Remaja memanglah masih labil dan masih dalam proses jati diri, agar terlihat keren didepan kawan - kawannya mereka membutuhkan pengakuan dari kawan - kawannya tersebut. banyak hal yang dilakukan mereka agar mereka mendapatkan pengakuan, ada yang beraliran positif dan ada juga yang beraliran negatif. Disini penulis tidak mempermasalahkan bagi para remaja yang ingin mendapatkan pengakuan melalui jalur positif, yang dipermasalahkan penulis adalah para remaja yang ingin mendapatkan pengakuan melalui jalur negatif.
contoh kecil kasus yang penulis berikan adalah tawuran, minum minuman berakohol, membolos karena melakukan aktifitas tidak penting, narkoba, asusila, dll. Sudah kita ketahui bahwa kasus - kasus tersebut bukanlah kasus baru, bukanlah permasalahan yang baru dimasyarakat kita, kasus itu sudah ada sejak akhir abad ke 20 dan mulai meledaknya sejak awal abad 21 ini.
apa hal yang membuat mereka bisa seperti itu ?.
salah satu jawaban dari pertanyaan diatas sudah penulis jawab di penyataan sebelumnya yaitu mencari pengakuan dan perhatian dari lingkungannya.
menurut penulis sendiri, kasus tersebut sudah menjamur di dunia pendidikan kita dan sudah menjadi "budaya" karena hal tersebut bisa terulang setiap tahunnya. Selain itu pandangan masyarakat terhadap remaja saat ini sudah buruk, mereka menyebut para remaja sekarang dengan sebutan "generasi micin", menurut penulis apa yang dilakukan remaja sekarang itu hanya mencontoh dari apa yang dilakukan generasi pendahulunya, mereka tawuran karena dulu pendahulunya tawuran, mereka minum minuman berakholol karena pendahulunya minum dan masih banyak lainnya.
sebuah "budaya" yang sudah menjamur itu harus dihilangkan dan dianggap tidak berguna, mereka tidak hanya meresahkan masyarakat namun mereka merugikan diri mereka sendiri. Budaya yang sudah ada sejak akhir abad 20 ini tidak memberi kesan positif sama sekali, hasil dari budaya ini hanyalah sampah manusia yang tidak bisa apa-apa, mereka tidak berjasa apapun untuk negara ini dan mereka hanya menjadi seorang hama. Untuk menghapus "budaya" seperti ini diperlukannya pembenahan secara mendalam, tidak hanya pengawasan perdagangan barang haram tersebut dan sosialisasi kesekolah namun pembenahan lingkungan dimana para remaja ini berada, dimana para remaja ini mendapat tekanan. Karena menurut penulis selain pengakuan, tekanan dapat mengakibatkan mereka melakukan hal negatif ini.
ini saat nya para remaja untuk berubah, seluruh "budaya" negatif yang mereka lakukan harus dihentikan, saat nya para remaja untuk bersatu melawan kebobrokan Kurikulum pendidikan, kalau tidak ada suatu gebrakan yang revolusioner maka revolusi itu tidak akan pernah ada, kita semua butuh sebuah perubahan, tekanan pendidikan dan tekanan dari sekolah yang menciptakan mental budak harus sudah di hancurkan, tindakan fasis dan kapitalis yang dilakukan otoritas sekolah sudah harus dihapus, karena dari tindakan tersebut hanya melahirkan mental budak saja.
pola pemikiran remaja yang sesudah lulus hanya ingin bekerja harus diubah menjadi ingin menciptakan lapangan pekerjaan dan lapangan pekerjaan yang mereka ciptakan harus berdampak positif bagi masyarakat sekitarnya dan dengan lapangan pekerjaan yang diciptakannya masyarakat dapat merasa terbantu dan tidak hanya untuk mencari keuntungan semata, bila kalian membangun sebuah lapangan pekerjaan dengan satu tujuan yaitu ingin kaya berarti kalian telah memperbudak para pekerja kalian dan kalian termasuk kaum borjuis dan kapitalisme sudah ada di dalam diri kalian.
seluruh remaja dan para pelajar harus bangun dari mimpinya, harus bercahaya di dalam kegelapan, harus maju dari kemunduran. Setelah penyakit-penyakit seperti ini hilang kita bisa seperti negara maju yang lebih tentram dan tertib, kualitas pemuda kita akan meningkat tajam. Kalau dulu presiden pertama kita Soekarno pernah bilang " berikan aku sepuluh pemuda dan akan kuguncangkan dunia" maka menurut saya dengan perubahan yang sudah dilakukan tidak perlu sepuluh pemuda, satu pemuda pun dunia sudah meledak.
para pelajar dan remaja sudah harus menghapus "budaya" yang buruk, "budaya" yang sudah melekat di masyarakat kita, karena untuk melakukan revolusi terhadap pendidikan kita, kita harus melakukan revolusi terhadap diri kita sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Darah Dalam Pena
No FicciónPelajar butuh sebuah perubahan, sifat egois remaja membuat mereka tidak sadar sebenarnya kita ditindas oleh rezim sekolah maupun kurikulum, sistem belajar yang tidak efektif membuat para siswa memiliki mental budak bukanlah mental pemimpin. Revolusi...