Namamu (Y/n), gadis biasa dari keluarga pengusaha toko bunga dengan penampilan biasa saja.
Kau tengah berdiam diri di kamarmu yang terletak di lantai dua rumahmu. Di meja belajarmu terdapat nyaris puluhan robekan coretan kertas yang menumpuk.
"Aku ingin menyampaikan perasaanku padanya, serta menyemangatinya," gumammu lirih, dilanda kebingungan. "Tapi aku harus apa..? Bertemu saja sudah membuat hatiku loncat keluar."
Kau tengah menyukai Hinata Shoyo, seangkatan denganmu, anggota klub voli putra Karasuno. Bayang bayang lelaki matahari itu melekat kembali di benakmu. Hinata benar benar keren, Hinata yang tidak mudah menyerah, Hinata yang optimis-
Rona merah memenuhi wajahmu.
"Aku harus apa..?"
***
Kau melangkahkan kaki dengan tidak bersemangat, masih murung dengan pemikiran tadi malam.
Yang memenuhi hatimu sekarang hanyalah lelaki itu- Hinata, Hinata, Hinata. Hanya Hinata. Ini adalah pengalamanmu pertama kali menyukai seseorang. Cinta bisa membuatmu buta, begitulah kata pepatah. Dan itu menyinggungmu yang di benaknya hanya berisikan Hinata. Bahkan bunga matahari di toko yang menjadi favoritmu nyaris lupa kau siram. Membuat ibumu menasihatimu lima belas menit.
"Ada apa denganmu, (Y/n)? Kau lesu sekali. Banyak pikiran?" salah satu teman baikmu, Sakane, menghampirimu yang tengah menidurkan kepalamu di meja.
"Sakane, kudengar kau pernah menyukai seseorang saat SMP, kau melakukan apa?" pertanyaan itu malah melesat keluar dari mulutmu. Sakane sedikit kaget, menormalkan bicaranya segera.
"Y-ya, uh, aku menulis apa yang kurasakan terhadapnya. Kuberikan surat penuh harap itu padanya disaat pulang sekolah.""Woah, sugoi. Kau sangat berani," kau menegakkan kepalamu. Sakane tersenyum kecut.
"Memang. Namun, ia menolakku."
Matamu membesar sedikit kaget.
"Sejak itu aku berpikiran seperti ini, jangan terlalu berharap pada seseorang yang mungkin tak menyukaimu. Karena hasilnya rata rata berujung sepertiku. Ada sih yang melanjutkan hubungan," Sakane memandang jendela luar. "..namun setelah itu putus, saling tak mengontak."
"Sudahlah. Kenapa menanyakan itu padaku? Apa kau sedang menyukai seseorang, hm?" Sakane menyengirkan senyumnya, membuatku membuang wajah malu.
"I-iya. Aku belum mau memberitahunya secara langsung, namun aku yakin bila aku mengucapkan apa yang kurasa maka aku akan lebih tenang. Aku harus gimana, Ne?" aku menggenggam erat kedua tangan Sakane.
Sakane tertawa. "Astaga, (y/n). Ada cara menyampaikannya tanpa tatap muka. Banyak sekali."
Sakane membisikkanmu sesuatu.***
Kau tergesa berlari di lorong, masih sangat pagi. Langkahmu berderap di sekolah yang masih sunyi.
Perlahan namun pasti, kau memasuki kelas Hinata. Dengan mudah kau menemukan mejanya. Kau meraba tasmu, menyelipkan setangkai bunga matahari dari tokomu. Menatap penuh harapan kepada bunga itu, kemudian meninggalkan kelas Hinata seolah olah tidak terjadi apa-apa.
Perasaanmu sungguh lega, namun ada pengharapan disana.
Pagi dimana matahari sebentar lagi naik. Hinata memarkir sepedanya, berjalan dengan Kageyama Tobio, setter jenius kelas satu yang merupakan partner voli-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nath's Absurd Fanfictions!
FanfictionKumpulan ff Nath yang telah menggunung di otak. Dapat mengandung pairing yang agak hemhem, atau x reader. Contains = Haikyuu!! Vocaloid SnK -menyusul- drabbles? mungkin! oneshot? mungkin iya! Disclaimer = saya hanya meminjam tokoh tokohnya. Haikyuu...