Gedung Segi Terbakar

34 2 0
                                    

Hari ini gue libur. Tidak ada perkuliahan. Waktunya buat gue malas-malasan di rumah. Mama juga hari ini tidak ada jadwal mengajar. Tapi sibuk di rumah, di depan komputernya. Mukanya mengerut. Kacamata di hidungnya sudah mulai turun. Air teh hangat di mejanya sudah mulai dingin.

Gue menjahili mama yang serius banget di depan komputernya. Gue masukin tangan gue ke kulkas, ditempelin ke freezer. Tidak perlu lama-lama. Gue tempelin tangan gue yang dingin ke leher mama. Mama teriak-teriak karena kedinginan. Gue cuma cekikikan.

"Aduh, Ge. Dingin," protes mama sambil mengelap lehernya yang basah.

"Hahaha. Abis mama serius banget. Anaknya lewat aja sampai gak tahu. Mama gak ngajar hari ini?" kata gue sambil mengambil minum.

"Gak ada jadwal ngajar. Tapi ini lagi bikin buat serdos. Makanya mama stres kalau gak selesai."

"Hooo....," kata gue.

"Kamu gak kuliah?"

"Libur, ma. Ini mau mandi dulu ah. Biar gak dibilang males. Abis itu mau puas-puasin nonton."

"Ya sudah sana mandi dulu."

Habis minum gue langsung menuju kamar mandi. Mumpung libur, gue menghabiskan waktu mandi yang lama. Lima menit aja. Hahaha. Males buat bersih-bersih banget. Toh gak akan pergi kemana-mana. Dengan waktu lima menit akhirnya gue selesai mandi. Mama yang heran karena gue mandinya cepat, kembali mengerutkan dahinya.

"Kamu tuh mandi apa main air doang. Kok cepet. Cewek kok jorok."

"Biarin ma ah. Gak kemana-mana ini," kata gue sambil mengambil piring ke dapur. Perut sudah keroncongan gak karuan.

"Tadi handphone kamu kayanya bunyi terus Ge. Coba di cek."

"Ntar ma. Abis makan. Males ke atasnya." Gue menghabiskan makan gue. Hari ini menunya nasi goreng buatan Papa. Untungnya gue gak kehabisan nasi goreng buatan Papa. Soalnya semua anggota keluarga senang banget dengan nasi gireng buatan Papa, gue sering kehabisan. Setelah selesai makan, gue akhirnya naik ke atas, ke kamar gue.

Handphone gue di taruh di meja. Gue coba untuk cek handphone gue. Apalagi setelah mama bilang kalau handphone gue terus bunyi selama gue mandi tadi. Gue buka dan gue lihat berderet miscall dan pesan.
Gue buka daftar miscall. Ada dari Kiya dan Bang Gito. Gue penasaran, tumben banget mereka miscall. Gue akhirnya membuka pesan.

Kebanyakan dari Kiya, sisanya dari teman-teman yang lain. Gue buka pesan dari Kiya.

Ge, gedung segi kebakaran.

Woi! Kemana lu?

Ge, kampus sini buruan. Gue tungguin.

Ge! Buruan ngampus!

Membaca pesan dari Kiya, gue mencoba menelepon Kiya. Untungnya langsung nyambung.

"Halo, Ki."

"Woii! Buruan ke kampus!"

"Itu beneran gedung segi kebakaran?"

"Bener! Makanya buruan ke kampus!"

"Iya iya. Gue jalan sekarang. Tapi sabar ya, rumah gue kan jauh."

"Iya gak apa-apa. Yang penting lu dateng."

Gue mematikan handphone lalu segera bersiap untuk ke kampus. Pakai baju seadanya yang penting kelihatan bersih. Mendadak nyesel karena tadi mandi cuma lima menit. Gimana kalau ketemu Hari terus dia lihat muka kucel gue. Masa bodo dengan itu, gue buru-buru. Sebelum Kiya marah kalau gue dateng telat. Ya walaupun dia gak mungkin marah sih.

Kampus Sweet KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang