Yunho mengetuk-ketukkan kakinya di lantai cafe dengan tidak sabar. Dia melihat jam di pergelangan tangannya, mendesah panjang lalu menyeruput minumannya yang nyaris habis. Entah sudah berapa kali dia melihat jam di tangannya semala beberapa menit terakhir. Jika bukan untuk Jaejoong, dia sudah pergi dari cafe itu sejak tadi.
"Lima menit lagi dia tidak muncul. Aku akan pergi." Gumamnya dengan kesal.
Dia tidak percaya bagaimana bisa Jaejoong terlambat sampai tigapuluh menit lebih ketika Jaejoong sendiri yang menentukan waktu mereka untuk bertemu. Terlambat dan Jaejoong bukan sesuatu yang dapat disatukan dengan mudah. Namun ketika keduanya bersatu maka Yunho harus siap berjamur karena menunggu, seperti kali ini yang sepertinya Jaejoong sedang berteman baik dengan 'terlambat'.
Sebenarnya bukan hanya kali ini tapi ini sudah kesekian kali dalam beberapa minggu ini, dia dibuat menunggu oleh Jaejoong. Padahal dia sudah datang limabelas menit lebih lambat dari waktu janjian mereka, tapi dia masih harus menunggu tigapuluh menit dan Jaejoong belum muncul. Pesan yang dia kirimpun tidak dibalas meski dibaca dan panggilan yang dia lalukan tersambung pada mailbox.
Mencoba untuk terakhir kali, Yunho menekan tombol dial di nomor kontak Jaejoong kemudian menempelkan ponsel ke telinga sambil melihat jam.
"Astaga, mailbox lagi." Katanya menggeram saat panggilannya lagi-lagi terhubung ke mailbox.
Jika dia tidak memikirkan betapa pentingnya ponsel untuk kehidupannya, Yunho pasti sudah akan membanting ponsel itu karena kesal pada Jaejoong.
"Yunho~ah..."
Yunho menoleh ke arah suara yang terlalu amat dikenalnya, meski dia ingin sedikit membalas si pemilik suara dengan berpura-pura tidak mendengar namun pada kenyataannya dia secara refleks menoleh dan bahkan tersenyum pada si pemilik suara itu, Jaejoong. Jaejoong berlari kecil menghampiri meja Yunho, melewati beberapa orang yang kebetulan juga memadati cafe. Yunho berdiri dari kursinya dengan mata membesar saat dia melihat Jaejoong tanpa sengaja menabrak siku meja yang runcing sehingga mengakibatkan namja yang telah emmbuat yunho menunggu merisngis sejenak namun segera mengusir kekhawatiran orang-orang yang memandanginya dengan tersenyum malu karena kecerobohannya sendiri. Yunho menahan senyum di bibirnya, meski dia sebenarnya masih merasa sedikit khawatir. Hanya sedikit, karena dia seharusnya marah pada Jaejoong, menurutnya.
"Yunho-ah, mianhae." Ucap Jaejoong sambil memasang wajah bersalah pada Yunho.
"Tiga puluh sembilan menit delapan detik." Kata Yunho dengan wajah yang diusahan tanpa ekspresi namun gagal dan akhirnya luluh saat Jaejoong menyatukan kedua telapak tangannya dan menatap Yunho dengan mata doenya yang jernih.
"Mianhae. Jebal.... Ne?"
Yunho terdiam sejenak lalu menghela nafas panjang. Pada akhirnya dia tidak akan pernah bisa benar-benar marah jika berhadapan dengan Jaejoong.
"Baiklah. Tapi ini terakhir kalinya aku menunggumu seperti ini." kata Yunho menegaskan.
Senyum lebar terkembang di bibir Jaejoong. "Hm, itu sama persis seperti ucapanmu dua hari yang lalu"
"Oh God..." Yunho mendesah. Dia tidak menyangka Jaejoong masih ingat kejadian dua hari yang lalu.
Kejadian yang tidak ingin Yunho ingat karena dia harus menunggu Jaejoong di malam yang dingin selama kurang lebih satu jam, di taman yang hampir membekukannya.
"Hehehe." Jaejoong terkekeh kecil.
"Harusnya kau bersyukur karena aku masih mau menunggumu dan bukannnya malah meledekku."
"Arraseo. Arraseo." Jaejoong mengangguk cepat. "Mian."
Kening Yunho berkerut karen meski Jaejoong meminta maaf tetapi wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa penyesalan. Justru dia menemukan playful smile di wajah Jaejoong.
YOU ARE READING
Y&J (All About One Shot)
FanfictionBerisi kumpulan one shot Yunjae Pairing Yunjae, Yoosu (maybe) Boyxboy Gay Nc-21 (maybe) Smut Mature Romance Mpreg (maybe)