Ketahuan

254 54 9
                                    

Lagi-lagi Daniel pergi ke rumah sakit. Katanya sih sedang rindu dengan sahabatnya ini. Sungwoon hanya bisa mendecih mendengar jawaban Daniel.

"Minggu lalu obat tidurku tak kamu berikan. Seminggu aku sulit tidur apalagi ada sasaeng gila yang berani masuk ke apartemenku. Huft, tahu dari mana dia passwordnya," keluh Daniel.

"Sampai masuk apartementmu ?"

Daniel mengangguk, "Sepertinya aku memang masih mempesona ya sampai ada banyak fans yang nekat seperti itu." Kok bernada bangga ya ?

Sungwoon memukul kepala Daniel supaya sadar.

"Coba cari pacar bapak!!" Kukuh Sungwoon, tetap menyuruh sahabatnya itu untuk mencari pendamping di usia yang tidak lagi muda.

"Usiamu sudah waktunya punya anak dua," Nasihat dengan nada mengejek diungkapkan Sungwoon.

Daniel mencibir, "Mengacalah wahai pak dokter!"

Bukannya merasa tersakiti, Sungwoon malah tertawa bangga dan berucap, "Setidaknya aku sudah punya target,"

"Target yang selalu menjauh ketika kamu mendekat. Mau sampai kapan mengejar yang tidak jelas ?"

"Iya juga sih," ekspresi sedih Sungwoon terlihat.

Daniel menatap kasihan sahabatnya ini. Ingin memberi nasihat tapi dia sendiri tak pernah merasakan dicintai maupun mencintai kecuali dari dan untuk dua orang tuanya dan fans, jadi dia bingung ingin menasihati apa.

Ping!

Bunyi ponsel di saku jas Sungwoon berdering menandakan ada pesan yang masuk.

Park Jinyoung
Bagaimana kabarmu, Sungwoon-ssi? Ayo kita agendakan untuk bertemu lagi, banyak hal yang ingin kutahu darimu.

"Apa aku pindah haluan ke ceo perusahaan saja ya niel?" Tanya Sungwoon setelah melihat pesan dari partner kencan butanya beberapa waktu lalu.

Daniel memicing, "Ceo perusahaan ?"

"Kenalan dari Jisung hyung. Kita sempat kencan buta beberapa waktu, walaupun hanya sebentar."

Daniel mengangguk paham.

"Boleh tuh dicoba. Yah kalau kamu dapat ceo lalu aku bagaimana ?"

"Tinggal pacari salah satu fansmu atau sasaengmu itu,"

Mendengar ucapan aneh Sungwoon malah otak Daniel mulai berpikir dan diam-diam menyetujui ucapan itu.

●○●

Setelah kepergian Daniel dengan tergesa-gesa karena manajernya menangkap lagi orang yang sama dengan sasaeng di apartementnya sedang berada di ruang rekaman gedung agensinya, Sungwoon berjalan menuju luar rumah sakit lebih tepatnya taman di belakang rumah sakit, untuk melakukan kebiasaan buruknya. Ya, merokok.

"Tak baik seorang dokter merokok di rumah sakit,"

Sungwoon berjingkat, lagi-lagi dia tertangkap basah sedang merokok. Yang lebih membuatnya terkejut adalah suara ini, suara pujaan hatinya.

Buru-buru dia jatuhkan rokok yang masih sangat utuh karena baru dihisap sekali dari tangannya dan menginjaknya menggunakan kaki kanan kemudian berbalik menghadap orang di belakangnya tadi.

"Oh, Seongwu. Sedang menjenguk ibu Kim?" Tanya Sungwoon ala kadarnya. Dia sebenarnya sudah tahu jawabannya pasti iya karena tak ada lagi keperluan lain Seongwu di rumah sakit ini jika sedang tidak bertugas kecuali menjenguk ibu Kim.

Tak lupa juga Sungwoon merapikan rambut-rambutnya yang berantakan. Sudah menjadi kebiasaan Sungwoon.

Seongwu tentu saja mengangguk.

"Kamu dokter, Sungwoon-ssi. Tak baik jika pasien maupun keluarga pasien melihat seorang dokter merokok," nasihat lembut Seongwu sangat menancap di kepala Sungwoon.

Sungwoon ganti yang mengangguk. Dia seperti tertangkap basah oleh ibunya dan dimarahi. Dia hanya bisa menunduk.

Seongwu tersenyum manis membuat Sungwoon yang tadi berniat berbelok ke ceo perusahaan menjadi kembali ke tempat semula. Bagaimana bisa dia berpaling jika pujaan hatinya saja sudah sangat sempurna ?

"Coba ganti dengan mengisap permen, Sungwoon ssi."

Sungwoon menggaruk kepalanya, menyetujui perkataan Seongwu. Mungkin dia memang harus menghentikan kebiasaan buruk ini.

"Terima kasih nasihatnya, Seongwu ssi."

"Sama-sama. Aku pergi dulu dokter Ha. Selamat siang," pamit Seongwu kemudian berjalan meninggalkan Sungwoon.

Bersambung





Huhu ngaret bangett nih ff ㅠㅠ

Kamomil | Ongwoon✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang