Pelangi Datang Jua

206 36 14
                                    

"Bapak artis, minggir dong. Dokter cakep mau lewat," Sungwoon menyerobot tubuh Daniel yang sedang berdiri di depan kasurnya. Sungwoon berencana mengambil sesuatu di laci.

"Jangan vakum atau hiatus atau berhenti!! Nanti aku yang repot!!" Semprot Sungwoon ketika sahabatnya itu mengungkapkan keinginannya untuk vakum dari dunia hiburan, sahabatnya itu juga ada niat berhenti pula.

"Kenapa jadi kamu yang repot??" Tanya Daniel tak mengerti dengan sahabat masa kecilnya ini.

"Ya karena kamu akan semakin sering ke sini Kang Daniel!" Sungwoon berteriak kesal, dia berhasil mengambil sesuatu di lacinya lalu pemuda mungil itu membuang apa yang digenggamnya ke dalam tempat sampah di pojok kamar istirahat.

"Aku sudah punya Nana ya, asal kamu tahu," sedikit pamer Daniel bersombong ria pada Sungwoon.

"Whee!! Aku juga sudah punya Ong Seongwu, mau apa?" Sungwoon membalas dengan nada sombong pula.

"Tunggu! Sudah punya Ong Seongwu?"

Daniel kaget. Pun juga kalian.

Tenang, tenang. Mari kita putar kejadian beberapa hari yang lalu.

•••

Sungwoon merasa bersalah telah mengusir Seongwu tadi, padahal tidak ada niat mengusir, mulutnya berbicara sendiri tanpa dapat dikendalikan otaknya maupun hatinya.

Jujur saja hatinya kini sakit melihat Seongwu dengan cepatnya meninggalkan dirinya ketika dia suruh.

Memikirkannya hanya membuat Sungwoon tambah pusing.

Lebih baik dirinya tidur saja.

Ceklek.

Seseorang masuk ke ruang istirahatnya.

Biarkan aku tetap terlelap, tolong. Jangan suruh aku bekerja dulu. Dalam hati Sungwoon merapalkan doa karena dia feeling jika yang datang ini rekan kerjanya.

"Sungwoon ah-"

Suara ini. Suara Seongwu. Kenapa orang ini kembali? Sungwoon lagi-lagi berkata dalam hati.

Sungwoon memilih untuk tetap pura-pura tidur. Dia ingin tahu kenapa orang ini datang.

Sungwoon rasa ada sebuah tangan yang menyentuh dahinya, Seongwu baru saja mengecek suhu tubuhnya. Tolong, detak jantung Sungwoon tak terkontrol!!

"Masih hangat," gumam Seongwu lirih. Sungwoon ingin lihat ekspresi orang yang disukainya itu sekarang. Pasti terlihat begitu khawatir.

"Maafkan aku Sungwoon ah," gumam Seongwu lagi.

Kemana perginya panggilan "dokter Ha" ?

"Maafkan aku yang terus menyakitimu dengan menolakmu dan tak sadar hal itu juga menyakitiku ketika aku dengan terpaksa menolakmu."

Apa maksudnya ini, Seongwu? Masih bertanya dalam hati Sungwoon saat ini.

"Perawat Jisung telah menyadarkanku," Seongwu berucap lagi kali ini dengan memegang telapak tangan kanan Sungwoon.

"Aku juga memiliki perasaan yang sama denganmu, Sungwoon ah, maafkan aku selama ini yang terlalu pengecut untuk berani mengikatmu," helaan napas terdengar setelah Seongwu berkata kejujurannya itu.

Seongwu melepas tautan tangannya dengan Sungwoon. Lelaki itu berdiri dan membenarkan letak selimut Sungwoon. Dirinya memutuskan berbalik.

Grep.

Sebuah tangan menghalangi niatnya untuk pergi. Seongwu tatap tangannya yang kini digenggam oleh Sungwoon. Beralih ke manik mata Sungwoon yang masih terlihat indah walaupun nampak sayu karena sedang sakit.

"Apa maksud ucapanmu tadi?" Sungwoon bertanya penuh penekanan. Dia bingung.

Seongwu menunduk. Tak berani menjawab.

"Tolong jawab Seongwu ya," permintaan Sungwoon. Nadanya melembut melihat Seongwu yang terlihat terkejut karena Sungwoon ternyata tidak tidur tadi.

Suasana hening terjadi.

"Aku menyukaimu, sangat banyak. Sampai aku tidak tahu lagi harus menyalurkannya bagaimana karena aku terus menyangkalnya," akhirnya Seongwu memutuskan untuk jujur.

Sungwoon diam. Seongwu diam. Mereka diam.

Seongwu dengan tiba-tiba berlutut di samping ranjang Sungwoon.

"Aku mencintaimu, Sungwoon ah. Maafkan diriku yang selalu menolakmu dengan alasan yang sama. Aku tersadar jika kita pantas untuk bahagia. Izinkan aku untuk berjuang. Izinkan aku untuk bahagia. Izinkan aku mengikatmu."

Entah sejak kapan bulir air mata jatuh di pipi Seongwu dan tak beda jauh dengan Sungwoon yang air matanya sudah sampai ke mana-mana.

Perlahan, Sungwoon membawa tubuh Seongwu yang tadi berlutut ke atas ranjangnya, sejajar dengan dirinya. Dipeluknya tubuh yang sedang bergetar dan penuh isakan itu ke dalam dekapannya.

"Mulai sekarang kita pacaran. Kamu tidak perlu berjuang. Hatiku menetap untuk kamu, hanya kamu," elusan tangan lembut Sungwoon dihadiahi di punggung kukuh Seongwu.

"Terima kasih Sungwoon ah, aku mencintaimu, sungguh."

Mereka menjemput kebahagiaan mereka.

•••

"Jadi kamu baru memberitahuku setelah lima hari? Sahabat macam apa kamu Ha Sungwoon?? Aku kecewa!"

"Tak perlu sedih seperti itu. Bersyukurlah karena kamu malah jadi orang pertama yang tahu."

"Kak Jisung belum tahu?"

Sungwoon menggeleng.

Wajah Daniel langsung sumringah. Bahagianya terlalu sederhana.

"Semoga langgeng dokter Ha!!!!!" Daniel menubrukkan tubuhnya pada tubuh mungil Sungwoon.

"Kode blue!! Kode blue!!"

"Eh ada pasien."

Sungwoon melepas pelukan Daniel. Dia langsung berlari menuju kaca lemarin di sana dan membenarkan tataan rambut serta seragam dokternya.

"Penampilanku bagaimana ?" Tanya Sungwoon pada Daniel yang masih syok karena pelukannya dilepas paksa.

"Hei!! Kamu akan merawat pasien! Bukannya pergi berkencan! Luruskan niatmu!"

"Banyak omong! Aku pergi!"

Sungwoon secepat kilat berlari mengalahkan kecepatan cahaya.

K4M0M!L R3SM! BER4XHIR.

8 Mei 2019.

Selamat sahurrrrr kawan♡♡♡♡ ((udah mau imsak))

Kuucapkan terima kasih karena telah berhasil sampai di akhir. Dengan begitu banyak badai saat ((dari bulan Juni/Juli tahun lalu sampai tgl 8 Mei ini)) menunggu ff ini selesai.

Kalau tangan, ide, dan otak mau bekerja sama nanti dibuat satu chap bonus masa pacaran deh.

Kamomil | Ongwoon✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang