Tiga bulan lebih sudah aku bersekolah dan sudah selama itu juga aku berteman dengan teman-teman kelas. Kami sering berkumpul dikantin bercerita banyak hal setiap harinya, mendengarkan lawakan bebe dan reggy, melihat tingakah aneh sinta yang suka mengocehi bebe, ternyata lebih nyaman berada dilingkungan luar dari pada bertatapan dengan ruang persegi berupa tembok yang tidak bisa berbicara.
Akhir-akhir ini aku merasa ada yang aneh dengan sikap reggy denganku, bukan jahat atau jahil, tapi dia seperti melindungi dan menjaga bak pangeran yang selalu datang disaat aku kesusahan. Bertingah manis, hanya menanyakan aku mau makan apa saat di kantin, aku bingung dan tidak tau harus membalasnya bagaimana.
"ANANDAA" baru saja kakiku mau melangkah memasuki kelas, suara yang menggemakan hampir seluruh lorong dan kelas membuat aku terberhenti.
"Bebe?" ada apa dengannya, apa memang harus sekali memanggil aku, padahal kita kan satu kelas dan satu meja, sangat sulit menebak arah pikiran bebe.
"N...da..." bebe memegang lenganku, terdengar suara napasnya yang ngos-ngosan karna berlari dilorong yang tidak panjang sebenarnya. Aku diam menunggunya berbicara.
"ihhh ananda kok gak nyaut sih aku panggil, dari ujung jalan depan gerbang aku panggil, sampai di depan mata pun gak nyaut juga" bebe mendahului ku yang masih diam diambang pintu, akupun mengikutinya. Bebe belum juga duduk, ia masih berdiri disamping meja dengan tangan dipinggangnya, aku yang tidak tau pangkal dan ujungnya hanya diam nanti juga bebe akan bercerita sendiri tanpa di minta.
"wahhh ada super model nih"
"makanan kalik aahh" sambung sinta dari belakang ananda. Reggy yang baru datang berdiri disebelahku bersandar diujung meja, ia menaikan alisnya sambil melirik ke arah bebe, aku yang tidak taupun menggeleng.
"kok kelas masih sepi ya"
"ya iyalah, kan baru jam enam lewat sepuluh menit"
"nyambung terus sin" sinta menyengir memperlihatkan gisulnya. Bebe tiba-tiba saja kelabrakan langsung duduk dan mengelurkan buku fisikanya.
"nda nda liat dong latihan fisika yang kemarin aku belum selesai"
"pantesan dateng pagi, lah mau ngerjain tugas ternyata"
"udah sana duduk, gak pegel apa dirii mulu"
"iyaa anandaa" aku memberikan buku fisika ke bebe. Untung semalem inget kalau punya tugas, ahh sebenarnya gak pernah lupa sih kalau punya tugas, segitu semangatnya aku sekolah.
"nda mau makan apa?" baru saja aku akan menjawab
"reggy kok cuman nanda aja sih yang ditawarin makan, kita engga?" aku menengok ke sinta yang tersenyum meledek.
"iya iya, kalian semua mau makan apa?" ujar reggy agak kesal.
"aku bakso, ananda juga bakso gy" aku mengangguk
"aku mau apa ya, hhmm...." hampir 10 menit bebe hanya membolak-balik kertas menu di kantin. Kita masih menunggu bebe untuk memesan makanan yang mau dipilihnya .
"astaga be lama amat sih keburu masuk entar" reggy berdiri dari kursi
"ya udah sama kek kalian" aku dan sinta menunduk lesu dan geram, Reggy pergi memesan makanan"untung kau cewe be"
"kenapa? Berani?" tantang bebe yang sudah siap dengan bogemnya.
"engga be" akui saja kalau badan bebe lebih berisi di banding reggy. Tak lama abang kantin datang mengantar bakso kami, di ikuti reggy dibelakangnya.
Teng teng teng
Reggy, bebe dan sinta serempak menjatuhkan sendok, mereka baru mengarahkan sendok kemulut tetapi sudah bel.
"astaganaga, kalau gini gak akan ada sarapan yang ada cuman makan siang"
"nda hayuk entar ada guru" aku mengunyah bakso dengan santai menyuprut kuah dengan suara kuat, lalu melirik ke tiga temanku.
"ananda cepetan malah nyantai"
"tenang aja, pak ben gak ada, kucingnya lahiran" guru kiler pecinta kucing, guru itu lebih baik tidak mengajar dari pada kucingnya kenapa-kenapa, tidak ada yang tau apa yang membuat guru itu, sangat mencintai kucingnya.
"nda aku mau nanya" sinta dan bebe berhenti menyuapkan makanan dan mengangkat sedikit kepalanya.
"aku tuh udah lama mau nanya, tapi gak enak--"
"kalau gak enak kasih kucing" sela sinta
"diem deh, karna kita kan baru kenal dan sekarang udah agak lama, aku juga udah lama merhatiin kamu, jadi aku mau nanya nih" curhat reggy sambil mengaduk-aduk kuah bakso dengan wajah bimbang
"nanya aja sih, izin segalak" kataku cetus
" eem kamu kenapa pakai soflans kesekolah, kalau min kenapa gak pake kacamata, kan bahaya terus terusan pake gituan?" aku terdiam, menatap 3 temanku yang menunggu jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transparent Vision
Mystery / ThrillerMatamu mengunci semesta Matamu menenggelamkan segala Matamu menggenapkan arang yang patah Matamu memberi isyarat keabadian Abadi untuk tetap tinggal Tetap mengunci diri di tempat serupa Lewat matamu kutemukan duka Duka yang kau sembunyikan tapi perc...