05

19 5 1
                                    

Emosi diluapkan dengan kepala dingin.

Pertengkaran antara Rayyan dan Razza membuat semua orang terkejut. Bagaimana tidak, kedua pria ini biasanya terlihat bersahabat dan baik-baik saja.

Melihat orang sudah banyak bergerumunan, Adis dan teman-temannya yang lain segera mengejar ke kerumunan tersebut.

Bertubi-tubi Rayyan memberikan tinjunya kepada Razza, namun Razza tidak melawan, dan malah membiarkan sahabatnya itu memukulnya.
"Disini terlalu bahaya buat kalian, sebaiknya kalian berdiri dipinggir sana." Ajak Arkan.

Adis mengangguk setuju dengan pendapat Arkan. Dan Arkan menuntun mereka ke tempat yang lebih aman.
"Kalian tunggu disini, biar gue sama yang lain misahin mereka berdua." Kata Arkan.

"Tapi..." Kendzee mencoba mencegah Arkan.

"Aku bakal baik-baik aja, kamu berdo'a aja ya, dan pastiin temen-temen yang lain nggak kesana, karna bahaya." Arkan mencoba menenangkan Kendzee. Dan Akhirnya Arkan pergi.

Teman-teman Adis sudah sangat terlihat khawatir, apalagi Megie yang menangis karena Razza yang dihajar olah Rayyan.

Diantara mereka hanya Adis yang berwajah tenang, tapi di hati dan pikirannya sudah sangat kacau, dia bingung harus melakukan apa, dia harus kesana atau tetap diam disini.

Menangis? Adis adalah tipe cewek yang sulit menangis.
Dengan langkah pasti dia menuju kerumunan itu.
"Dis lo mau kemana?" Cegah Ale.

"Gue mau kesana." Dengan nada tenang Adis meyakinkan Ale.

"Nggak nggak, lo nggak denger kata Arkan tadi? Disana bahaya Dis!"

"Lo percaya Tuhan kan? Jadi kalau apapun yang terjadi itu kehendak Yang Kuasa, lo sama yang lain berdo'a  supaya gue dan yang lain baik-baik aja, ya." Kata Adis sambil menggenggam tangan Ale.

Tanpa basa basi lagi dia menerobos kerumunan tersebut.
Terlihat menyeramkan wajah Rayyan saat itu, jujur Adis bingung kenapa dia seberani itu saat ini.

Adis berdiri di depan Razza yang sudah tergeletak tak sanggup lagi menerima pukulan dari Rayyan.
"Rayyan udah!" Dengan nada keras namun cukup tenang, membuat Rayyan berhenti dengan kekesalannya.

Adis segera memegang pundak Rayyan yang tubuhnya dipeganggi oleh Arkan dan Daniel.
"Udah Rayyan." Dengan tatapan tenang Adis menenangkan Rayyan.
Dan Rayyan dengan nafas yang menggebu-gebu mencoba menahan emosinya. Rayyan luluh dengan tatapan tenang dari gadis itu. Dia mencoba tenang dan menetralkan nafasnya berkali-kali.

Rayyan menarik tangan kanan Adis dengan kasar dan keluar dari gerombolan itu.
"Guys, kalian selamatin Razza!" Teriak Adis sebelum dia keluar dari kerumunan tersebut.

Adis hanya diam menahan tangannya yang sakit di genggam kuat oleh Rayyan.

'Semoga nggak terjadi apa-apa.'

Rayyan membawa Adis ke tempat yang lengang. Di dalam hati Adis dia sudah istighfar berkali-kali.
Sampailah mereka di sebuah pohon yang dililit lampu tumblr, dan Rayyan menghempaskan tubuh Adis disana dengan melepaskan cengkramannya.

"Aw! Shhh." Adis melihat sweater putihnya sudah berlumur darah dari tangan Rayyan dan terasa sangat  sakit.

"Lo gila ya, tadi kalau gue sempat ninju Razza, lo kena Ra!" Suara Rayyan mulai meninggi.

Diam. Adis tidak tahu harus menjawab apa.
"Kalau lo kena gimana ha? Lo jangan gila dong, lo nggak mikir apa? Kalau lo kena gue yang nggak bisa maafin diri sendiri." Rayyan menundukkan kepalanya dan  menangis, meluapkan emosinya.

TrustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang