Ge & Kiya : Beranda

28 1 1
                                    

Perkuliahan di gedung baru sudah berjalan sekitar satu semester. Enam bulan sudah merasakan aura gedung yang berbeda dengan gedung keramat lainnya. Kursi dan mejanya beda dengan gedung segi, warna cat gedung juga beda dari gedung segi. Apalagi baunya. Gak ada bau pesing, adanya bau cat. Kursi masih diplastik, gak boleh dibuka, katanya sih biar tetep bersih. Sampai ada aturan kursi jangan diseret tapi diangkat.

Well, jiwa vandalism itu mau sedikit  juga pasti pernah melekat di tiap-tiap orang. Siapa yang gak pernah gatel buat corat coret meja yang masih bersih. Ditulis nama gebetan pakai inisial, berharap gak ada yang tahu, tapi udah cerita-cerita ke banyak orang. Nusuk-nusuk plastik kursi yang mulus pakai pulpen. Kursi yang dirampok dari kelas lain diseret setiap kekurangan kursi. Ya siapa suruh tiap kelas kursinya kurang.

Sementara itu gedung segi masih gagah berdiri di puncak kampus dengan lambaian plafon yang menjuntai indah dan rontokan-rontokan butir-butir hitam, coklat, putih yang gak jelas apa. Bisa debu, bisa kelupasan cat, bisa yang lain... umm.. yang lain lah. Ini gedung berdiri aja tanpa diapa-apain. Gak dibongkar, gak direnovasi, gak dirubuhin. Mungkin petinggi kampus membiarkan gedung segi osteoporosis aja gitu, biar gak keluar biaya. Begitu pikir gue yang berdiri di depan segi sambil menatap lekat gedung berlantai tiga di hadapan gue kaya orang jatuh cinta, sambil ngemut permen loli rasa jeruk dari merek cupcup. "Pinter juga petinggi kampus," batin gue.

Cukup lama juga gue berdiri di depan gedung segi. Menghindari omongan orang yang bisa jadi nyangka gue kurang kerjaan atau lagi menyembah berhala, gue memutuskan buat pergi dari situ dan berjalan turun ke gedung baru yang tepat banget di seberang kanan gedung segi. Dua bangunan ini terlihat kontras dari jauh. Beauty and The Best gitu. Tapi gue sebagai penganut" "jorok itu nyaman", jadi ya gedung segi emang belum ada yang ngalahin.

Gue iseng berjalan ke pintu di sisi kiri gedung baru. Alasannya sih sepele, di bagian kiri gedung baru yang bentuknya letter "u" itu, ditempati sama anak-anak jurusan seni. Sekarang jurusan bahasa dan seni sudah bener-bener gabung. Dulu, selain gedung segi, jurusan seni kuliah diujung kampus dekat lapangan tenis. Sekarang gedung lama jurusan seni itu juga nasibnya mungkin bakal sama dengan gedung segi.

Gue jalan masuk lewat basement gedung baru naik tangga lingkar sambil ngintip-ngintip ke jendela tiap lantai di gedung sisi kiri, berharap ada sosok yang lagi nemplok di salah satu ruangan. Tapi kayanya di pagi menjelang siang (sebut aja jam 10 pagi) yang adem-adem gini, makhluk yang gue maksud mungkin masih tergolek di ranjang salah satu teman kostnya. Sampai di lantai tiga tempat gue kuliah pun, sosoknya gak kelihatan. Gue ngeluarin ponsel gue, sambil diputar-putar. Apa perlu gue chat ini orang? Otak sama hati gue tiba-tiba adu jotos.

Gue berdiri di beranda lantai tiga. Beranda yang jadi jembatan antar gedung kiri dengan gedung tengah. Di sisi gedung kanan juga ada beranda ini. Gue duduk bersila di beranda sambil menghadapkan badan gue ke arah utara gedung alias ngelihatin tempat parkir, sambil harap-harap cemas siapa tahu makhluk kacamata yang gue cari, lewat terus markirin motor di basement lewat jalan masuk dibawah beranda-beranda ini. Sambil menimbang-nimbang apa gue mau ngotakin itu pria atau gak, dengan ponsel di tangan kanan gue. Tiba-tiba terdengar suara yang gak merdu memanggil nama gue dengan lantang.

"Ge!!" panggil seorang cewek dengan jaket coklat hoodie, kaos oblong biru, celana jeans biru belel ada bolong-bolongnya dikit, kerudung anak SD warna putih, tas ransel yang isinya gak jelas apaan.

Tanpa nunggu panggilan diulang, gue menengok siapa yang manggil karena suaranya kenceng sampai semua orang di lorong gedung dalam ngelihat ke arah dia yang manggil gue. Orang yang pasti teman gue ini berjalan dengan langkah yang gak ada anggun-anggunnya. Karena gedung dalam dengan beranda pakai pintu kaca, gue bisa lihat dia dengan jelas. Padahal itu pintu kaca udah dibuka satu, tapi gue gak ngerti kenapa dia dorong juga pintu kaca yang satunya lagi. Begitu dia sampai gue cuma nyengir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kampus Sweet KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang