Kue!

35 6 7
                                    


          Finka menatap langit-langit kamar. Pikirannya berkecamuk atas kejadian tadi. Rasa kesal menetap dalam hatinya.

          Sebuah pesan masuk berbunyi dari ponselnya. Risya.

          Fin, ada Kak Rio di rumah. Teman kakak aku. Ganteng loh! Aku kenalin mau ga? Dia tajir, baik, dan masih LAJANG! Pokoknya lebih banyak plusnya dari Kak Ranky! Mau, ya?

          "Kata lajangnya sampe kapital banget, seolah-olah peringatan besar, apa nih maksudnya?" Finka menghela napas panjang.

          "Sorry, Ris. Aku tetap ke satu hati. Gak bisa ke yang lain," lanjut Finka dengan mendesah. "Andai kamu tahu isi hatiku, Kak. Andai aja aku gak harus begini."

           Finka kemudian bangun dan membuka laptopnya. Ia mulai mencari beberapa artikel di internet. Ia tengah mencari beberapa tips untuk mendekati seseorang dan membuatnya jatuh hati pada dirinya. Selang beberapa menit Finka menutup laptopnya.

          "Ah, gak bisa ikuti cara mereka. Aku harus pake cara sendiri biar lebih cocok dengan karakterku. Tapi gimana, ya?" Finka berpikir keras.

          Selama beberapa menit ia turun-naik dari ranjang, berjalan ke kiri dan kanan hingga terdiam lama di meja belajar. Akhirnya, ia tersenyum dan menemukan sebuah ide. Matanya melihat pada jam dinding kamarnya yang menunjukkan pukul 11 malam.

           "Fighting!" serunya yang langsung keluar dari kamar.

           Kakinya sampai di dapur. Ia menyalakan lampu dan mengeluarkan ponselnya. Ia mencari sebuah resep kue cetak yang paling sederhana. Ia pun mulai membuat adonan dengan senyum di wajahnya.

           Satu jam kemudian Tante Nayla turun dari lantai atas dengan piamanya. Ia tak bisa tidur karena mendengar suara cukup berisik dari dapur. Ia penasaran dan berniat memastikan apa yang terjadi di dapur rumahnya.

           "Finka? Kamu ngapain?" tanya Tante Nayla yang cukup terkejut melihat dapur miliknya berantakan. Pasta, tepung, dan beberapa cetakan kue berceceran di lantai. Finka sendiri tengah menggiling adonan sambil berjongkok di lantai yang dialasi plastik. Wajahnya terkena tepung di beberapa bagian. Gadis itu terkejut melihat Tantenya yang terbangun.

           "Ah, maaf, Tante. Ganggu waktu tidurnya, ya?" Finka berucap sambil tersenyum bersalah.

***

          "Kak, Ranky!" teriak Finka.

          Ranky yang baru saja datang berhenti sejenak saat memasuki gerbang. Ia menengok ke sumber suara. Finka yang sudah menunggu sejak tadi berlari dengan tas gendongnya ke arah Ranky dengan wajah ceria.

          "Loh, kamu? Kemana semalem?" tanya Ranky.

          "Semalem aku lagi labil, jadi langsung pulang," jawab Finka dengan polos dan jujur.

          "Marah sama gue, ya?"

          "Iya. Tapi marahnya udah kadaluarsa. Sekarang aku baik-baik aja dan baik hati," kata Finka dengan senyuman. Ranky langsung terkekeh mendengarnya. Tiba-tiba saja ia merasa senang melihat gadis itu tersenyum dengan segala kepolosannya.

          "Terus kamu ...," ucapan Ranky terpotong saat melihat Finka yang segera membuka tas dan mengeluarkan setoples kue kering bermacam bentuk dengan warna yang cantik.

          "Aku mau kasih ini, Kak!"

          "Kue kering? Bukannya lebaran masih nanti ya? Bukan sekarang."

KATAOMOITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang