Part 12

30 11 0
                                    


Silla POV

   Sebuah rumah pohon di pinggir hutan yg tak jauh dari kaki bukit.
Ya, disinilah gua sekarang.
Di rumah pohon?
Bukan, tapi di bawah pohonnya..!
Gua namain tempat ini 'tempat penuh kenangan'.
Gua selalu kesini hampir setiap hari, ini tempat yg bikin gua nyaman, sunyi, sepi, sejuk, sendirian, semua yg dari huruf 'S' gua suka.
Semilir angin mengelus kulit gua dengan lembut, gua menatap bukit di sebrang sana entah bukit apa namanya tapi bukit itu indah, gua bisa liat sunrise atau juga sunset dari balik bukit itu. Gak ada yang tau tempat ini, kecuali gua.
  Sore ini gua sengaja gak langsung pulang ke rumah, gua ingin sejenak melupakan semua masalah yg gua alami. Dan sekelebat bayangan itu kembali terbersit di pikiran gua, bayangan yg beberapa hari ini menghantui gua, hanya sekelebat bayangan atau bahkan sampai terbawa mimpi. Hal ini sangat menyiksa gua, rasanya sakit, sakit banget di kepala gua. Gua gak tau sebenarnya apa yg terjadi sama gua?
Apa gua harus cerita sama ibu ya? Entahlah..!

"Pagi..telah pergi..mentari..tak bersinar lagi..entah sampai kapan ku mengingat tentang dirimu..
Ku hanya diam menggenggam, menahan segala kerinduan..
Memanggil namamu di setiap malam..ingin engkau datang dan hadir di mimpiku..rindu..
Dan waktu..kan menjawab..pertemuan ku dan dirimu..hingga sampai kini..aku masih disini..
Ku hanya diam menggenggam, menahan segala kerinduan..
Memanggil namamu di setiap malam..ingin engkau datang dan hadir di mimpiku..rindu..
Dan bayang mu akan slalu bersandar di hatiku..janjiku pasti kan pula bersama mu..
Ooohh..ooohhh..ohhh.ooohh..ooohh..
Ku hanya diam menggenggam, menahan segala kerinduan..
Memanggil namamu di setiap malam..ingin engkau datang dan hadir di mimpiku..slalu di mimpiku..runduuu.."

Suara siapa itu? Kaya ada suara yg nyanyi? Gua menajamkan pendengaran, ternyata benar ada yg nyanyi, tapi siapa? Dan suaranya berasal dari dalam rumah pohon.
Gua memandang keatas kearah rumah pohon untuk memastikan apakah ada orang di balik rumah pohon? Tapi suara itu sudah hilang dan tak terdengar lagi. Namun rasa penasaran gua, membuat gua bertekad untuk memeriksanya.

Author POV

   "Pamvire?? Kenapa loh ada di rumah pohon gua?" tanya Silla setelah berada di atas rumah pohonnya yg berukuran kurang lebih 2,5 x 2 meter.

"Ini kan rumah pohon kita." jawab Bagas enteng, seraya menaruh gitarnya.

"Kita? Ini rumah pohon kan punya gua..!" tanya Silla lagi yg masih heran melihat Bagas ada di rumah pohon nya.

"Loh gak ingat? Om Rangga ngasih hadiah rumah pohon ini saat kita naik ke kelas dua sd, dia bilang rumah pohon ini buat kita berdua. Dan sekarang loh bilang rumah pohon ini milik loh? Gak adil banget sih."-Bagas

"Rangga? Itu nama ayah gua kan? Loh tau dari mana?" Silla masih heran dengan apa yg dikatakan Bagas, kepalanya kembali berdenyut-denyut mengingat sosok ayah yg sudah lama tak dilihatnya.

"Gua tau semua tentang loh." jawab Bagas dingin.

"Stop udh cukup loh mempermainkan gua..! Jawab pertanyaan gua, sebenernya apa yg terjadi sama gua? Sejak loh datang ke kehidupan gua, loh bersikap seakan-akan loh tau segalanya tentang gua, loh tau film kesukaan gua, hobby gua, kebiasaan gua, rumah pohon gua, dan sekarang loh tau tentang ayah gua?" Mata Silla berkaca-kaca, dia tak sanggup menahan air matanya untuk tidak menetes.

"Maafin gua Sill, loh jangan nangis, gua benci liat air mata loh. Akan gua ceritain semuanya Sill, tapi nggak sekarang. Ini bukan waktu yg tepat." ucap Bagas lirih, dia kemudian merangkul bahu Silla supaya bersandar di bahunya, membiarkannya menangis menumpahkan semua air mata di pelukannya.

The Amazing Love Story (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang