Namja cantik itu menyusuri jalanan itu lagi, di tangan kanannya terdapat satu kantong plastik putih berisi camilan dan tiga kaleng minuman ringan. Tangan kirinya beristirahat di dalam saku jaket jeans gelap yang dikenakan olehnya.
Ia akan membungkuk kecil dan melemparkan senyum tipisnya yang manis ketika bertemu dengan penduduk sekitar. Sudah seminggu ini ia tinggal di area itu, dan karena ia memiliki sifat yang supel dan easy going dalam waktu seminggu ini ia sudah dikenal oleh sebagian penduduk di sana.
Area itu hanya sebuah desa kecil dan sedikit terpencil jadi tak banyak orang yang tinggal di sana, kebanyakkan penduduk yang bertahan adalah para orang tua, Sementara generasi mudanya mengadu nasib ke kota besar, ibu kota meski ada juga yang tinggal. Kebanyakan penduduknya berprofesi sebagai petani atau peternak. Mereka memiliki lahan yang luas dan dimanfaatkan menjadi lahan untuk bertani, berkebun dan juga beternak.
Toko kelontong terbesar di desa itu membutuhkan waktu 20menit berjalan kaki, dan secara total memakan waktu 40menit untuk pulang pergi. Sementara toko terdekat dengan huniannya yang sekarang terkadang tidak menjual apa yang dibutuhkannya. Tapi baginya berjalan 20menit tak lagi melelahkan, karena sembari berjalan-jalan ia bisa melihat lahan hijau yang menyegarkan mata, udara yang segar dan langit yang cerah. Ia pun menikmati keramahan penduduk di desa, terkadang mereka akan memanggilnya dan menawarinya hasil dari kebun mereka atau susu segar hasil peternakan.
Di desa itu transportasi umum sangat jarang, jika mereka hendak ke kota mereka harus menunggu bis yang hanya datang pada pukul 6 pagi dan pukul empat sore setiap harinya. Tidak ada taxi yang berkeliaran di jalan desa. Alat transportasi yang mereka miliki biasanya berupa mobil pick up atau mobil box untuk mengangkut hasil kebun dan peternakan untuk dijual ke kota. Selain itu penduduk di sana lebih sering menggunakan sepeda kayuh untuk bepergian di sekitar desa.
Namja cantik itu telah meminta induk semangnya untuk menemaninya membeli sepeda tapi sang induk semang justru menawarkan sepeda kunonya untuknya. Jadi sekarang ia sedang menunggu sepeda itu untuk diperbaiki oleh sang indung semang. Ia sudah memiliki rencana untuk berkeliling lebih jauh lagi di desa setelah sepedanya jadi.
Ia mendorong pagar kayu setinggi perutnya dengan tangan kiri, menutupnya setelah ia masuk agar dua ekor anjing ras malamute alaskan yang kini sedang mengitari kakinya tidak kabur.
Ia berjongkok.
"Halo, jimjim."
Tangannya menggusap kepala anjing malamute alaskan yang berwarna abu-abu putih. Ia tertawa geli ketika jimjim menjilati wajahnya. Pada awal kedatangannya kemari ia pikir malamute alaskan adalah siberian husky, karena bentuk mereka yang sangat mirip tetapi induk semangnya dengan mantap mengatakan peliharaannya adalah ras malamute alaskan bukan siberian husky.
"Oh, poppo berhenti." Pekiknya ketika anjing malamute alasakan berwarna hitam putih memukul jimjim menggunakan kedua kaki depannya.
Tapi karena sifat dasar ras malamute alaskan yang susah diatur, mereka tidak mendengarkannya dan justru berlarian saling kejar.
Ia menghela nafas panjang dengan senyum tipis di bibir peach penuhnya.
"Oh kau sudah pulang, Jaejoong-ah?"
Ia menoleh pada suara yang seminggu ini sangat akrab di pendengarannya.
"Ne, hyung." Jawab Jaejoong.
YOU ARE READING
Y&J (All About One Shot)
FanfictionBerisi kumpulan one shot Yunjae Pairing Yunjae, Yoosu (maybe) Boyxboy Gay Nc-21 (maybe) Smut Mature Romance Mpreg (maybe)