Japanese [Ichiro Yamada x Reader]

54 4 0
                                    

(Y/N) Winaningsih, anak kuliahan jurusan sastra jepang, 18 tahun lebih tujuh bulan.

Kau merogoh kantung rok-mu. Menghitungnya, lalu menambahkan beberapa keping recehan ke saku jaket. Menutup pintu, berjalan riang gembira ke toko buku di jalan sebelah.

Toko buku di lokasi tempatmu tinggal ini merupakan salah satu yang terbaik di kotamu. Bisa dibilang, induk. Berada di seberang jalan raya, toko buku ini berdiri kokoh membangkitkan hawa nafsu bagi para pecinta buku.

Namun, meski (Y/N) menyukai buku psikologi dan biografi, ia menomorduakan buku-buku itu. Alasan tak lain ia datang ke toko buku hari ini adalah—

Manga Boku no Hero yang baru, rilis.

"Uwoooooh bau buku baruuu~," ucapnya, mengendus-endus tempat keramat itu. Kini (Y/N) telah berada di bagian paling sakti--menurutnya--seantero pelosok toko buku ini.

—ya. Tentu saja, lokasi manga.

Ia tak bisa berhenti senyam senyum bak stalker menyeramkan setiap masuk kesini. Beberapa orang tengah memilah-milah manga, beberapa   di rak Light Novel.

Lima orang tengah berada didekat buku legendaris incaran (Y/N). Pelan-pelan namun hati-hati, ia mengambil satu dari tiga buku yang tersisa di bagian situ.

"Hehehehehehehehehehe," kikik (Y/N). Ia melihat lagi summary di belakang manga. Menciumnya sekali, seolah itu buku pustaka dewa-dewi.

Tapi kayaknya liat liat light novel seru juga, batinnya. Lantas ia memutar balik langkah kakinya menuju rak berisikan kumpulan LN.

Seorang laki-laki setengah bersimpuh karena ia tengah melihat bagian LN bawah rak.

(Y/N) melotot.

Bukan, bukan karena lelakinya. Tapi apa yang ia pegang. Light Novel Tenki no Ko.

Mulut (Y/N) setengah terbuka. Batinnya berkecamuk. Gatal sekali ia ingin berbicara, 'KAMU DAPAT DARIMANAAA' lalu berteriak seperti orang sawan.

"Lu kenapa?" si cowok menengadah, mungkin sadar bahwa dirinya masuk dalam jangka pelototan (Y/N). Matanya heterokromia. Hijau merah.

Hijau merah?
Cuma ada satu anak yang begitu di kampus—

"Loh, elu Yamada Ichiro?" tanya (Y/N) spontan.

"He'eh," jawab sang empunya nama, kini berdiri. Ia mengenakan jaket yang biasa ia pakai saat ngampus. Kali ini ditambah topi yang entah darimana asalnya.

"Loh kok elu kenal gue?" malah (y/n) yang ber-hah bingung.

"...Anjrit. Siapa lagi yang ga kenal kain pel berjalan dari jurusan SasJep? Siapa yang gak kenal (Y/N) Winaningsih yang nyaris dikejar-kejar Pak Satiman karena bisa-bisanya baca manga di pelajaran dia?" ujar Ichiro.

Dan dia mengatakan semua itu dalam sekali tarikan nafas. Gusti, aku sing sabar, batinmu. Karena kau baru ingat lagi bahwa Ichiro emang anak rap sejak jaman baheula.

Kau ber-oh panjang. Melirik kasir yang agak sepi.

"Gue mau bayar, mau bareng?"
"Kalau manga Conan gue dibayarin elo, gue mau."
"...jingan kau."

***

Kau menuruni tangga toko buku. Sudah membayar di kasir—lalu hendak menangis mengingat sisa uangmu untuk manga.

Berjalan menyusuri trotoar. Siang menuju sore, jam dua. Angin bertiup sepoi-sepoi, mengantarkan udara sejuk yang membuat rambutmu berkibar sedikit. Kau tak tahan lagi. Berbaliklah engkau ke belakang, dan—

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nath's Absurd Fanfictions!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang