Ray berjalan memasuki pemakaman umum yang berada tak jauh dari sekolahnya saat ini, iya membawah sebuah bunga, dia berhenti dan duduk di depan nisan yang tertulis Rey Prasetya. Dia mengunjungi ayahnya, dulu hampir setiap minggu dia datang mengunjunginya, hanya untuk membersihkannya atau hanya untuk bercerita keluh kesahnya saat itu dan hari ini iya datang, duduk dan memandang nisan yang ada di depannya.
Ayah maaf karena aku baru datang lagi mengunjugimu, akhir-akhir ini aku sedikit sibuk dengan sekolah ku belum lagi sudah hampir penaikan kelas 3, tak ku rasa sedikit lagi aku akan lulus. Ayah Ash baik-baik saja jika kau mengkhawatirkannya, ahh iya kau jangan marah karena aku mengikutimu memanggilnya Ash, karena sejak kepergianmu aku tau mama selalu merindukanmu, terkadang saat tengah malam aku melihatnya terisak di kamarnya, aku hanya ingin mengantikan mu agar mama tak terlalu merasa kehilanganmu, sebisaku mengikuti semua tingkah lakumu Ayah termasuk memanggilnya Ash dan menganti nama panggilan ku menjadi Ray bukan raynald lagi, Ayah aku sedikit bingung dengan perasaanku saat ini, aku dekat dengan seorang gadis namanya Shilla dia mempunyai nama yang sama dengan mama, ayah aku tak tau aku benar-benar menyukainya atau tidak tapi selalu ada yang ganjal jika aku ingin menyatakan perasaanku, seolah hatiku tak mengijinkanku menyatakannya, aku harus bagaimana ayah, aku bingung dengan apa yang ku rasakan saat ini. Aku hanya menatap nisan itu, tentu saja tak akan ada jawaban tapi aku yakin ayah mendengarnya. Ayah aku akan kesini nanti bersamanya biar kau bisa mengenalnya sekarang aku harus pulang, kau tau sendiri bagaimana Ash bukan.———
Hari ini shilla baru saja sampai di kediamannya dan langsung merebahkan dirinya di kasur kesayangnannya itu, dia sangat lelah hari ini, bahkan dia tak sempat bertemu dengan ray, ini karena terlalu banyak tugas yang diberikan oleh pak riko guru sejarahnya itu. Padahal dia sangat ingin bertemu dengan kakaknya itu tapi apalah daya tugas telah menanti. Ia mengambil iphonenya dan menekan sederet angka, belum ada jawaban, tak lama kemudian terdengar suara di sebrang sana.
Kak Ray
Hm, apa ?
Tidak, aku hanya ingin mendengar suaramu
Bisakah nanti saja kau menelponku, aku lagi ada urusan.
Ya baiklah, maaf karena menganggumu.
Setelahnya tak ada suara lagi, telponnya pun telah di matikan oleh orang di sebrang sana.
———
"Siapa yang menelpon mu nak ?" tanya ashilla kepada ray, tak biasanya anaknya itu berbohong dengan temannya.
"Cicil Ash"
"Ada apa sayang ? kau bertengkar dengannya ? kenapa kau membohonginya ?"
"Ash aku hanya bingung dengan perasaanku saat ini, aku hanya takut membuatnya terlalu berharap dengan apa yang ku lakukan padanya sedangkan aku masih bingung dengan perasaanku"
"Sayang dengerin mama, kamu harus tanya sama hati kamu yang paling dalam, karena hati nggak akan pernah bohong sayang, jangan menjadi orang pengecut sayang, ayahmu tak pernah mengajarkan itu bukan."
Anakku itu hanya mengangguk dan aku pun memeluknya, aku tau dan sangat mengerti dengan apa yang di rasakannya saat ini.Hujan sore itu seakan mengatakan apa yang di rasakan oleh ray begitu pun shilla yang berada jauh di sana. Gadis itu tiba-tiba saja tak bersemangat, ia hanya menatap keluar jendela kamarnya, menikmati hujan yang terus turun tanpa henti.
Hpnya bergetar menyadarkar shilla dari lamunannya, nampak 4 huruf yang tertera di layar itu, lalu ia mengambil benda persegi panjang itu.Halo papa
Apa kau sakit sayang ? suara mu tak seperti biasanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ashilla
RandomDi tempat ini aku pertama kali melihat mu dan di tempat ini pula kau meninggalkanku. entah kau sengaja pergi dariku atau ada alasan lain. Tapi, aku harap jangan pernah kembali karena aku telah melupakan mu dari ingatanku. Meskipun nanti kau datang d...