Hari ini cerah.
Kau bersiap pulang dari sekolahmu, bersiap menutup hari ini. Namun kantuk sudah menyerangmu dari tadi.
Kau menguap lebar, menutup mulut. Namun karena kau menguap, kau tidak fokus pada jalanmu. Kakimu maju sedikit, kau oleng kebelakang. Kantukmu seketika hilang. Panik.
"Ah-!" serumu, kau pasrah membayangkan menerima 'indahnya' saat tubuhmu membentur lantai sekolah, dan sorot tatap mata teman temanmu sudah terbayang di benakmu.
Tangan yang berukuran sedikit lebih besar dari tanganmu menangkap tubuhmu. Kau menoleh kebelakang dengan cepat. Kau diselamatkan dari jatuh oleh sosok berambut biru dengan sikap cool-nya, Kaito.
Kaito tertawa kecil. "Hati-hati, (y/n). Lantai ini baru saja dipel."
Kau cengengesan malu tanpa dosa, "Makasih, Kai."
Kaito menyelempangkan tas hitam sekolah miliknya. Manik biru-nya menatap matamu kian dalam. "Mau pulang bareng?"
Kau mengangguk.
Kalian kini berjalan santai, rumah kalian searah. Namun rumah Kaito lebih jauh lagi dibandingkan rumahmu. Maka biasanya kalian pulang bersama, ditambah Len Kagamine yang biasanya ikut.
Beberapa minggu ini, kau semakin dekat dengan Kaito- walau kau memang sudah dekat dengannya sedari kecil. Kaito sudah empat kali main ke rumahmu dua minggu ini, dan kau baru sekali. Dan itu dikarenakan tugas sekolah, atau pr, atau ada masalah yang ingin kalian ucapkan.
Beberapa temanmu sempat mengira kau dan Kaito menjalin hubungan lebih dari seorang teman sejak kecil. Kau selalu membantahnya, begitupun Kaito. Kalian tidak pernah ada rasa, namun kalian saling mengisi.
Kaito sedang mengobrol dengan suaranya yang khas, suara yang lumayan kau suka dari dulu. Kau tertawa, melanjutkan percakapan.
"Cieeeee."
Suara bernada sedikit tinggi namun datar terdengar, kau menoleh. Ini dia, maniak pisang dengan rambut berkuncir, Len Kagamine. Kaito menyapanya. Diikuti kau. Len mendecih, mungkin sedang badmood.
"Kayaknya lagi berduaan ya? Aku ganggu banget, nih?" tiba tiba saja kalimat itu keluar dari mulutnya.
Aku dan Kaito terkesiap, menggeleng cepat. "Enggak kok, ayo pulang bareng, Len!" kata Kaito. Dia yakin kawannya sejak SD ini sedang fase badmood.
Len berlalu pergi tanpa sepatah kata pun lagi. Kau menaikkan alismu, dan terpikir di benakmu bahwa kau harus mengejar Len. Namun tangan Kaito menggenggam pergelangan tanganmu segera sebelum kau mengejar Len.
Wajah Kaito juga terlihat lumayan khawatir. "Kurasa biarkan saja, (y/n). Mungkin saja ia akan semakin kesal dengan kedatanganmu."
"Lah, tapi emangnya, kenapa? Rasanya aku tidak melakukan hal yang membuatnya kesal.." kau bergumam.
Kaito meneruskan langkahnya. "Aku juga tidak tahu, jujur saja aku bingung. Sudahlah, mari pulang."
Kau mengangguk. Melanjutkan perjalanan ke rumah.
***
Esok harinya.
Pelajaran bahasa Inggris.
Kelasmu sebenarnya cukup menyukai pelajaran yang konon cukup sulit bagi kalangan orang jepang. Kau telah menguasainya sejak kecil, karena kau telah diajari hingga fasih di keluargamu. Mungkin untuk beberapa orang masih terasa sulit.
Sweet Ann-sensei, guru bahasa inggrismu, dengan suara lantang menyuruh seisi kelas membuka halaman 68. Kau membukanya, dan ternyata materi yang diujikan adalah percakapan yang rada random.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nath's Absurd Fanfictions!
FanfictionKumpulan ff Nath yang telah menggunung di otak. Dapat mengandung pairing yang agak hemhem, atau x reader. Contains = Haikyuu!! Vocaloid SnK -menyusul- drabbles? mungkin! oneshot? mungkin iya! Disclaimer = saya hanya meminjam tokoh tokohnya. Haikyuu...