Part 15

3 2 0
                                    

Sudah sekitar satu bulan semenjak Silla mengenal Bagas, Grasella selalu menyuruhnya berangkat dan pulang bareng Bagas. Silla tak habis pikir dengan maksud ibunya itu, seperti yang ingin mendekatkan Silla dan Bagas apalagi tante Angel juga selalu mengundangnya makan malam atau sekedar mampir ke rumah Bagas. Silla sih jelas canggung dan keberatan tapi lama-kelamaan Silla juga terbiasa, meskipun itu artinya Silla harus berdekatan dengan Bagas. Namun sepertinya Bagas tak keberatan dengan hal itu, malah Bagas sangat menikmati kedekatan keluarganya dengan keluarga Silla. Terkadang kalau Silla mau, Bagas selalu mengajaknya nonton film bareng atau makan jagung bakar yang dibeli di depan kompleks perumahannya. Tak jarang Bagas dan Silla juga mengerjakan pekerjaan rumah bersama.

***

Sabtu sore. Saat Silla baru saja pulang dari sekolah setelah latihan Karate, tak sengaja Silla menemukan dompet entah milik siapa. Karena suasana halte bus yang sepi, Silla memutuskan untuk mengambil dompet tersebut kemudian mencari alamat identitasnya. Tak banyak yang ada di dalam dompet itu hanya ada beberapa lembar uang seharga 100 ribu, kartu atm, kartu kredit, SIM, dan ya ada ktp nya juga. Buru-buru Silla mengamati KTP tersebut ternyata alamatnya tidak terlalu jauh dari sini.
Tanpa pikir panjang Silla segera menuju ke alamat yang tertera di KTP tersebut.

***

Sudah berulang kali Silla menekan bel yang ada di rumah di depannya ini.

Gak salah lagi ini rumahnya, tapi kok kayak yang gak ada orang ya?

Sekali lagi Silla menekan bel rumah, menunggu beberapa menit. Namun tetap tak ada tanda-tanda akan ada seseorang yang membukakan pintu.
Baru saja Silla hendak melangkah pergi. Tiba-tiba terdengar suara gebrakan pintu dari dalam rumah.
Munculah seorang ibu yang berpenampilan acak-acakan, kemudian disusul oleh perempuan yang lebih muda dari usia ibu tersebut, dan yang membuat Silla terkejut adalah seorang cowok yang sangat dia kenal berlari di belakang perempuan muda itu lalu memeluk seorang ibu yang berpenampilan acak-acakan tersebut.

"Mami tenang ya, Elang ada di sini."

"Elang?"

"Silla? Loh ngapain di rumah gua?!"

Oke, untuk sesaat Silla bisa merasakan bahwa semua yang ada di sini sedang menatapnya. Bahkan ibu-ibu yang Elang panggil 'mami' itu sedang memperhatikannya dan mendekat pada Silla.

"Kamu? Wajahmu mirip Grasella?!!"

Mami Elang semakin mendekat pada Silla.

Kemudian..

PLAAKKK

Mami Elang menamparnya, Silla meringis kesakitan mendapati pipinya ditampar oleh seseorang yang bahkan tak Silla kenal.

"KAMU PELAKOR, GRASELLA!!! PERGI KAMU DARI SINI, PERGIII..!!!"

Bagai petir yang menyambar di siang hari yang cerah, perkataan mami Elang membuatnya terkejut sekaligus heran. Mengapa mami Elang berkata seperti itu?

"Saya bukan pelakor! Dan ibu saya juga bukan pelakor!" Silla menggelengkan kepalanya sambil memegangi pipinya yang terasa perih.

Jika tidak segera ditahan oleh Elang, mungkin maminya sudah menampar Silla lagi.

"Lebih baik loh pulang.!" Elang memberi instruksi sebelum membawa maminya masuk ke dalam rumah.

Tanpa disuruh juga gua emang mau pulang.

"Tunggu.." Suara perempuan muda yang sedari tadi menatapnya dalam diam itu menghentikan langkah Silla, sebelum Silla berbalik perempuan itu sudah menghampirinya dan berdiri di hadapan Silla.

"Kamu pasti temannya Elang ya? Kenalin Flora, tantenya Elang. Sebelumnya tante minta maaf ya atas kejadian tadi tante harap kamu bisa merahasiakannya dan jangan sampai teman-teman Elang tahu tentang keadaan maminya. Oh iya kamu kesini ada perlu apa? Apa ada sesuatu yang ingin dibicarakan dengan Elang?"

Silla hanya menggeleng menanggapi ucapan tante Flora, kemudian Silla teringat dengan tujuan awal dia datang ke rumah ini. Buru-buru Silla mengembalikan dompet tersebut.

"Aku hanya ingin mengembalikan dompet tante yang gak sengaja aku temuin di halte." Dengan susah payah Silla menceritakan tentang dompet itu, meskipun pipinya terasa perih tapi Silla paksakan untuk tersenyum.

"Tante berterima kasih sekali sama kamu, oh iya gimana kalau tante anter kamu pulang sebagai ucapan terima kasih dan permohonan maaf?"

"Gak usah tante, saya permisi dulu."

Setelah berpamitan, akhirnya Silla memutuskan untuk pulang sendiri tanpa ingin merepotkan orang lain.

"Hati-hati ya." Silla mengangguk kemudian melangkah pergi.

Setelah Silla pergi, tante Flora menelepon seseorang.

"Hallo, kamu ikuti dan awasi gadis bernama Naysilla Adriana dan cari tahu semua informasi tentang dia dan keluarganya. Secepatnya!"

***

Silla berjalan menuju halte bus, jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 17.35 WIB.

Drrrttt...Drrrttt..

Handphone Silla bergetar, menandakan ada telepon masuk.

Pamvire's calling...

"Hallo?"

"Loh di mana sih? Gua kan sudah nyuruh loh buat nungguin gua!"

"Gua di depan perumahan Bumi Indah."

"Tunggu di situ."

Klik.

Sambungan telepon dimatikan sepihak oleh Bagas.
Silla menghela nafas lelah, tak habis pikir dengan pamvire satu itu.

Apa sih maunya?

Tak sampai 5 menit, motor kawasaki warna biru milik Bagas sudah ada di depan Silla.

"Pipi loh kenapa?" Bagas menyentuh pipi Silla yang berwarna merah akibat tamparan tadi.

"Awww.." Silla meringis kesakitan.

"Loh ditampar siapa? Bilang sama gua!"

Silla menggeleng "Gua mau pulang."

"Bilang dulu siapa yang lancang nampar pipi loh?"

"Bukan siapa-siapa."

"JANGAN BOHONG!"

Untuk pertama kalinya Bagas membentak Silla.
Silla hanya menunduk tak berani menatap mata Bagas.

Bagas yang menyadari kesalahannya karena sudah membentak Silla segera minta maaf kemudian menuntunnya untuk segera pergi menaiki motor Bagas.

"Maafin gua."

***

Tak ada yang berbicara selama perjalanan pulang. Silla terlalu lelah untuk mengomentari Bagas yang mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, pikirannya tertuju pada kejadian tadi saat Mami Elang mengatakan perkataan yang menurut Silla sangat menyakitkan. Oke mungkin jika yang Mami Elang maksud adalah Silla, Silla juga tidak akan semarah ini tapi yang Mami Elang maksud adalah Grasella yang tak lain adalah Ibunya Silla.

Sedangkan Bagas sibuk menebak-nebak siapa orang yang sudah menampar pipi Silla. Kecurigaannya jatuh pada Elang.

Ini pasti ada hubungannya sama Elang, gua yakin itu.

***

Setelah Silla dan Bagas mampir ke klinik untuk mengobati luka tamparannya, mereka berdua kembali menuju ke rumah.
Sesampainya di rumah, Silla tak mengatakan apa-apa pada Bagas. Silla langsung masuk ke rumah dan mengurung diri semalaman di kamar. Untung saja ibunya sedang tidak ada di rumah. Dan besok juga hari minggu jadi Silla tidak usah repot-repot bangun pagi.

Tanpa Silla ketahui Bagas kembali melajukan motornya dengan kecepatan penuh menuju perumahan 'Bumi Indah' yang Bagas ketahui adalah kediaman Elang dan keluarganya.

***

Hai guys i'm comeback

Happy reading^^

22/11/2019

The Amazing Love Story (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang