Gue melangkahkan kaki gue masuk kedalam kelas. Mata gue tertuju pada seorang laki-laki yang sekarang heboh sendiri, dan bergosip sana-sini dengan anak-anak kelas yang lain.
Dia sempet natap gue terus senyum, yang gue jawab dengan senyum sangat kecil, bahkan bisa dibilang sangat kecil pangkat dua. Gue masih gak punya mood untuk senyum lebar, karna kejadian minggu lalu.
Padahal saat itu adalah liburan sekolah yang selalu gue tunggu-tunggu. Tapi apa daya, malah menimbulkan luka dan berakhir tangis.
"Jen! Lo duduk sebangku sama gue." Teriak laki-laki itu, pas liat gue yang kebingungan mau duduk dimana.
Gue mengangguk kecil dan duduk disalah satu bangku kosong yang letaknya ditengah-tengah kelas, yang gue yakini itu adalah bangku laki-laki itu.
Demen banget jadi pusat perhatian, batin gue pas sadar bangku yang kita duduki untuk setahun kedepan ditengah-tengah kelas.
Laki-laki itu berpisah dari teman-teman yang lain, dan menghampiri gue yang menatapnya dengan tatapan datar.
Gue tau dari raut muka laki-laki itu, kalau dia baru saja dapet berita terbaru yang sebentar lagi bakal dibagi ke gue. Secara, kita itu soulmate sehidup semati.
Dia yang tau berita lagi panas-panas nya, pasti dibagi ke gue yang tipikal malas tau gosip. Motivasi dia beritahu gue soal gosip-gosip yang dia baca sih biar gue gak kudet.
Dan gue berharap kecil didalam hati, kalau berita itu tidak menyangkut—
"Lo putus sama Renjun?" Tanya dia duduk disebelah gue.
—hubungan gue yang putus minggu kemarin dengan mantan.
Gue menghela napas gue terus ngangguk. Gak ada guna nya gue bohong sama dia. Gue gak pandai bohong. Gue suci, kalian yang penuh dosah :))
"Pas liburan kemarin?" Tanya dia lagi, dan gue lagi-lagi cuma bisa ngangguk.
Dia diam, buat gue melirik kearahnya. Terlihat sekali dari raut muka nya, kalau dia tengah menahan marah dan kesal.
"Tau gitu, kemaren, gak gue biarin lo pacaran sama dia. Mending sama gue aja." Katanya, buat gue melongo tidak percaya.
Gue cukup tau kalau dia suka sama gue dari pertama kita jadi sahabat, tapi gue gak nyangka kalau dia bakal terang-terangan gitu dengan gue. Sementara ini, yang gue tau dia cukup enggan untuk bahas itu demi status kita yang sahabatan.
"Chenle.." tegur gue, dan dia hanya bisa menghela napas.
Gue dan Chenle udah sahabat sedari kita masuk ke sekolah ini pertama kali. Ketemu karna gak sengaja nabrak pas Mpls. Gila kan? Cuma nabrak dan itu pun gak sengaja, kita berakhir jadi sahabatan.
Ya kadang, gue emang segila itu sama Chenle.
"Gue awalnya gak percaya anak-anak pada nanya itu sama gue." Bilang nya memutar badan sepenuhnya menghadap ke gue. "Ya lo mikir aja. Hubungan lo sama Renjun itu adem ayem, gak pernah debat, gak pernah berselisih paham, karna Renjun bakal ngalah sama lo."
Ucapan Chenle emang benar adanya. Dan itu membuat gue sadar seketika, kalau selama ini hubungan gue dan kak Renjun jauh dari kata itu semua. Perdebatan, perselisihan, selalu tenteram damai. Dan kalau pun kita berselisih paham, kak Renjun yang bakal berakhir mengalah buat gue. Secara dia tau, kalau gue orang nya keras kepala.
Dan sekarang otak gue yang pintar ini mikir. Gak heran dia menganggap gue ini adeknya, karna semua yang dia lakukan itu adalah perlakuan yang selalu gue harapkan dapat dari Jeno. Yang status nya abang kandung gue.
"Gak heran kalau dia nganggep gue adeknya aja, Chen." Sahut gue yang cukup diam mendengarkan ucapan demi ucapan Chenle yang bak ikan lumba-lumba itu.
Chenle melongo, "lo? Dianggep adeknya doang? Gila si Renjun!"
Iya Chen, dia emang gila. Batin gue tersenyum menyetujui Chenle.
"Masa nganggep Adek yang bentukan nya macem Jena?! Jeno aja ogah nganggep Jena Adek nya!" Lanjut Chenle sontak saja gue melotot tidak percaya.
Untuk yang ini, gue rasa gak perlu bilang pun kalian tau, kalau gue gak bakal terima.
Tak butuh waktu lama, gue melayangkan pukulan maut gue ke kepala Chenle yang setelahnya dia mengaduh sakit.
"Lo kangen banget ya sama tangan gue?" Sungut gue kesal.
Chenle masih mengusap kepala nya yang baru saja gue pukul, dan jangan lupakan tatapan kesalnya itu melebihi kekesalan gue. Aneh emang, padahal yang seharusnya kesal disaat ini itu, gue.
"Mending nanti lo ikut gue ke kantin." Ajak Chenle tiba-tiba, buat gue menoleh.
"Katanya ada anak kelas sepuluh yang ganteng nya kelewat ganteng. Bisa aja gitukan, lo kecantol sama dia. Kalaupun nggak dia khilaf terus dia yang kecantol." Chenle menjelaskan, dan gue kembali menoleh kearah depan lebih tepatnya papan tulis berada.
Gue cuma diam tidak terlalu memikirkan ajakan Chenle tadi, karna istirahat nanti kalau bukan ke kantin gue emangnya bakal kemana?
Tak lama itu, guru yang berstatus wali kelas gue datang masuk kekelas.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan | Renjun✔️ [TELAH DITERBITKAN]
Fanfiction"Kenapa sih? Mantan selalu dateng pas gue mau ngelupain dia?" Mantan | Renjun Dyudyu, Started: Jan 2019 Ended: May 2019 [ TELAH DITERBITKAN TIDAK ADA DI TOKO BUKU ] Cerita nct lainnya dari Dyu BoyFriend - Jisung Pacar - Haechan Status - Jaemin Ric...