Prolog

129 21 4
                                    

"Hai, saya Mela."

_____________
Mela yang dulu bukanlah Mela yang sekarang. Entah wahyu dari mana Mela bisa berubah 180 derajat seperti sekarang ini.

Semua pola hidupnya yang dulu seakan sirna hingga menghilangkan gaya khas pada Mela. Dulu orang tau seceria apa Mela, tapi kini, entahlah. Mungkin hanya raut wajah asing Mela yang mereka tau.

Karena bagi Mela, tak ada yang perlu tau bila tak ingin tau.

Dulu, Bandung telah menjadi saksi nyata kisah indah hidupnya. Dan sekarang ia perlu pena baru untuk mengisahkan hidupnya di Jakarta.

Tanpa keluarga hangat, tanpa teman baik, Mela jalani sendiri di tengah egoisnya Ibu Kota.

Hari ini adalah hari libur akhir tahun setelah pembagian Rapor semester ganjil. Dimana pembagian Rapor adalah hal yang ditakuti oleh sejuta umat anak sekolahan, karena hidayah para siswa akan datang melalui ceramah orang tuanya sendiri.

Namun, di tahun 2019 tidak akan lagi Mela mengambil Rapor di sekolahan yang sama. Tidak akan lagi Mela mendengar celetukan Bu Ririn yang menceramahi Adit habis-habisan di depan teman-temannya yang lain.

Karena di 2019, Mela akan pergi meninggalkan Bandung dan memulai hidup barunya di Ibu Kota.

Tersisa satu minggu lagi liburan akhir tahun akan berakhir, tapi Mela belum tahu ia akan menempuh sekolah baru di mana.

Bukan saingan kecerdasan yang Mela takuti, tapi ia hanya takut dan khawatir bagaimana ia bisa beradaptasi di wilayah baru dengan masa lalu yang ia punya.

Seketika lamunan Mela buyar, ketika saudara kecilnya menghampiri Mela sambil membawa ponselnya yang tengah berdering,

"Nih, ka. Ada yang telefon, tadi aku ke kamar kakak ngambil selimut. Eh, tiba-tiba handphone kakak bunyi" kata saudara kecilnya.

"Yaudah. Makasih ya, Rel"
kata Mela sambil mengambil ponselnya yang masih berdering.

Mr.Freak

Untuk apa pria dingin so tampan itu menelefon Mela malam-malam.

Lantas Mela menekan tombol hijau, dan langsung mendekatkan ponselnya pada telinga kanannya.

"Halo"
Kata Mela bermalas-malasan.

"Halo, Mel..."
Kata sang penelfon .

Mela mulai mengambil nafas dalam-dalam. Mulai mengikhlaskan dengan apa yang telah terjadi, "Apa kabar, Rafli?"

Tuttt...

Habis sudah pembicaraan dalam telefon. Pembicaraan yang singkat, bahkan tidak sampai untuk menanyakan kabar.

Sudahlah tak apa, Mela pun tak kuat bila harus berbicara dengan Mr.Freak so dingin itu.


Elvaza Rafli Kanza. Bahkan namanya saja sudah bosan Mela sebut. Kini, habis sudah cerita dengannya. Yang tersisa hanya kisah klasik yang harus Mela kubur sedalam-dalamnya.

Karena jika teringat kembali, mungkin akan sangat menyakitkan.

Mr. KnzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang