FORTY TWO

3.8K 642 177
                                    

A/N:

Double update karena why not 😊
Chapter khusus buat kalian yang kangen sama Jimin. Sorry kalau chapter sebelumnya sangat bertele-tele. Semoga aja kalian ga cepat bosen ya 💜

anyway, part ini belum bener2 diedit. jadi mohon permaklumannya.

enjoy!

.

💘💘💘

PARK JIMIN'S POV

Suara biola memenuhi isi ruanganku. Niccolo Paganini, Caprice No. 24. Terdengar sangat dramatis di telingaku, tapi entah kenapa musik ini sangat mendukung suasana hatiku saat ini.

Sebotol anggur merah terletak di meja di depanku, dengan beberapa potongan keju serta buah-buahan ada di sebelahnya. Aku tidak mengerti kenapa, malam ini tiba-tiba suasananya sangat cocok digunakan untuk meminum anggur sembari mendengarkan musik klasik.

Aku menyenderkan kepalaku di sofa ruang tengahku. Menghela napasku pelan. Kedua kakiku aku selonjorkan di meja depanku, dan segelas anggur tahun 1970 mengapit di jari-jari tanganku.

Ada banyak hal yang terus menghantui pikiranku akhir-akhir ini. Pekerjaan, orang tuaku, Kang Sora, dan yang paling banyak mengonsumsi otakku adalah Lee Harin.

Lee Harin.

Gadis itu masih sama seperti dulu. Ego yang setinggi langit, payah dalam membuat keputusan, dan semua tingkah serta prilakunya berkebalikan dengan keinginannya. Bagaimana aku bisa tahu? Semua tertulis dengan jelas di wajah gadis itu. Harin payah dalam mengontrol ekspresinya. Marah, senang, sedih, semuanya terbaca dengan jelas saat kau melihat wajahnya dengan sekilas.

Mungkin tidak semua orang mengetahui makna apa yang tersembunyi dibalik topeng wajah yang dikenakan gadis itu. Tapi entah kenapa aku bisa melihatnya dengan jelas. Aku dapat melihat dengan jelas topeng apa yang dikenakan gadis itu jika ia di dekat Jin, di dekat Jungkook, Sora, maupun diriku. Karena setiap orang yang gadis itu temui, gadis itu seakan memiliki sikap yang berbeda.

Aku menyesap anggurku dengan perlahan, mempersilahkan aroma anggur menyeruak di dalam tubuhku. Mataku tertutup, menikmati suasana malam ini yang sepi, hanya bunyi musik klasik yang memecah keheningan.

TING!

Aku segera membuka mataku, mengambil ponselku yang baru saja berdenting, mengganggu ketenanganku. Aku berdecak sebal melihat siapa orang yang mengirimi pesan di jam istirahatku. Gadis ini benar-benar. Tidak bisakah dia berhenti menggangguku?

Park Nara

Park Nara: Oppa, apakah kau sudah tahu siapa gadis itu?

Demi Tuhan, Park Nara,
mana aku tahu!

Park Nara: Oppa tahu sendiri kan kalau aku sangat menyukai gaun itu

Beli saja yang baru
Susah amat

Park Nara: Aku ingin dia yang menggantikan gaunku
Park Nara: Enak saja dia
Park Nara: Dia yang merusaknya, dia yang harus bertanggung jawab

Aku tidak dapat melihat ada
yang rusak dari gaunmu

Park Nara: Jus! Apa kau tidak lihat ada noda jus di sana?!

Somersault; pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang