LIMA:painting gallery

43 21 8
                                    

HAPPY READING 🙌
🍒
Dalam mengungkapkan sebuah perasaan tidak hanya lewat perkataan bisa juga lewat dengan goresan tangan yang lebih bermakna.

🍒

Tamara membuka pintu ternyata sudah ada Mamanya dan kakaknya yang berada di ruang tv, ia sangat merindukan kakaknya itu padahal hanya sehari mereka tidak bertemu. Sangking senang nya ia langsung memeluk kakak laki lakinya itu dengan erat, banyak yang bilang mereka berpacaran karena saking dekatnya.

"Abangg," mendekati Tirta "lo kapan balik, gue kangen bego." mempererat pelukannya, Wenda melihat anaknya akur ia sangat senang.

"Lo habis dari mana aja?" tanyanya datar.

"Pergi sama Salwa sama Deven, tetangga sebelah."

"Sekarang udah berani pergi sama cowok lain selain gue ya." sedikit mengambek seperti anak anak,

"Makanya lo punya cewek biar ga keliatan jones nya." ejek Tamara.

"Ish kamuu yaa." menarik hidung Tamara sampai merah.

"Mah abang nakal!" berlari ke arah Mamanya seperti mengadu.

"Tirtaaa."

"Dasar ngaduan." Tamara hanya menjulurkan lidahnya.

***

Hari minggu ialah hari yang bisa di gambarkan untuk bermalas malasan, tidur seharian, menonton film, bisa juga menghabiskan waktu dengan jalan jalan. Tapi bagi Tamara hari minggu adalah hari untuk mengasah kemampuan nya seperti melukis, Tamara mengikuti komunitas melukis sejak SMP dirinya sangat senang melukis apalagi melukis yang berhubungan dengan pelangi. Sebagian karya nya di pajang di kelasnya, dirinya sudah sering menjuarai lomba fls2n dari jenjang Sekolah Dasar.

Dengan semangat yang membara, dirinya bangun tepat jam 5 subuh, setelah ia menunaikan solat, ia menyiapkan alat alat lukis untuk ia bawa ke painting gallery atau tempat dimana dirinya dan para pencinta lukis berkumpul, biasanya mereka kumpul jam 7 pagi dan berakhir jam 9. Namun setelah mereka selesai, mereka akan pergi ke tempat tempat yang berhubungan dengan lukisan. Di komunitas itu selain mengasah kemampuan bisa juga jalan jalan.

"Udah siap semua." ucapnya setelah menyiapkan alat lukis.

"Gue bangunin bang Tirta dulu aja, tu anak kalo ngaret bisa berjam jam."

Dia berjalan ke arah kamar Tirta yang bersebelahan dengan kamarnya, di pintu itu tertera tulisan 'if you enter, tap on the door first' tetapi Tamara langsung membuka kenop pintu dan menggoyangkan tubuh Tirta.

"Bang bangun." di tariknya selimut yang menutupi tubuhnya.

"Apaan sih Ra, ganggu aja." jawabnya dengan mata tertutup sambil menarik selimut nya lagi yang Tamara tarik.

"Bang cepetan, anterin gue ke painting gallery." ujarnya dengan memukul Tirta dengan guling.

"Nanti 5 menit lagi." dengan menarik selimut hingga menutupi wajahnya.

"Lima menit ga bangun gue siram pake aer comberan." ancamnya dan ia pukul lagi kepala Tirta.

"Iya udah sana sana." teriaknya yang melanjutkan tidurnya.

Merasa gagal membangunkan Tirta ia memilih turun dan menonton kartun kesukaannya pada pagi hari yaitu teletubis. Menurutnya Teletubis sangat menggemaskan apalagi saat mereka berpelukan.

The Rainbow After RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang