Chapter 7

25.1K 3.2K 181
                                    

Kaki gue melangkah pasti keluar dari gedung sekolah.

Seperti kata Jeno dan Haechan, gue hari ini benar-benar pulang sendiri. Sebenarnya bisa aja gue pulang bareng Chenle, tapi si anak konglomerat itu nambahin jadwal les nya yang entah bagaimana jadi rajin. Gue cuma berdoa aja tuh anak nggak jadi gila bukan nya jadi pintar.

Udah les bahasa Cina, bahasa Korea, terus dia nambah les bahasa Inggris. Kalau gue di posisi Chenle mah, milih les tidur daripada les bahasa. Lagian, nilai mtk gak pernah tuntas aja soksok'an les bahasa asing.

Gue asik jalan menuju gerbang, terus mata gue menangkap salah satu sosok ciptaan Tuhan yang berhasil mengambil perhatian gue. Siapa lagi kalau bukan kak Renjun?

Dia bersandar di dinding pos satpam. Tanpa Baper atau apa, gue tau kalau mata kak Renjun daritadi merhatiin gue. Tapi, karna gue gak mau di cap ke ge'er-an, gue pura-pura gak peduliin doi dan terus jalan sampai akhirnya gue melewati dia.

Pas gue melewati kak Renjun, ada yang narik tangan gue buat balik lagi.

Gue yang udah hapal sama genggaman tangan nya ini mah bisa langsung tau, biarpun belum liat muka nya sekalipun.

"Hari ini lo pulang sama gue." Bilang kak Renjun memberikan gue helm, kebetulan dia hari ini pakai motor besarnya.

Jarang-jarang kak Renjun bawa motornya. Karna biasanya, dia lebih keseringan bawa mobil dan gue pun lebih sering di boncengin sama dia pakai mobil ketimbang motor.

Gue gak nerima pemberian helm yang kak Renjun kasi ke gue. Dia menghela napas, lalu narik tangan gue buat nerima helm yang udah disiapin. Mau gak mau gue ambil.

"Gue udah ijin sama Jeno." Bilang kak Renjun lagi, terus naik ke atas motornya.

Dia menghidupkan mesin motornya, terus natep gue yang masih diam ditempat sambil merhatikan dia daritadi.

Dari sorot matanya, gue tau kalau dia memerintahkan gue buat naik. Gue cuma bisa menghela napas, dan naik diatas motornya. Jangan lupakan dengan tangan kak Renjun, yang nuntun kedua tangan gue buat memeluk pinggang nya.

Karna gue masih tau batasan gue gimana, apalagi pas gue naik tanpa sengaja mata gue liat Ningning yang lagi merhatiin kita, gue akhirnya pegang jaket kak Renjun aja tanpa mau memeluk dia kayak yang dia harapkan.

Tidak ada respon apapun, kak Renjun menjalankan motornya segera pas dirasa gue udah siap buat dia boncengin.

Hari ini cuaca seakan mendukung kak Renjun untuk menjalankan motornya. Gue tatap langit sore, yang warna nya tampak cerah dan gak ada tanda-tanda hujan bakal turun sebentar lagi.

Terus mata gue beralih dengan kaca spion kak Renjun, yang menampakkan wajah kak Renjun walau hanya terlihat matanya saja. Karna kak Renjun memakai helm full face nya, sehingga gue gak bisa bebas perhatikan mukanya dari kaca spion.

"Temenin gue makan dulu ya." Bilang kak Renjun tiba-tiba, yang nggak bisa gue dengar sama sekali.

"Ha?!" Tanya gue mengeraskan suara gue, karna gue merasa suara kendaraan lain ditambah suara deru motor kak Renjun bakal menghalangi suara gue.

Tidak ada sahutan dari kak Renjun, gue cuma diam dan mikir mungkin kak Renjun gak dengar gue ngomong apa tadi. Iyalah, gue aja gak dengar dia ngomong apa.

Motor kak Renjun membawa kita berhenti di cafe yang selalu jadi tempat berdua gue sama kak Renjun. Gue turun tanpa disuruh, diikuti kak Renjun yang juga turun dari motornya.

Gue tatap cafe dengan bingung, terus tatap kak Renjun yang lagi benerin rambutnya di kaca spion motor.

"Kita mau makan?" Tanya gue, yang kak Renjun cuma jawab sambil ngangguk aja.

Kak Renjun membenarkan tas ranselnya, terus menarik tangan gue untuk dia gandeng dan masuk kedalam cafe.

Bener-bener alamat gue Baper sendiri ini.

Mantan kok masih gandeng gandeng :)

Kak Renjun narik gue ke salah satu meja yang posisinya dekat dengan jendela.

Dia melepaskan tangan gue ketika udah sampai dimeja yang bakal kita tempatin. Dia duduk disalah satu kursi, dan gue duduk dikursi depan nya.

Baru saja gue sama kak Renjun duduk, mbak-mbak pelayan nya datang sambil bawa buku menu. Gue cukup salut dengan pelayanan di cafe ini, karna mereka gercep banget melayani pelanggan cafe.

Mungkin ini menjadi salah satu alasan kenapa kak Renjun suka ke cafe ini, dan sejujurnya alasan ini jugalah yang buat gue suka makan di cafe ini. Ditambah masakan nasi goreng nya yang enak, walaupun gak bisa mengalahkan popularitas nasi goreng didepan komplek nya Haechan.

"Ditunggu ya, pesanan nya.." bilang mbak-mbak pelayan nya ramah, terus bawa buku menu yang dipegang kak Renjun ke meja kasir seperti biasa.

Gue daritadi diam karna gue sebenarnya lagi malas makan. Tapi, si ganteng ini malah pesenin gue makan yang buat gue jadi makin unmood.

Pasalnya, di posisi gue sekarang ini lagi Males buat makan nasi goreng setelah insiden di kantin tadi yang buat gue eneg untuk memakan nya. Ditambah, orang yang bakal makan sama gue sekarang ini yang buat gue eneg.

"Kenapa?" Tanya kak Renjun yang mungkin merasa aneh karna muka gue daritadi datar-datar aja.

"Lagi gak mau makan." Jawab gue sejujurnya, dan itu buat kak Renjun menatap gue dengan tatapan gak percaya.

"Kenapa gak bilang?" Tanya kak Renjun lagi, seakan-akan menyalahkan gue.

"Kak Renjun gak nanya." Jawab gue dengan nada gak santai, karna gak mau merasa terintimidasi.

Kak Renjun menghela napasnya, lalu bangkit dari duduk nya buat gue menatap dia penuh rasa penasaran. "Mau Kemana?" Tanya gue buat dia noleh ke gue sebentar.

"Bungkus aja makanan nya." Kak Renjun menjawab, terus pergi menuju meja kasir untuk membungkus makanan nya sekalian membayarnya.

Sedangkan gue masih diam ditempat sambil menghela napas panjang. Kebiasaan dari kak Renjun, dia selalu berakhir mengalah dengan gue dan gak mau memperpanjang perdebatan atau memulai perdebatan.

Dia balik lagi ketempat gue, dan kembali duduk didepan gue. Sekarang berganti muka kak Renjun yang berubah datar, membuat gue yakin kalau kak Renjun lagi nahan emosi sekarang ini.

Walaupun kak Renjun gak pernah nunjukin emosinya sama gue, tapi gue cukup tau hanya dengan melihat dia yang berubah jadi datar dan aura nya dalam mode senggol bacok.

Gue menghela napas, mencoba gak memperdulikan kak Renjun dan memilih memainkan ponsel gue.

Kalau posisi kita masih pacaran, gue yakin sekarang ini gue lagi maksa maksa kak Renjun yang kenapa berubah datar dan mencoba untuk peduli dengan dia.

Tapi karna gue sadar posisi dan gue tau batasan, apalagi mengingat dia yang lagi punya gebetan baru, gue mah diam dan gak peduliin dia.

Lagian, punya Gebetan baru kenapa malah ngajakin gue?

Heran.

***

Mantan | Renjun✔️ [TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang