Chapter 10

24.4K 2.9K 342
                                    

"Kenapa kakak gak bilang? Kalau kakak sakit?"

"Buat apa? Gue nggak mau ganggu lo."

"Sejak kapan sih? Apa yang berurusan sama kakak itu ganggu aku?"

"Gue kan bukan siapa-siapa nya lo." Bilang kak Renjun yang membuat gue otomatis diam.

Gue mengedarkan pandangan, ternyata yang lain enggak mendengarkan percakapan kita karna sibuk sama PlayStation kepunyaan kak Renjun.

Gue menghela napas. "Makanya jangan putusin aku. Biar aku bisa dikabari sama kakak." Bilang gue pelan tanpa melihat kearah kak Renjun.

Gue yakin, diam nya kak Renjun saat ini itu karna merasa tidak enak dengan ucapan gue barusan.

Gue kini melihat kearah mangkuk bubur ayam yang belum dijamah kak Renjun, walaupun mangkuk itu ada ditangan nya. Gue mendengus, "kenapa buburnya gak dimakan?"

Kak Renjun mendongak kearah gue sebentar, lalu matanya ikut melihat semangkuk bubur yang ada ditangan nya. "Gak nafsu makan."

Gue diem, dan dia juga diem. Gue tau kak Renjun bohong, karna mama kak Renjun bilang kalau makan bubur ayam pas sakit itu gak bikin kak Renjun gak nafsu makan. Sama kayak gue yang susah menolak nasi goreng, walaupun sakit dan hanya mau makan nasi goreng, padahal dilarang mati-matian.

Gue merampas mangkuk bubur tersebut, lalu menyendokkan bubur dan mengarahkan nya pada kak Renjun.

Kak Renjun kaget melihat gue yang hendak menyuapkan nya. Tapi bukan kak Renjun namanya, kalau gak mengalah sama gue dan gak mau berdebat dengan gue hanya karna gak mau makan.

Alhasil, dia nerima mau gak mau dan memakan nya.

Gue tersenyum tipis pas gue menunduk, dan samar gue bisa lihat kak Renjun yang ikut tersenyum tipis pas lihat gue yang senyum gini.

Gue gak mau menyindir kak Renjun yang tadi begayaan gak nafsu makan, karna takut kak Renjun bakal ngambek terus benar-benar gak mau makan walaupun gue suapin.

Gue kembali menyuapkan sesendok bubur ke kak Renjun, saat gue lihat mulutnya itu udah nggak menunjukkan pergerakan apapun. Tanpa membantah, kak Renjun menerima nya dengan mulut terbuka.

Mata gue gak diam aja pas kak Renjun mengunyah bubur ayamnya. Gue melihat kesekeliling kamar kak Renjun, yang baru ini gue masuki.

Kamarnya banyak banget dihiasi dengan karakter moomin, membuat gue yakin kalau dia sebegitu sukanya sama karakter kartun lama itu. Dan jujur, gue gak pernah tau dia se-childish itu padahal sikap nya dewasa banget kalau sama gue.

Kamar kak Renjun sama kayak ruangan lain dirumahnya, berwarna putih dengan beberapa interior berwarna hitam juga abu-abu.

Sebuah coletan di lengan membuat gue menoleh kearah si pelaku. Kak Renjun, si pelaku itu membuka mulutnya seakan meminta gue untuk menyuapkan dia bubur ayam lagi.

Menahan senyum, gue menyuapi kak Renjun lagi dengan hati-hati. Jujur aja, gue kayak lagi kasi makan Adek bayi yang gak bisa makan sendiri.

"Gila aja, tuh status mantan malah suap-suapan." Celetuk Haechan yang dengan jelas menyindir gue sama kak Renjun sekarang ini.

Kalau biasanya gue yang marah diledekin, sekarang justru kak Renjun yang marah dengan melempar salah satu boneka nya yang ada diatas kasur kearah Haechan.

Haechan mendelik kearah kita berdua yang gue gak diam dengan menjulurkan lidah, sementara dia menggerutu kesal.

"Status mantan kayaknya lebih bikin mereka mesra." Kini berganti Jeno yang menyindir, buat gue berdecak keras.

Kak Renjun senyum, terus natap gue yang masih sibuk melihat kearah Jeno dengan teman-teman nya yang sibuk ngeledekin gue.

Iya tau kita cuma mantan. Lalu apa?

"Gimana dengan pr nya?" Tanya kak Renjun lembut, buat gue menoleh kearahnya.

"Gimana apa nya kak?"

Kak Renjun menghela napas. Kayaknya dia frustasi karna gue gak ngerti omongan nya. Mwehehe :))

"Jawaban yang gue kasi bener apa enggak?" Tanya kak Renjun memperjelas, membuat gue membentuk mulut gue dengan huruf 'o'

"Gila! Pr nya dibantu, Bung!" Sahut Haechan entah bagaimana bisa denger, padahal kak Renjun ngomong nya pelan dan halus.

Gue berdecak saat mata gue mendelik kearah Haechan yang sok tak peduli.

"Gak gimana gimana kok. Belum dikoreksi sama gurunya." Kak Renjun pun mengangguk paham.

"Lain kali, beritahu gue"

"Soal nilainya?"

Kak Renjun menghela napas, lalu menggelengkan kepala. "Maksud gue, kalau ada pr."

"Kenapa kasi tau kakak?"

***

Dipotong demi kepentingan penerbitan

Baca cerita Dyu yang lain yuk! Selagi nunggu cerita mantan cetak!
💚💚💚💚

Mantan | Renjun✔️ [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang