Hari ini aku merasa heran karna ibu tidak membangunkan aku, ibu juga tidak menyiapkan seragam sekolah, apa ibu lupa atau ibu kesiangan.
Aku keluar kamar mencari ibu, ternyata sudah ramai berkumpul dimeja makan, saat aku datamg semuanya menoleh dan terdiam.
"Sayang kamu sudah gak sekolah hari ini,"
"apa maksud ibu?"
"Ananda sekolah dirumah saja, ibu sudah menelfon guru untuk mengajar Ananda"
"tapi bu aku kan gak buat masalah, aku juga gak nyakitin mereka." aku berlari memasuki kamar lagi.
" Anandddaaa..." samar-samar aku mendengar suara teriakan Ara, aku berlari kedekat pintu menguping apa yang disebut ibu.
"Ara, Chaca, Ananda gak sekolah dia sakit"
astaga aku sehat sekali hari ini kenapa ibu bilang begitu, kenapa tidak terus terang saja."sakit apa tante?"
"hmm, sudah hampir jam 7 nanti kalian telat"
"ehh iya, ayok ca, aku gak mau loh disuruh ngehapal, kita berangkat dulu ya tante" Ara dan Chaca mulai menjauh dari rumahku, semakin lama suara Ara yang nyaring menghilang.
"ibu, kenapa gak bilang kalau aku punya mata yang aneh, kenapa harus bohong sama mereka?" teriakanku membuat yang ada di dapur menghentikan kegiatannya.
Ibu mendekat aku perlahan mundur sambil menangis lalu nenek menghampiriku membawa kekamar.
"sayang dengerin nenek ya, mata kamu gak aneh, mata kamu indah, mata kamu spesial, cuman kamu yang punya mata seperti itu" tentu saja aku merasa bangga memiliki mata seperti itu, tapi kalau harus sendiri dan gak punya teman untuk apa,
"kamu harus semangat ya, biarpun cuman main dirumah nanti nenek temenin main ditaman belakang, oke" aku terbujuk dengan rayuan nenek, aku berganti pakaian dan mengikuti nenek kedapur sedikit membantunya untuk mengalihkan segalanya.
Pukul 10 pagi, guru private datang aku sudah bersiap disofa dengan buka dan sedikit cemilan yang disiapkan ibu.
"Selamat pagi Ananda, kenalin nama ibu marsanah"
"Pagi juga bu" aku membetuulkan kacamata yang masih kebesaran dan tidaknpas dihidungku.
"Ananda, sudah pakai kacamata ya?"
"iya bu, tapi ini gak min kok" bu marsanah hanya mengangguk, ia mengeluarkan buku matematika.
2 jam sudah aku berkutat dengan angka, bosan sekali rasanya belajar seperti ini, tidak ada kebisingan, teriakan dan teman lainnya,
"Ananda"
"eh iya bu" bu marsanah membuyarkan lamunanku
"hari ini sampai disini dulu ya, besok ibu akan datang agak pagi, biar dapat mempelajari yang lainnya" aku mengemasi alat tulis dan buku, dan mengantar bu marsanah sampai depan pintu.
Bosan dengan suasana rumah aku pergi keluar berjalan-jalan di taman komplek, aku melihat anak kecil perempuan yang kira-kira seumuran denganku, tetapi perempuan itu menggunakan kursi roda, lantas aku mendekatkannya.
"hai" aku menyapanya namun perempuan itu seperti bingung mencari sumber suaranya, ia menoleh kekiri dan kanan."dia buta sayang" aku menoleh ke ibu-ibu yang tidak jauh duduknya.
"ohh maaf bu aku gak tau" ibu itu mengangguk dan tersenyum. Lalu aku berbalik menuju rumah.
Seharusnya aku harus tetap besyukur bagaimanapun keadaan mataku, aku masih bisa melihat dengan jelas, berjalan dan berlari dengan kuat, aku gak seharusnya bilang kalau mataku ini aneh batinku saat perjalanan pulang
KAMU SEDANG MEMBACA
Transparent Vision
Mystery / ThrillerMatamu mengunci semesta Matamu menenggelamkan segala Matamu menggenapkan arang yang patah Matamu memberi isyarat keabadian Abadi untuk tetap tinggal Tetap mengunci diri di tempat serupa Lewat matamu kutemukan duka Duka yang kau sembunyikan tapi perc...