Visi misi sudah menjadi pelengkap saat pesta demokrasi sekolah dilakukan, pesta demokrasi yang hebat, jarang sekali ada perpecahan antar siswa di sekolah, tidak seperti negara, pesta demokrasi sekolah lebih rukun dibandingkan pesta demokrasi di sekolah ini. Pesta dem0krasi ini selalu disebut dengan pemilihan OSIS, sudah kita ketahui bahwa OSIS adalah organisasi yang paling berpengaruh dalam dunia pendidikan sekolah ( SMP - SMA sederajat ), merekalah yang sudah seharusnya menjadi penggerak di kalangan murid, program kerja mereka haruslah bersifat membangun sekolah, dan mereka haruslah menjadi penghubung antara otoritas sekolah dan para siswa.
Permasalahan yang dihadapi sekarang organisasi semacam OSIS dan sebagainya hanya dijadikan pekerja untuk kepentingan sekolah dan otoritas, doktrin yang ditanam sudah sangat melekat pada mereka, sebagian besar organisasi kesiswaan di Indonesia tidak seperti di luar sana, organisi kesiswaan mereka benar-benar bekerja bukan menjadi budak, mereka bekerja untuk membangun sekolah bahkan di Jepang seluruh kegiatan ekstrakulikuler dikendalikan oleh OSIS dan sekolah hanya memantau saja.
Visi Misi bagaikan janji saja saat pemilihan, bahkan yang lebih ironis para pasangan calon pemimpin OSIS dapat terpilih karena ketenarannya saja, bila positif tak jadi masalah namun bila terkenal karna hal-hal yang kurang positif ? perlu dipertanyakan. Visi misi yang selalu didengar adalah sebuah visi misi pasaran yang tidak inovatif dan revolusioner, sesuatu yang baru sangatlah diperlukan, perubahan harus dijunjung tinggi, menuju sebuah perubahan yang positif. Visi misi akan menjadi sebuah harapan bagi siswa, bila sebuah harapan itu sama dari waktu ke waktu maka tak ada perubahan dan tak ada harapan bagi siswa.
Sekolah menjadi lebih baik tidak hanya peranan dari para otoritas saja namun peranan siswa sangatlah penting untuk pembangunan sekolah, sekolah menjadi favorit karena peranan siswa juga dalam meraih prestasi dan melakukan kegiatan positif hingga di kenal di masyarakat, semua yang siswa lakukan itu hanyalah untuk kebanggaan sekolah dan kebanggaan sendiri, sehingga para siswa bangga membawa nama almameternya.
Revolusi tidak hanya dilakukan dengan cara kekerasan, perang, kericuhan dan lain-lain, namun revolusi yang harus dilakukan para pelajar adalah revolusi yang menggunakan pikiran, revolusi yang damai namun perjuangannya maksimal, perubahan yang dilakukan secara bertahap namun pasti.
Para pelajar dapat menyalurkan pikirannya melalui banyak hal seperti tulisan, musik, dan bakat lainnya, tidak masalah apa yang kau punya, yang jadi masalah adalah ketika kau tidak bisa memanfaatkan apa yang kau punya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Dalam Pena
Literatura faktuPelajar butuh sebuah perubahan, sifat egois remaja membuat mereka tidak sadar sebenarnya kita ditindas oleh rezim sekolah maupun kurikulum, sistem belajar yang tidak efektif membuat para siswa memiliki mental budak bukanlah mental pemimpin. Revolusi...