"Makasih ya kak." Gue membungkuk sebentar saat wajah tampan kak Renjun terlihat dibalik kaca mobil.
Kak Renjun tersenyum sambil mengangguk kecil. Tanpa sepatah kata lagi, dia pergi dari hadapan gue dengan mobil hitamnya.
Gue menghela napas perlahan, terus membuka pagar rumah gue yang entah kenapa susah banget untuk dibuka padahal kuncinya ada ditangan gue.
Tangan gue gemetaran.
Kayaknya penyakit gue kambuh. Bukan penyakit serius, cuma penyakit yang terlalu lama nahan sakit terus gak mau nangis. Akhirnya gue berujung gemetaran, dan mata gue udah memburam karna air mata udah mengumpul di pelupuk mata gue.
Sampai gue merasa ada orang yang narik gue, terus peluk gue sampai erat banget seakan gak mau gue merasakan sakit itu lagi dan maunya gue tenang dengan pelukan dia.
Entah kenapa gue makin merasa bodoh dan gak tau diri, masih sempat-sempatnya berharap kalau kak Renjun putar balik kerumah gue dan meluk gue seerat ini. Padahal, kenyataan nya sekarang yang peluk gue adalah abang gue sendiri, yaitu si Jeno.
Saking kak Renjun menyita perhatian gue, gue sampai gak sadar kalau ada bunyi motor besar Jeno pertanda dia pulang. Seperti deja vu, Jeno memeluk gue tanpa ngomong apa-apa. Dia cuma mengelus punggung gue, sesekali ciumin pucuk kepala gue.
Kalau gue lagi gak posisi sedih, bibirnya mungkin udah gue gaplok karna berani banget cium-cium kepala gue. Tapi, karna gue sedih, gue Biarin aja semau dia.
***
"Makan Woi." Tegur Jeno yang entah sejak kapan berdiri diambang pintu kamar gue, sambil sandaran ganteng.
Gue berdecak keras, terus memalingkan muka gue menghadap jendela kamar yang udah ketutup dengan tirai biru. "Makan aja sendiri."
"Siapa bilang sendiri?" Tanya Jeno yang dapat gue rasa dia mulai masuk kekamar gue dan duduk dipinggiran kasur gue. "Ada Haechan dibawah nonton TV. Katanya, mama papa kita ada dirumahnya, terus dia pindah kesini."
"Gak peduli. Makan aja sana sama Haechan." Bilang gue masih kekeuh gak mau makan.
"Ada nasi goreng." Bilang Jeno singkat yang buat gue sedikit tertarik.
Kalau soal nasi goreng, entah kenapa gue susah buat menolak.
Dapat gue rasakan kalau Jeno senyum dibelakang gue. Setelahnya gue mendengar langkah pergi keluar, yang dapat gue tebak Jeno keluar dari kamar gue.
Tapi sebelum dia benar-benar keluar dan nutup kamar gue, dia dengan sengaja bilang, "nasi goreng spesial dari depan komplek Haechan. Udah disediakan dimeja makan." Lalu pintu tertutup dan Jeno menghilang dari radar gue.
Gue merubah posisi, dan melihat kearah pintu yang udah tertutup. Gue menghela napas, buru-buru bangkit dan keluar dari kamar.
Gue melangkah pasti menuruni anak tangga, samar-samar gue mendengar suara Jeno dan Haechan yang kelihatan nya Haechan nanyain gue mau makan atau enggak.
"Dia gak mau makan?" Tanya Haechan kedengaran di telinga gue.
Tidak ada jawaban dari Jeno sampai suaranya ikut masuk ketelinga gue, "gak tau. Tadi gue ajakin dia malah cuek bebek."
"Gegayaan. Nasi gorengnya gue makan baru dia nyesel." Bilang Haechan membuat gue buru-buru melangkah cepat kearah ruang makan.
Sesampainya gue, gue dapat melihat Jeno dan Haechan yang siap menyendokkan sendok nya di piring nasi goreng, yang dapat gue tebak itu punya gue.
"Sekali itu disendok, sekali juga gue pukul pakai kursi." Ucap gue ancang-ancang mau angkat kursi meja makan didepan gue.
Jeno dan Haechan menatap gue dengan cengiran lebarnya. Mereka menarik tangan mereka lagi, terus pergi mengambil nasi putih yang ada di rice coocker.
"Makanya, lain kali jangan gegayaan." Bilang Haechan yang sibuk mengambil nasi.
Gue diam gak menyahut, dan dengan cepat menyambar nasi gue bak orang kelaparan. Karna sejujurnya gue emang lapar, tapi gue yakin dua laki yang ada didepan gue sekarang ini lebih lapar.
"Ngapain mama papa gue ditempat lo?" Tanya gue mendongak kearah Haechan.
Dengan santai Haechan menjawab, "buat rencana perjodohan kita." Setelah itu dengan santai pula Jeno memukul kepala Haechan dari belakang, membuat lelaki itu terbatuk-batuk.
Gue menyodorkan segelas air yang ada didekat gue, dan dia minum air itu sampai habis.
"Ambilin." Titah gue dengan maksud meminta gelas itu diisi air lagi, dan Haechan tanpa penolakan menuruti gue walau muka nya gak ada kata ikhlas disana.
Enggak heran lagi sama abang sepupu gue yang satu ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan | Renjun✔️ [TELAH DITERBITKAN]
Fanfiction"Kenapa sih? Mantan selalu dateng pas gue mau ngelupain dia?" Mantan | Renjun Dyudyu, Started: Jan 2019 Ended: May 2019 [ TELAH DITERBITKAN TIDAK ADA DI TOKO BUKU ] Cerita nct lainnya dari Dyu BoyFriend - Jisung Pacar - Haechan Status - Jaemin Ric...