PENOKOHAN [1]

66 4 0
                                    

"Para tokoh dalam sebuah novel yang baik itu menarik, menimbulkan rasa ingin tahu, konsisten, meyakinkan, kompleks, dan realistis. Bila seorang pengarang telah menciptakan seorang tokoh yang sangat hidup atau berpribadi, maka kita sebagai pembaca, akan menganggap tokoh itu menarik, terlepas dari apakah kita menyukainya atau tidak."(Reader and Woods, 1987:51)

Namun demikian, sekalipun kita berhenti membaca hanya sampai di situ, kita tetap akan menyadari bahwa tokoh-tokoh dalam novel sering tidak sama dengan orang yang sebenarnya. Di dalam "novel pola" orang biasanya menemukan tokoh-tokoh yang mewakili sesuatu (salah satu cirinya adalah nama) dan dalam "novel kehidupan" orang biasanya menemukan tokoh-tokoh yang memiliki individualitas idiosinkrasi (dua pemaknaan atau penafsiran yang berbeda dari setiap individu terhadap suatu hal) dan jelas, yang memiliki perbedaan layaknya individu dalam masyarakat.

Kita ambil contoh sederhana saja, pada pola contohnya, novel fantasy tentang seorang ksatria yang memiliki sifat pemberani dan perkasa, sebut saja namanya Satria. Biasanya dia digambarkan sebagai tokoh yang kuat sampai akhir cerita.

Penciptaan tokoh-tokoh yang berbeda oleh pengarang dimaksudkan tiada lain untuk sejumlah tunjuan yang berbeda. Makanya tidak terlalu tepat jika kita selalu mengatakan bahwa tokoh-tokoh yang ada di dalam novel adalah orang-orang yang mirip dalam kehidupan sebenarnya. Jelas bahwa novelis menggantungkan pengetahuan kita dan reaksi kita terhadap orang yang susungguhnya dalam menciptakan tokoh rekaan mereka. Akan tetapi, tokoh sering dibuat oleh novelis untuk tujuan-tujuan lain selain tujuan eksplorasi kepribadian dan psikologi manusia. Mereka bisa diciptakan untuk menceritakan sebuah kisah, untuk memberi contoh suatu keyakinan, untuk mendukung simbol-simbol tertentu dalam novel, atau sekadar untuk memperlancar perkembangan suatu plot tertentu dalam novel.

Lebih dari itu, novelis bisa menceritakan tokoh dengan berbagai cara yang berbeda-beda. Salah satu pembeda klasik yang sampai saat ini masih berguna dalam hal cara penciptaan adalah apa yang dikemukakan oleh Percy Lubbock dalam The Craft of Fiction (1921). Lubbock memberikan dua cara fundamental dalam penciptaan tokoh, yaitu antara "telling" (menceritakan) atau "showing" (menunjukkan). Pembedaan ini sangat mirip dengan pembedaan yang diajukan oleh kritikus Marxis Hungaria, George Lucas, yaitu antara "narasi" dan "deskripsi", dalam esainya yang berjudul "Narrate or Describe" (1938).

Semenjak pembedaan yang diusulkan oleh Lubbock ini orang lebih senang menggunakan showning daripada telling dalam lembara-lembaran hidup tokoh dan bukannya memperlakukan mereka sebagai objek mati. Kita bisa menggunakan akal dan pengetahuan kita tentang manusia untuk memberikan penilaian terhadap mereka. Sementara, jika diceritai kita hanya bisa menerima saja. Itulah sebabnya dalam kehidupan sehari-hari kita lebih suka berpikir tentang orang melalui pengenalan dan pengamatan pribadi yang kita lakukan sendiri daripada berdasar laporan orang lain.

<WC0\s

MENGANALISIS NOVEL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang