Yang ini bukan tips buatanku. Aku hanya berbagi informasi ini dari sumber : Facebook Hazerain Publisher.
Coba deh dibaca. Apa kamu pernah melakukan kesalahan ini dalam tulisanmu?
Kalau jawabannya iya, yuk, mulai diperbaiki 😊
Kesalahan yang sering dilakukan penulis :
1. Story telling, mendeskripsikan alur dengan cara menerangkan, bukan memperlihatkan.
Contoh :
Story telling : Dia gadis yang cantik. Semua orang menyukai dan tergila-gila padanya. Dia suka duduk sendirian di taman sambil membaca buku.
Story showing : Gadis itu memiliki rambut hitam tergerai hingga sebatas pinggang yang melengkung proporsional bak gitar Spanyol, sepasang mata beriris cokelat dinaungi bulu-bulu lentik, tepat di bawah sebentuk alis menyerupai semut berbaris. Hidung mancung dan bibir semerah delima, disempurnakan oleh kulitnya yang seputih salju. Sore ini, dia membuka lembar demi lembar buku dengan gerakan sangat perlahan, seolah takut akan merusaknya.
Bawa pembaca terlibat dalam cerita, bukan mendikte. Dengan demikian, pembaca akan mendapatkan gambaran jelas mengenai karakter, setting maupun situasi yang ada di sana.
2. Hindari opening yang bertele-tele
Dalam sastra klasik, relevan dengan era kejayaan penyair, maka lumrah adanya jika novel dengan konflik romantika sederhana bisa menjadi kitab tebal yang dibanjiri kalimat-kalimat puitis dan permainan majas di mana-mana.
Tetapi, di zaman yang serba instant dan mobile, pembaca akan cepat merasa bosan dengan alur yang berjalan lamban. Karena sastra kontemporer tidak lagi hanya diperuntukkan khusus mereka yang duduk tenang dengan secangkir teh di sore hari, bersama kain rajutan tergeletak di sisi mereka. Sastra pun tak luput dari mobilitas modernisasi.
3. Pleonasme
Hindari pemborosan kata dengan menulis sesuatu yang sudah jelas.
Paling sering ditemui adalah : naik ke atas, turun ke bawah, masuk ke dalam, melangkahkan kaki, menggelengkan kepala, matanya menatap, dsb.
Atau menambahkan sesuatu yang memiliki makna sama dengan kata sebelumnya, seperti : sunyi senyap, diam tak bersuara dsb.
4. Penggunaan huruf kapital yang tidak bijak
Cukup banyak naskah yang menulis ‘Aku’ pada cerita dengan sudut pandang pertama. ‘Aku’ hanya boleh diawali huruf kapital di tengah kalimat jika mengacu pada kata ganti Tuhan.
5. Kurang memahami fungsi elipsis
Ada kaedah tertentu dalam menyematkan elipsis. Jika di tengah kalimat, maka menggunakan titik tiga, dan jika di akhir, maka menggunakan titik empat.
Contoh :
A. Terlambat menyadari, bahwa sebenarnya gadis itu adalah ... putri kandungnya.
B. Dia sedang berlari menuju kamar, ketika tiba-tiba ....
Dilihatnya sosok tinggi besar berkelebat dari kejauhan.Ini penulisan elipsis yang benar sesuai PUEBI.
6. Penulisan 'di-'Untuk keterangan tempat, maka di- ditulis terpisah dari kata setelahnya.
Contoh : di kantor, di rumah, di sekolah, di lapangan, dsb.
Untuk kata kerja pasif, maka di- ditulis menyatu dengan kata setelahnya. Contoh : ditulis, dibaca, ditemui, dicintai dsb.
7. Sudut pandang orang pertama
Kesalahan yang cukup umum terjadi adalah pada kalimat :
Dia pasti melihatku tadi, pikirku.
--> Mengambil cerita dari sudut pandang pertama, narasi yang mengalir otomatis dari sudut pandang orang pertama (aku). Ucapan, tindakan dan pikiran dimiliki oleh ‘aku’. Jadi tidak perlu lagi menulis ‘pikirku’, ‘batinku’ dsb.8. Judul spoiler
Salah satu tujuan disusunnya sebuah cerita adalah memancing minat dan rasa ingin tahu pembaca, bukan?
Hindari membeberkan isi cerita melalui judul. Misalkan : Air Mata Terakhir Nadia, Pengusaha Kikir Mati Tertabrak Truk dsb.
9. Ending
Daya pikat terbesar dari sebuah cerita salah satunya adalah ending yang memorable, atau tak terduga (twisted). Walau semua penulis memiliki gaya bercerita dan pilihan ending yang beraneka ragam, namun jangan merusak keindahan lukisan dengan setitik minyak.
Menceritakan detail kronologis sebuah kejadian menyeramkan, menegangkan, dan epik, kemudian ditutup dengan ending bahwa semua itu hanya mimpi? Percayalah! Itu cara paling malas untuk menyelesaikan sebuah cerita. Boleh saja menggunakannya sesekali, tapi terlalu banyak garam akan merusak cita rasa masakan, bukan?
Salam,
Arumi
KAMU SEDANG MEMBACA
Arumi Berbagi Pengalaman dan Tips Menulis
Non-FictionDi sini aku akan berbagi pengalamanku menulis. Aku suka menulis sejak lama. Memulai karir menulis dari menulis cerpen dan dimuat diberbagai media nasional. Total ada 60 cerpenku yang dimuat di berbagai majalah dan surat kabar. Tahun 2011 aku mulai...