Badai Pasti Berlalu 2

87 1 2
                                    

"Jika karna tak punya harta, keluargamu menolak kehadiranku. Tak apa !
Aku tak akan menangis. Sungguh !
Tapi jangan hina keluargaku, Itu saja."

***

Azam bersiap untuk menemui Anisa.
Hatinya senang, sedih, kecewa, takut dan bingung.
Keluarga adalah segalanya bagi Azam, terutama Orang tua nya.

' Dasar goblok !! Gimana bisa Gua cinta keduanya . Argh ' Azam merutuki dirinya sendiri.

Nadira adalah cinta pertama Azam, sedangkan Anisa adalah cinta dalam kehampaannya menunggu Nadira.

3 tahun menjalin cinta dengan Anisa, dan seiring itu juga persahabatannya dengan Nadira membuat keduanya makin lengket.
Yang lebih mengejutkan, orangtua Azam telah meminang Nadira untuknya.

Rasa sesal dan bersalah akhir-akhir ini menyelimuti Azam.
Anisa adalah kebahagiaan untuknya, sedangkan Nadira bukan hanya kebahagiaan untuknya. Tapi keluarganya juga !

Yaa. !!
Apalagi Azam tahu bahwa keluarganya tidak menyukai Anisa.
Bukan hanya karna tidak sepadan, tapi juga karna perjanjian perjodohan dengan almarhum Ayah kandung Nadira.

Nadira dan Dimas bukan saudara kandung. Itulah alasan kenapa mereka tidak dekat, hanya seperlunya saja.

Azam bangkit dan menguatkan hati, segera bergegas menemui Anisa.

****

Dimas mengantar Anisa untuk menemui Azam.
Saat ini hanya Dimas tempat bersandar baginya.

"Gua bingung nanti mau ngomong apa ?" Anisa resah.

Rasanya tak sanggup memandang Azam seperti biasa.
Perasaan kecewa masih mendalam di hatinya.

"Omongin isi hati Kamu, lah. Belum terlambat, kok !
Yang kamu harus tau, Nis. 2 bulan lagi Azam dan Dira nikah !" Dimas menjelaskan ragu.

"Ni-nikah ?" Anisa gugup.

Dimas mengangguk pelan.

"Ternyata Mereka sudah di jodohkan sejak Almarhum Ayah Nadira masih hidup." Dimas menjelaskan tanpa memandang Anisa.

Mungkin karna tidak ingin melihat Anisa menangis.

"Aku pun baru tahu dari Adik tiriku itu, bahwa Azam sangat patuh pada orangtuanya. Lagi pula mereka saling mencintai sejak dulu." Lanjut Dimas

"Jadi, Dira Adik tiri ?"

"Iya."

"Kenapa baru bilang ?" Selidik Anisa

"Kan gapernah nanya." Cetus Dimas

"Terus apa Azam gak cinta sama gua ?" Anisa sendu, kini tatapannya pada Dimas penuh harap.

Dimas membuang nafas pelan, dan mengangkat bahunya.
Anisa tersenyum kecut.

"Ingat, mbem ! Husnudzon.
Azam pasti punya alasan." Dimas mengingatkan,

"Kadang orang yang kita anggap tepat saat membuka mata, bukanlah orang yang tepat saat kita menutup mata." Lanjutnya,

Anisa tidak mengerti dengan ucapan Dimas.
' Maksud semua ini apa ?' Anisa meracau.

15 menit kemudian Dimas dan Anisa telah sampai.
Terlihat Azam sedang duduk sendiri.

"Sepertinya sesuatu yang ku genggam erat, harus rela terlepas." Anisa tersenyum sendu.

"Lepaskan, bila memang harus dilepas. Meskipun terlepas saat kamu bertahan, biarkan !
Tuhan tahu bahwa porsi bahagiamu bukan Dia." Dimas menggenggam tangan Anisa, sebelum keluar menemui Azam.

Cinta Terakhir AnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang