HAPPY READING 🙌
🍒
Ternyata lo ga senyebelin yang gue kira-Tamara.
__________________________________"Beneran itu kak?"
"Iya Tam."
"Dev?" panggilnya dengan tangan yang ia angkat."Eh Tumirah ngapain lo disini?" tanya Deven yang melihat keberadaan Tamara, dan kali ini ia tidak mengenakan masker dan kaca mata hitam.
"Nama gue bukan Tumirah!" tegasnya.
"Terus apa? Tumhiho?" ejeknya membuat Tamara kesal setengah mati.
"Tamaraa!" teriaknya yang sangat keras membuat orang yang berada di kafe tersebut menoleh kearahnya.
"Udah ah Dev, ga usah jail." lerai Gazza.
"Jadi Tamara ini yang kemarin cekcok sama lo?" tanya Gazza dan Deven hanya bergumam.
"Ngpain lo Ra gaya gaya an bawa lukisan orang?" tanya Deven melihat lukisan pelangi di sebelah kaki Tamara.
"Enak aja lukisan orang, lukisan gue ya!"
"Ternyata lo pinter ngelukis juga ya." Deven mulai memuji."Iya dong." jawab Tamara sombong.
"Pantes aja muka lo kaya lukisan abstrak, ga jelas." ujar Deven menjatuhkan Tamara, seperti melayang di udara dan menabrak burung jadi jatuh deh:3
"Ih ngeselin banget sih lo." tangannya hendak mencakar mukanya.
"Tumben lo ga pake masker kaya orang cacingan."
"Flu gue udah sembuh ngapain pake masker nanti pada kangen lagi sama kegantengan gue." ujarnya percaya diri.
"Jadi lo kemaren pake masker karna flu?!." tanyanya tak percaya dan Deven hanya mengangguk.
"Astaga Deven lo---"
Gazza melihat adu mulut antara Tamara dan Deven hanya terdiam. Dan lebih memainkan ponselnya dari pada mendengarkan mereka yang membuatnya pusing.
"Kak Gazza beneran ini temen kakak?" tanya Tamara tak percaya dan Gazza mengangguk pelan.
"Lo tadi mnggil Gazza apa? Kak?" ulang Deven.
"Ngapa ga suka!"
Sementara dirumah sudah ada Shela dan Rintan yang akan menginap disana, dengan suara khas Shela yang menggelegar memanggil orang yang ada di dalamnya membuat kuping Tirta mendadak panas.
"Tamara yuhuuu."
"Suara lo udah kaya knalpot blong aja sih Shel." gerutu Tirta kepada manusia yang berdiri di hadapannya.
"Eh bang Tirtah ku lama sudah tidak berjumpa." ucapnya yang sangat menjijikkan membuat Tirta berdelik geli.
"Eits btw kenapa bang Tirta yang bukain pintu si Tamara kemana?" tanyanya.
"Tamara pergi ke kafe depan sama Gazzz----" ujarnya mengingat ingat cowok yang pergi bersama Tamara tadi.
"Gas elpiji." celetuk Rintan.
"Gazz----"
"Gas lima kiloan."
"Bukan! Gazz--a. Iya Gazza."
"Whattttt Gazza? Gazza darrendra?"
Tanya Shela terkejut atas nama yang barusan ia dengar."Gtau sana masuk, lo tau kan kamar Tamara?"
"Oh ya lo ngpain bawa koper segala?" tanyanya lagi melihat koper disebelah kaki Shela."Iya aku belum jelasin ke bang Tirta, jadi gini bang Tirta, aku mau nginep disini semingguan. Gapapa kan bang? Nanti aku bakal izin sama tante Wenda, pasti boleh." jelas Shela dengan percaya diri yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rainbow After Rain
Teen FictionSetiap waktu ku selau teringat tentang mu, warna warni pelangi di langit menjadi saksi akan kerinduan ku padamu. Aku tanpa mu seperti pelangi tanpa warna, semua terasa hampa. Seiring berjalannya waktu aku di pertemukan oleh seseorang yang mampu memb...