seminggu berlalu, polisi masih belum bisa mengungkap siapa pelaku di balik pembunuhan gadis malang itu. Tidak adanya jejak yang ditinggalkan si pelaku, membuat para polisi berasumsi jika dia adalah orang yang sangat profesional.
Menurut kepolisian, kemungkinan besar pembunuhan ini ada kaitannya dengan kasus Kim Jisoo dan Kim Jennie. Kesimpulannya, pembunuhan ini merupakan pembunuhan berantai.
Keresahan semakin menghantui diri Wendy. Bukan tanpa alasan gadis bermarga Son itu merasa demikian. Karena semenjak kasus pembunuhan Park Joy, Wendy merasa dirinya kembali diteror. Setiap pagi pasti selalu ada serpihan kaca bekas botol minuman keras di depan kamarnya. Untung saja dia tidak langsung menginjakkan kaki di depan kamar. Coba kalau iya, pasti saat ini dia sudah berada di rumah sakit karena harus menyembuhkan luka pada telapak kakinya.
Selain serpihan kaca di depan kamar, Wendy terkadang mendapati adanya surat ancaman di bawah keset. Isi surat itu masih sama seperti sebelumnya, menyuruhnya untuk pergi meninggalkan apartemen berikut Kota Seoul jika masih sayang nyawa.
Huh! Tanpa perlu diancam pun, Wendy pasti akan pergi dari sini. Hanya saja uang pertukaran mahasiswa sangat mahal dan tidak mungkin hanya karena teror ini nyali Wendy langsung ciut. Lagipula dia sudah bertekad ingin mengungkap siapa dalang di balik peneroran ini. Wendy sudah lelah dan dia sangat gatal ingin menyeret pelakunya ke penjara!
Paginya, Wendy tidak lagi menemukan pecahan kaca ataupun surat ancaman. Semuanya aman terkendali, membuat gadis itu bernapas lega.
Wendy mengunci pintunya kemudian berjalan menuju lift. Gadis bermarga Son itu mempercepat langkahnya ketika jarum jam tangannya sudah menunjukkan pukul 06:45. Gawat, dia bisa terlambat kuliah.
Setelah Wendy masuk ke dalam lift, seorang pria keluar dari tempat persembunyiannya yaitu di balik tembok, dekat kamar nomor 22, kamar yang sudah tidak berpenghuni lagi.
Pria itu memandangi lorong apartemen yang kosong sembari bergumam kecil.
"Padahal kau sudah kuberikan kesempatan untuk hidup, tapi masih saja keras kepala. Jangan salahkan aku jika pada akhirnya kau akan bernasib sama seperti mereka."
Pria itu tersenyum miring. Setelahnya dia bersiul, mengalunkan lagu Gloomy Sunday sembari berjalan santai menuju kamar tinggal Wendy.
"Tunggu tanggal mainnya, gadis kecil."
Kemudian pria itu teringat pada sesuatu.
"Oh iya, aku harus mengatasi satu tikus yang masih berkeliaran." gumamnya kemudian berniat masuk ke dalam kamar, namun tiba-tiba dirinya berpapasan dengan Pak Sooman yang kebetulan mampir.
"Wah, tumben sekali kau keluar kamar. Biasanya sering di dalam terus." sapa Pak Sooman.
Pria itu nampak terkejut kemudian berhasil mengubah ekspresi wajahnya. Dia tidak boleh terlihat mencurigakan di depan pria paruh baya itu.
"Sedang mencari udara segar saja." jawab pria itu seadanya. "Aku harus pergi ke suatu tempat. Aku permisi dulu, pak."
Pak Sooman mengangguk. "Hati-hati di jalan ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
▶The Neighbor ✔
Mystery / Thriller• Completed! Baru pindah seminggu, Wendy sudah diteror oleh orang tidak dikenal. Gadis cantik itu selalu mendapati kejanggalan di kamar apartemennya. Tidak hanya itu, nyawanya juga terancam dalam bahaya. Wendy mencurigai salah satu dari tiga tetan...