Tiga

3.3K 200 31
                                    

Happy reading .......

Setelah meninggalkan kan kantin Gian bergegas pergi keruang kepsek. Gian bukannya tidak tau alasan dia di panggil keruang kepsek. pasti masalah guci yang sudah ia hancurkan. hingga kaki gian berhenti di depan pintu ruangan yang bertuliskan

Ruang kepala sekolah.

Tok...tok....
ketukan dari luar membuyar kan lamunan seorang paruh baya yang masih terlihat cantik di usia yang sudah menginjak 40 tahun.

"MASUK!"
Gian segera masuk lalu duduk berhadapan dengan kepala sekolah --- Jihan.

"ada apa ya, buk saya di panggil kesini?" Gian bertanya memecah keheningan di ruangan itu.

"kamu tau salah kamu di mana?" jihan menatap Gian tajam.

"enggak" Gian mengeleng dengan polos
berpura -- pura tidak tau

"ya ampun Gian saya tau kamu pasti mengetahui alasan saya memanggil kamu kesini!"
buk Jihan menaik kan nada nya satu oktaf

"ya...ya tante "
Gian melupakan bahasa formal nya.

"GIAN! bersikap dengan sopan" Jihan memijat pangkal hidung nya tak habis pikir dengan kelakuan ponakan nya ini.
ya Jihan memang adik dari papa nya Gian yang menjabat sebagai kepala sekolah di sma bina bangsa.

"iya...iya " Gian memutar bola matanya jengah.

" mau jadi apa kamu Gian ?ibuk sudah tidak tau cara menangani kamu, belum selesai masalah kamu bolos kamu malah menambah masalah lain lagi menghacurkan guci yang mau di ikut serta kan dalam lomba"

"tapi Gian gak sengaja tante "
Gian jengah dengan masalah ini, dia kan tidak sengaja, seharus nya orang yang harus di jadikan tersangka adalah Putri, siapa suruh nenek lampir itu mengejar nya.

"terlepas sengaja atau tidak nya kamu menghancurkan guci itu kamu harus tetap membantu ana dan anak kesenian untuk membuat guci itu dalam waktu 1 bulan"
Jihan berdiri dari duduk nya lalu mengambil sebuah amplop yang berisi surat panggilan orang tua dan memberikan nya kepada Gian.

"kasih surat ini untuk papa dan mama kamu " Gian menerima surat itu sambil tersenyum kecil

"palingan tante kangen kan ama mama" Gian terkekeh geli karena mengangap setiap surat panggilan orang tua sebagai rasa kangen tantenya.
"udah kasihin aja, Ibuk sudah putus kan kamu menolong Ana dan team kesenian setiap hari dan itu pulang sekolah"

Gian kembali duduk ketempat nya, sesudah melipat surat itu menjadi dua bagian dan memasukkan surat itu kedalam saku celana sma nya.

"kok gtu sih tan"
Gian berharap tantenya tidak melibat kan diri nya dalam hal membuat karya guci itu yang di dalam nya berisi anak-- anak cupu. big no!

"pokok nya Ibuk tidak menerima apapun alasan kamu, atau kamu mau kejadian dimana kamu hampir saja membunuh lawan tawuran kamu itu, saya bilangin ke papa kamu"
Jihan meninggal kan ruangan itu karna harus mengangkat telfon.

Meninggalkan Gian yang menarik rambut nya gemas.
"tan... aghhhhhhh " Teriak nya mengema.

💕💕💕

Ana berjalan sambil melamun ia ter ingat pembicaraan nya dengan buk Lina.
Saat berpapasan dengan buk lina di ruang musik.

Flashback On

"Ana saya sudah membicarakan tentang kejadiaan tadi yang melibat kan Gian."

Buk Lina tersenyum tipis dan memegan bahu Ana.

GIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang