Matcha

987 92 6
                                    

Author POV

Langkah kakinya terus menyusuri jalanan yang akan membawanya pada apartemen yang berada tepat di ujung jalan. Ia semakin mengeratkan mantel tebal yang di kenakannya.

Hatinya masih terasa sesak. Pikirannya masih di penuhi oleh pria itu.

Pria yang kembali ia temui setelah berpisah beberapa bulan yang lalu.

Cara menatapnya masih sama, senyuman itu pun tidak berubah.

Ia rindu.

Sungguh.

Namun, rasa ego-nya lebih tinggi. Hal itu semakin membuat dirinya kembali terpuruk dalam kerinduan yang sudah begitu mendalam.

"Rose, ada apa?".

Kepalanya mendongak, menatap seorang wanita tua yang berdiri di hadapannya ketika ia sudah sampai pada lobby Apartemen. Wanita tua yang begitu suka berkeliaran di lobby meski pada malam hari sekalipun.

"Imelda". Ucapnya pelan, ia segera memeluk wanita tua itu. Tangisnya pecah saat ini. Tangis yang sudah lama ia pendam.

"Kita ke apartemen ku. Kau bisa menceritakannya disana". Ucapnya begitu lembut dan segera menggiring Risa untuk masuk ke dalam lift.

Keduanya hanya bisa diam selama di lift. Terlebih Risa yang mencoba mengontrol emosinya saat ini.

"Kau itu sudah besar, semua masalah tidak akan selesai hanya dengan menangis saja". Ujar Imelda setelah mereka sampai di apartemennya. Tangannya sibuk mengaduk secangkir teh hangat yang sengaja di buatkannya untuk gadis yang sudah ia anggap seperti cucu-nya sendiri.

"Aku bertemu dengannya hari ini".

Kepala Imelda menoleh ketika mendengar kalimat itu. Ia segera berjalan dengan membawa dua cangkir teh hangat, "dia siapa? Apa kekasih mu?". Tanyanya dengan memberikan secangkir teh pada Risa.

"Mantan kekasih ku. aku sengaja meninggalkan korea hanya untuk menghindarinya".

"Dan kau masih mencintai-nya?".

Diam....

Risa mencerna satu pertanyaan itu untuk beberapa saat, "ya". Kepalanya mengangguk pelan, "seberapa kuat aku ingin melupakannya, tetap saja tidak bisa". Sambungnya. Ia menyesap perlahan teh hangat, berharap akan mendapat ketenangan untuk dirinya saat ini.

"Rose.... Kejarlah. Buang semua gengsi mu itu. kau hidup di zaman sekarang, bukan di zaman saat aku muda dulu. Kejar pria yang kau cintai". Imelda menatap dalam kedua mata Risa, "bilang padanya tentang perasaan mu yang sebenarnya".

"Bukankah... Aku sudah terlambat? Bahkan aku tidak memberikan kesempatan untuknya berbicara". Air matanya kembali jatuh, ia terisak pelan mengingat kejadian itu.

"tidak ada kata terlambat untuk cinta, bukan kah itu yang kau tulis di dalam buku mu?".

Kedua tangannya segera memeluk Imelda, tangisnya pecah kembali. Bagaimana ia bisa ia lupa dengan semua kata-kata yang di buatnya sendiri.

"Kau harus cepat, sebelum terlambat dan semakin menyesal, Rose".

Pelukan itu terurai. Risa menyeka air mata dengan punggung tangannya, "ya, aku akan menemuinya sekarang juga. Kau harus mendoakan ku. Doa wanita tua seperti mu pasti langsung di kabulkan oleh Tuhan". Ia tertawa kecil ketika Imelda memukul sayang kepalanya.

"Aku ini masih muda. kau tahu? Gadis di lantai bawah saja kalah dengan ku saat adu lari".

"Ya, kau memang yang terbaik. Aku menyayangi mu,Imelda". Di kecupnya pipi yang sangat minim kerutan meski usia-nya telah senja.

COFFEE [ JAE DAY6 x OC ] - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang