Bab5

17 3 0
                                    

Delapan tahun sudah berlalu, masa-masa sulit yang aku alami saat berlatih dan pengendalian diri atas kemampuan yang aku miliki, sekarang saatnya, aku melihat dunia luar lagi, besok aku akan memulai kehidupan baruku di dunia yang lama. Aku akan bersekolah formal seperti anak lainnya, akan bertemu orang baru dan memulai kegiatan lainnya.

Jam baru saja menunjukan pukul tujuh malam, Ara dan Chaca ada dikamarku kami berbaring dan saling bertukar cerita, tidak sih sebenarnya lebih banyak Ara yang berbicara tidak jelas dengan suara nyaringnya.

"kalian udah SMA ya sekarang dan aku masih SMP "  Ara berbicara sambil menunduk dengan raut wajah sok sedih.

"ya begitu" jawab Chaca singkat mencomot kripik punyaku.

"hari itu kamu bilang katanya suka sama cowo, siapa?" Ara menegakan badannya semangat, wajahnya semringah, senyumnya mekar seperti bunga sepatu plastik.

"aahh iya astaga dia manis sekali, badannya tegap, ketawanya lucu, aku gak pernah ngerasain perasaan kayak gini, didekatnya panas dingin, gemeteran, bebicarapun aku gugup"

"yaiyalah kalau dia ketawa ya karna lucu ra" aku melempar kripik, yang disambut mulutnya

"dia ketemu pas MOS SMP dan sekarang mereka satu kelas" sambung chaca

"kau suka sama dia?" aku penasaran dengan lelaki yang membuat Ara seperti ini.

"entahlah, lebih ke kagum mungkin"
"siapa namanya?" saat Ara baru mau berbicara, ibuku mengetok pintu.

"kalian sudah makan"

"belum" tanpa berpikir panjang Ara dan Chaca menjawab dengan cepat dan berlari ke dapur.

Kamarku kembali sepi, Ara dan Chaca sudah pulang, aku berbaring diranjang menatap langit-langit kamar. Berharap besok berjalan sesuai rencana dan semoga saja ada yang mau berteman denganku. Aku bangkit dari ranjang mengemasi seragam dan buku, aku harus memberikan kesan baik.

🌞🌞🌞

Ini hari pertama aku sekolah formal, lama sekali rasanya tidak merasakan hal ini. Aku duduk di ruang kepala sekolah.

"Ananda Ega ya?" aku berdiri menyalami kepala sekolah yang anggun itu dan tersenyum sangat manis menurutku.

"kamu di kelas 10 ipa1 dan ini jadwalmu"
"ini wali kelas kamu"

"hallo ananda, panggil bapak pak ocek yaa" aku ternganga nama panggilan macam apa itu, bagus sekali.

Dari ujung lorong kelas aku sudah dapat mendengar berbagi macam kebisingan, aku tersenyum dan berdoa dalam hati semoga kelasku tidak rewel atau nakal.

"Anak-anak kita punya murid baru hari ini, silahkan perkenalkan diri kamu"

"hayy semua namaku Ananda Ega" aku melihat sekeliling kelas, barisan ke dua di bagian tengah ada perempuan melambai-lambai kearahaku.

"bapak harap kalian yang akur ya, ananda duduk di sebelah monika ya" ternyata perempuan yang melambai itu monika.

Aku duduk di sebelahnya dengan mata yang mengikutiku, dia tersenyum semangat aku tidak tau apa yang membuatnya begitu semangat.

"Ananda kan, aku monika isabella dulu sekelas, inget gak?" aku diam memikirkan dari puluhan teman yang ada di kelas ku.

"kamu temennya Chaca kan"

" ahh aku ingat, kau yang dulu suka temenan sama cowo kan?" ia cemberut kesal, padahal aku benar

"iyaa" jawabnya singkat, pasti dia mau bertanya banyak ini.

"eh nan, kemana aja selama ini?" aku memang sudah lama mengenalnya tapi baru kali ini lagi aku bertemu tidak mungkin aku nyeritain semuanya.

"oohh aku ke-"

"Selamat pagi semua" syukurlah guru datang disaat yang tepat, aku membetulkan duduk ku menghadap depan, mengeluarkan buku dan mulai pelajaran.

Krriinngg Krriinngg kkrrinngg

Bel istirahat menggema di seluruh kelas.
"haii, aku sinta dan ini regy" seseorang menghampiri tempatku dan mengulurkan tangan, aku menyambutnya.

"hai aku ananda"

"ayo monik ke kantin" aku mengajaknya ke kantin tapi, sinta dan regy malah saling tatap.

"HAHAHAHA" serempak mereka tertawa, monika pun memasang wajah kesal, apa yang salah

"heyy jangan panggil dia seperti itu panggil bebe aja"

"ya , dia kurang suka di panggil gitu" akupun mengangguk mengerti.

Kami ke kantin yang sesak, penuh murid-murid yang memenuhi kebutuhan cacing di perutnya. Aku tidak tertarik makan di kantin jadi aku hanya membeli roti.

"kenapa cuman beli roti?" aku kaget, regy berdiri di belakangku, mudah saja mengenalinya karna suaranya yang sangat gemulai dan nyaring.
"ahh lagi pengen aja" sinta dan bebe melambai ke arahku, aku menghampiri meja kantin.

Bebe dan sinta menatap mataku, aku tau ini akan terjadi bebicara sambil menatap mata itu lebih sopan dan membuat yang berbicara merasa dihargai. Untung saja aku menggunakan softlans, jadi ada penghalang agar aku tidak masuk ke masalalu mereka, karna aku tau setiap orang memiliki masalalu dan kenangan yang buruk ataupun indah yang sulit mereka lupakan.

Transparent VisionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang