PENOKOHAN [2]

38 2 0
                                    

Bila kita mengingat tokoh literar yang paling sulit dilupakan barangkali kita akan mengetahui bahwa mereka kita ingat pada saat mereka mengatakan atau berbuat sesuatu, kita tidak begitu ingat apa yang dikatakan narator tentang mereka. Dan bila suatu komentar naratif tentang seorang tokoh terus melekat dalam ingatan kita adalah barangkali karena sesuatu selain penokohan: ironi, diskriminasi moral, atau apa saja.

Setiap kita berbicara tentang penciptaan tokoh yang tampak "hidup", kita sering kali menemukan bahwa ternyata jalinan antara atribut yang diberikan dengan yang dijelaskan membantu novel menjadi menarik. Kita bisa memahami sebagian mengapa dia bisa sampai seperti itu adalah setelah kita membaca elemen-elemen kunci perkembangan hidupnya. Walaupun, tentunya ada beberapa elemen yang tampaknya berada di luar penjelasan itu.
Menciptakan tokoh yang tampak hidup, bagaimanapun, mungkin saja tidak selalu menjadi tujuan utama novelis. Ia jelas tidak tampak seperti manusia sebenarnya: ia begitu manusiawi dan mawas dalam satu bagian novel, tetapi begitu lamban, acuh-tak acuh, pandir, tak peduli dengan penderitaan orang lain pada bagian novel yang lain.

Pertanyaannya adalah metode penokohan apa yang terpenting untuk dimiliki oleh novelis?

Ada setidaknya empat metode atau cara terpenting dalam menciptakan tokoh-tokoh. Metode pertama adalah dengan deskripsi atau laporan. Contohnya seperti, tokoh-tokoh lain di dalam novel banyak menceritakan perilaku tokoh utama baik dalam bentuk dialog ataupun narasi.

Metode kedua dengan tindakan atau perilaku.

Metode ketiga adalah pikiran atau percakapan tokoh. Dialog khususnya merupakan cara yang baik untuk mengungkapkan seorang tokoh. Novelis modern telah menunjukkan kepada kita betapa banyak yang bisa kita ketahui tentang seorang tokoh melalui jalan pikirannya.

Metode keempat yaitu novelis bisa mengembangkan atau mengungkapkan tokohnya dengan menggunakan simbol dan image.

Mungkin akan lebih mudah lagi bagi kita untuk memahami bagaimana seorang pengarang "mengungkapkan" para tokohnya jika kita lihat kutipan dari buku Reader dan Woods (1987), yang sebenarnya sebagian telah kita bahas secara lebih lengkap di atas.

Para tokoh diungkap dengan berikut ini.

1. Apa yang mereka katakan tentang diri mereka sendiri.

2. Apa yang dikatakan oleh tokoh lain tentang mereka.

3. Apa yang dikatakan narator atau pengarang tentang mereka.

4. Reaksi tokoh lain.

5. Reaksi tokoh tersebut terhadap situasi tertentu.

6. Reaksi tokoh tersebut terhadap lingkungan mereka.

7. Ciri-ciri fisik dan bentuk badan mereka.

8. Cara berpakaian mereka.

9. Aksen dan posisi sosial mereka.

10. Sikap hidup mereka.

11. Pendidikan mereka.

12. Kebiasaan dan suasana jiwa mereka.

Satu lagi catatan terakhir. Kita tidak bisa beranggapan bahwa karena kita bisa merespon secara baik tokoh-tokoh fiksi dari zaman terdahulu, maka dengan demikian berarti tidak ada perubahan penokohan dari satu zaman ke zaman lainnya.

Perubahan selalu terus-menerus terjadi. Hal itu disebabkan tidak hanya karena adanya perubahan teknik pengungkapan dan pengembangan tokoh, tetapi juga perubahan manusia di luar sastra itu sendiri sering membuat novelis menggunakan metode baru dalam menghasilkan jenis tokoh yang baru.

Hanya tentunya, terlepas dari perubahan-perubahan tersebut, dalam penciptaan tokoh-tokoh sastra, penulis mengikuti garis tertentu yang sama dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pratik inilah yang pada gilirannya mengarah pada kemungkinan pembaca dapat merespon mereka dengan relatif mudah.

Nb: silakan tinggalkan komentar jika ingin bertanya dan vote jika bagian ini bermanfaat.

MENGANALISIS NOVEL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang