((Edrea Point of View))
Hari ini, atasanku, Pak Cahyo akhirnya kembali ke kantor setelah seminggu menjalani perjalanan dinas nya ke Maluku. Aku kebagian tugas membagi-bagikan oleh-oleh berupa sekotak Teh beraroma Pala khas Maluku ke setiap meja pegawai di divisi Aksesibilitas Udara, kebanyakan meja kosong karena ditinggal pemiliknya yang sedang dalam perjalanan dinas.
Hari ini, adalah hari pertamaku berbicara dengan sosok Kak Bayu. Pria berusia sekitar 25 tahun itu tampak santai dan tidak senioritas sama sekali. Persis seperti yang digambarkan Mbak Mayang. Kalau di pikir-pikir Mbak Mayang benar juga, Kak Bayu benar-benar menghindari huruf R dalam semua perkataannya. Ah, dia lucu, aneh bin kocak! Besok akan ku pancing lagi dia supaya menyebut namaku, kan namaku ada huruf R nya. Aku tidak berniat mempermalukannya sama sekali, aku hanya penasaran. Sedikit penasaran!
Aku masih belum bergerak dari meja Pak Brantas yang kosong itu. Ah, aku benar-benar bingung harus melakukan apa lagi. Aku diam saja deh disini, sumpah gabut banget ya ampun!
Mbak Mayang masih dalam perjalanan dinas, geng pecah belah ku juga gak ada dikantor hari ini. Kenapa sih aku magang di divisi ini, Ya Tuhan!
"Edrea, dipanggil Pak Cahyo." Pekik Mbak Lilis memecah keluhanku didalam hati.
"Mampus gue salah apa..." Batinku, tanpa aba-aba ku balikan badan dan setengah berlari keruangan Pak Cahyo
Sebentar, sepertinya saat aku balik badan barusan aku mendapati Kak Bayu melirik ke arah ku. Ada yang tidak beres dari tatapannya, sungguh. Pak Cahyo dulu deh, urusan Kak Bayu nanti saja.
Pelan-pelan aku mendorong pintu kaca yang sebelumnya sudah aku ketuk tiga kali sembari membaca mantra andalanku agar dikuatkan secara mental oleh yang maha kuasa.
"Bismillahirrahmanirrahim 3x"
Aku melangkah masuk ke ruangan yang terang benderang karena satu sisi dindingnya berupa kaca yang langsung memberikan pemandangan keluar gedung. Cahaya matahari menyeruak masuk tanpa halangan kedalam ruangan yang luas nya kira-kira 10 meter persegi. Terlihat disudut ruangan sedang duduk seorang laki-laki berambut putih yang jika ditebak berumur setengah abad serta bertubuh gemuk dengan lapisan jas hitam, ia sedang membenarkan posisi kacamatanya yang tadi sedikit melorot, ia menegakkan sandaran kursinya.
"Hidung saya pesek, jadi kacamatanya turun. Silahkan duduk Edrea" Gumamnya
"Kalau terlalu mancung justru bahaya, Pak. Nanti kacamata nya naik sampai ke jidat." Ucap ku reflek, tak kuduga bibir ku mengucapkan hal itu. Diluar kontrolku, sumpah. Sebelum aku memaki diriku lebih dalam, Pak Cahyo merespon lelucon sampah ku.
"Hahahaha.. ada -ada saja kamu, Dre. Masa kacamata di jidat." Respon Pak Cahyo diluar dugaanku, ternyata selera humornya sama bobrok nya dengan selera humor ku. Rasanya ingin ku katakan seperti ini
"Sepertinya kita bisa jadi teman nongkrong Pak."
Tapi tentu aku tahan, aku tidak mau dideportasi dari instansi Kementerian ini. Aku baru magang 2 minggu dari total 3 bulan. Mau ditaro mana muka ku jika aku di pulangkan paksa oleh instansi gara-gara aku kurang ajar pada atasan yang sudah tua ini. Aku sudah di semester akhir, 8, hampir lulus, aku tidak mau bikin masalah yang aneh-aneh.
"Bagaimana magang disini?" Tanya nya, yang ku artikan sebagai pertanyaan basa-basi
"Saya setiap hari hanya fotokopi atau cetak dokumen dan bolak-balik ruang pantry, Pak. Sebenarnya saya tidak masalah, tapi jika memungkinkan saya dapat jobdesk yang membuat saya jadi lebih produktif tentu saya akan senang, Pak." Jawab ku apa adanya, aku fikir Pak Cahyo cukup bijak menerima jawaban jujur dariku.
![](https://img.wattpad.com/cover/173109780-288-k386969.jpg)
YOU ARE READING
Paham
ChickLitPaham yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengertian, mengetahui apa yang dimaksud oleh sesuatu; termasuk mengerti keadaan orang lain. Paham tidak melulu mudah diraih, meski dengan penjelasan gamblang terkadang masih suka salah...