FOUR

7.6K 951 32
                                    

PARK JIMIN’S POV  

Keeskokan harinya, setelah hari dimana aku mendeklarasikan bahwa Harin adalah milikku, gadis itu tidak pernah menampakkan batang hidungnya ke sekolah lagi. Asumsi buruk mulai memenuhi kepalaku. Bagaimana kalau ia mencoba untuk menghindariku? Bagaimana kalau ia tidak mau bertemu denganku lagi? Dan skenario yang paling buruk, bagaimana kalau ia tiba-tiba pindah sekolah dan meninggalkanku?

Aku menghubunginya berkali-kali, setelah dengan berhasil meminta nomor telponnya secara paksa. Tapi hasilnya nihil. Harin tidak pernah merespon. Hal ini membuatku sangat khawatir. Apakah aku telah melakukan hal yang salah?  

Aku menanyakan perihal Harin kepada sekretaris kelas, dan ia mengatakan bahwa Harin sedang sakit. Sebagian dari diriku merasa lega karena ia tidak masuk karena sakit dan tidak berencana untuk pindah sekolah, tapi sebagian dari diriku juga merasa khawatir. Apakah ia baik-baik saja?  

Aku tidak mengerti kenapa, sejak melihat Harin untuk pertama kalinya, duduk di bangkuku sambil menggambar di kelas, aku tidak bisa melepaskan pikiranku padanya. Bahkan aku pura-pura tidur, demi memerhatikan gadis itu dari posisiku. Melihat bagaimana keningnya akan selalu berkerut saat sedang serius dan sesekali menguap karena kebosanan. Apakah ini yang disebut dengan cinta pada pandangan pertama? Jika hal itu benar-benar ada, maka Harin-lah yang membuatku menjadi seperti ini. Aku bahkan bisa gila melihat hanya seujung rambut gadis itu.  

Katakanlah aku orang yang berlebihan, tapi sungguh, hanya Lee Harin yang bisa membuat jantungku berdegup dengan sangat kencang seakan-akan aku berlari dua putaran maraton. Bahkan seorang Kim Yejin—primadona sekolah yang orang-orang sering pasangkan denganku—tidak pernah membuatku merasa seperti ini.  

Harin memang tidak se-cantik Yejin. Dia itu tipe gadis yang kelihatannya tidak terlalu peduli dengan penampilannya. Selalu bergaya kasual dan nyaman. Dia juga bisa kukatakan agak kasar, kontras dengan Yejin yang lemah lembut bagaikan malaikat.

Tapi ada satu hal yang tidak aku mengerti dari gadis itu. Kenapa ia mencoba untuk menghindariku? Padahal aku yakin sekali, setiap gadis yang melihat ke arahku akan langsung terpesona padaku. Tapi kenapa tidak pada Harin? Hal ini malah membuatku tambah bersemangat untuk membuatnya luluh dan jatuh ke dalam pelukanku. Aku hanya ingin Harin menjadi milikku.  

Mereka bilang aku adalah orang yang egois. Karena memang itu kenyataannya. Jika aku ingin sesuatu, aku harus mendapatkannya, sekalipun itu harus mengorbankan nyawaku sendiri. Mungkin karena memang aku terlahir sebagai satu-satunya anak lelaki dari orang tua yang kaya raya, aku bisa mendapatkan apapun yang aku inginkan hanya dengan meminta saja.

Aku hidup dimandikan dengan uang kedua orang tuaku, makan dengan sendok emas, dan memakai pakaian yang terbuat dari sutra. Terkadang aku merasa seperti anak yang manja. Aku menyadarinya, tetapi aku tidak bisa melepaskan sikap itu karena aku memang terlahir dan dibesarkan seperti itu. Sikap egois itu seakan sudah mendarah daging di tubuhku. Dan hal itu membuat keinginanku untuk memiliki Harin semakin kuat.

Aku tidak mungkin meminta kedua orang tuaku untuk menjodohkan Harin denganku, karena aku tahu Harin akan membenciku seumur hidup jika aku melakukannya. Jadi hal yang bisa aku lakukan saat ini adalah mengejarnya. Dan dengan cara mengumumkan ke semua orang bahwa Harin adalah milikku, aku yakin semuanya akan berjalan dengan mudah. Karena aku tahu, tidak akan ada yang berani menentang seorang Park Jimin.  

Hari ini adalah akhir pekan, dan Harin tidak ke sekolah selama tiga hari penuh. Aku malah menjadi tambah khawatir. Bagaimana kalau ia punya penyakit keras dan harus diam di dalam rumah sakit berhari-hari?  

“Jim, berhentilah menghubungi Harin. Dia tidak akan meresponnya. Lagi pula dia baik-baik saja. Saat ini aku yakin ia sedang menonton netflix di dalam kamarnya sambil makan kripik kentang.”  

Somersault; pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang