Sequel | The Moment That Can't Go Back | Part 1

3.5K 292 47
                                    

"Hal yang menjadi sesalku adalah mengabaikanmu. Menutup mataku akan cintamu. Kini saat aku ingin memperbaiki semua kesalahanku di masa lalu, semua sudah terlambat dan aku tak memiliki kesempatan untuk sekedar meminta maaf padamu." – penyesalan Jeno

"Bagiku, hanya Na Jaemin orang tuaku. Tak perlu adanya seoarang ayah sepertinya. Lagi pula, dia sejak awal aku ada tak pernah tahu apalagi menginginkan kehadiranku." – keputusan Jisung






Brak!!

Suara pintu dibuka –didobrak- membuat remaja tampan yang menginjak usia 18 tahun (usia Korea) terjengit. Saat melihat siapa pelaku kegaduhan, Na Jisung –remaja tadi- menghela nafas. Kalau 'dia' datang ke kamar anak tunggal Na Jaemin ini, pasti ....

"Huweeee.... Jisungie, Renjun Gege sudah tak mencintaiku." Rengekan lumba-lumba cantik menggemaskan berwujud manusia bernama Lee Chenle langsung menyambut gendang telinga Jisung.

Sudah hafal dengan situasi ini, Jisung hanya berdeham dan melanjutkan acara 'mari mengerjakan tugas'. Chenle yang sesunggukan berdiri disamping kursi Jisung mulai melancarkan aksi keduanya. Gadis berkulit putih pucat seperti sang ayah itu menggoncang-goncang bahu Jisung. Menarik perhatian teman sejak bayinya itu. Jisung yang tak bisa tenang mengerjakan tugas akhirnya mengalah.

Remaja tampan Na Jaemin itu menghela nafas dan menarik kursi untuk Chenle duduk. Masih dengan muka datarnya, dia menatap gadis Lee itu.

"Apa lagi kali ini?"

Chenle sesunggukan. Lalu menghapus aliran kecil di sudut matanya.

"Renjun Gege tak mau menemaniku jalan-jalan besok. Padahal aku hanya ingin jalan berdua dengannya." Rengek Chenle dengan wajah menunduk dan bibir mengerucut.

Sudah ku duga –Jisung

Jisung menghela nafas. Masalah sepele lagi. Sepertinya dia harus protes pada Paman Minhyung untuk tidak terlalu memanjakan anak gadis satu-satunya ini. Manjanya bahkan melebihi si ibu lumba-lumba –read; Haechan-.

"Lalu?"

Huh? Chenle menatap Jisung. Lalu? Lalu apa?

Jisung bersedekap. Mata sipitnya tak sengaja melihat Renjun yang sudah berdiri bersandar di sisi pintu kamarnya yang terbuka. "Apa yang kau ingin aku lakukan? Membujuk Renjun hyung lagi untuk menuruti keinginanmu?" melihat senyum polos Chenle, Jisung mendengus. "Ya! Renjun hyung juga sibuk. Selain urusan kuliah, dia harus membantu Paman Yuta dan Paman Lucas di perusahaan. Kau tak kasihan padanya yang harus selalu menuruti semua keinginanmu?"

Chenle terdiam. Bibirnya mengerucut lagi. Si lumba-lumba tampak sedih. Sepertinya gadis itu menyadari kesalahannya. Huft! Harus kah dengan begini membuat si lumba-lumba tersadar?

"Tapi... Renjun Gege sering mengabaikanku. Sering tak membalas pesanku. Kadang tak mengangkat panggilanku dan selalu tak bisa saat aku mengajaknya keluar. Bahkan sudah dua minggu kami tak jalan-jalan keluar berdua. Aku... aku...." Jisung melirik sang hyung. Keluhan Chenle mungkin ada benarnya. Bagaimanapun juga, belakangan ini memang banyak kegiatan kampus dan terlebih lagi perusahaan Na Corp. akan mengadakan even perayaan Natal dan Tahun Baru. Wajar jika Renjun seperti tak memiliki waktu untuk si kekasih.

Renjun berjalan mendekat, berjongkok didepan sang kekasih dan menangkup pipi tembam sang gadis.

"Mianhae. Aku terlalu larut dengan kesibukanku hingga mengabaikanmu. Baiklah. Kita akan berkencan kemanapun kau mau hari minggu ini. Bagaimana?" Chenle langsung memeluk leher Renjun dan terisak kecil.

Aigoo... Jisung hanya bisa berdecak melihat pasangan itu. Sepupu dan sahabat kecilnya ini selalu ada saja. Chenle yang sangat manja dan Renjun yang selalu berusaha memenuhi keinginan sang kekasih. Dasar budak cinta. Ckckck....

Because I'm A Girl ✔ || Nomin GS!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang