Second bad luck day

34 0 2
                                    

"Minum, Saya gak kasih racun." kata Pak Irwan.

Orang yang tadi meneriakiku memanggil Alle, sekarang ini sedang duduk didepanku, mengaduk-ngaduk minumannya dan menyuruhku meminum minuman yang sudah dipesankannya. Sial! Dia memesan Greanteala dengantte panas, sosok minuman yang sulit kutepis untuk melewati tenggorokanku.

Tahan, Sa. Gengsi ingat gengsi!

Aku satu meja dengan Pak Irwan. Namun, mata dan hatiku sedang fokus pada secangkir minuman panas ini, jangan berfikir aku yang nyamperin duluan ya! Aku dipaksa tadi. Bayangin aja, Dia tadi nyamperin aku pake payung, mana temen-temenku yang diwarung pinggir pada ngeliat lagi, nanti dikira ada apa-apa, ya terpaksa deh aku ikut ajakannya. Ingat, ini terpaksa ya!

"Mau diliatin aja, gitu?" tanya Pak Irwan membuyarkan lamunanku tentang Greentealatte panas ini.

"Ish, gak suka, makasih!" balasku singkat.

"Yasudah, whatever!" balasnya lebih singkat.

Pak irwan mengambil kopinya, melihat pemandangan sekitar lalu sesekali bersiul. Ah, tetap saja! yang membuatku tidak bisa berpaling isi sicangkir putih ini.

Hatiku berkata ingin dan ambilah, namun pikiranku berkata tidak bisa. Aku harus menyelamatkan harga diriku! Nanti bisa beli, bertahanlah sedikit!

"Pak?" aku memberanikan bertanya, tapi tidak ada jawaban.

"Pak?" sekali lagi, mungkin tadi kurang keras.

"Ya, kenapa? Mau minumannya?" tuh kan bener, kurang keras.

"Bukan, Alle siapa?"
Ini aku malah nanya si Ale - ale sih! Keliatan kaya orang kepo kan jadinya!

"Uhuk ... uhuk," Pak Irwan sedikit terpancing dari sikap so dinginnya. Mantul nih pertanyaan!

"Alle? Katanya punya tiga rasa dirumah, kirain udah pada kenal!" sambungnya, emang ngeselin nih orang!

"Okay, I don't really want to know." kataku singkat, hujan kapan berenti sih? Udah pengen keluar nih gerah, eh dingin!

"She's a special woman, pacarku!" balasnya.

Jadi pak Irwan udah punya pacar? Kirain jomblo. Bukan apa-apa maksudnya, Aku kira perlakuannya kaya gitu, lagi jelalatan cari mangsa. Ya syukurlah, kalau udah punya pacar, aku jadi lega. Setidaknya gak bakal nyangka dia yang enggak-enggak.

"Dia pacarku sejak SMA. Setelah lulus, kami berdua kuliah di University Of Waterloo Canada, saya lulus dua tahun sebelum waktunya, karena bidang nanoteknologi dan komputerku sangat bagus. Alle mengambil jurusan yang berbeda, dia mengambil ilmu keperawatan dan sedang melanjutkan study S2 nya di sana," sambungnya.

Pak Irwan menyodorkan handphonenya padaku. Impossible! Adakah oramg yang benar-benar semirip ini denganku? Hanya jilbab saja yang membedakan kami? Ah, tidak-tidak! Dia lebih cantik, dan terlihat sangat dewasa. But, apakah ini benar-nenar nyata mirip denganku?

 But, apakah ini benar-nenar nyata mirip denganku?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terus - teru, sekarang?" tanyaku.
Setelah melihat foto Alleira ini, aku malah semakin tertarik.

"Apannya?" balasnya.

"Alle nya, masa Eco nya!" balasku.

"Eco?" Pak irwan kebingungan.

"Oky!" balasku singkat.

"Apaan, gak ngerti?" balasnya kebingungan.
Duh, bener-bener ya! Itu nama-nama minuman yang suka aku beli dulu waktu SMP, eh lupa! Kayanya dia orang elite gak mungkin tau ini.

"Minuman!" balasku.

"Ini dari tadi udah dipesan, kamu aja sok - sokan gak mau, bentar lagi dingin minum aja!"
Ini kok di ingetin lagi sih, tadi udah lupa padahal! Eh kok orangnya beda banget ya sama yang ada dikepalaku, tapi masih ada sedikit kesal nih, hujan belum reda lagi. Gaada salahnya kali aku minum, mubazir hehe.

Aku mengambil Greentea yang dari tadi aku hindari, sudah aku bilang! Gaakan bisa nahan, mantul banget  ini!

Satu teguk!
Dua teguk!
Tiga teguk!

Udah Sa, malu kali! Jiwa lemahku meronta - ronta.

"Makasih, Pak!" kataku.
Setelah dipikir - pikir, aku juga harus berterimakasih, lagian kenapa sih ini otak bawaannya selalu suudzon.

Pak Irwan hanya membalasku dengan senyuman, mengangguk lalu meminum kopinya lagi. Pikirku sedang bergelut hebat, bingung mau ngapain setelah runtuh harga diri seperti ini, gara-gara disuguhi Greantealatte, sih!

"Kok bisa jadi guru bahasa Inggris, Pak?" tanyaku sedikit basa-basi.

"Ngisi waktu kosong aja!"

"Hasil kuliah jauh-jauh di luar negeri, sia-sia dong?"

Diam Sa! Ko jadi banyak nanya gini sih.

"Apanya yang sia-sia? Saya seneng kok ngelakuin ini, daripada harus menjadi seorang yang hanya duduk-duduk manis diperusahaan mending kayak gini, berasa masih muda lagi," balasnya.
Orang masih muda kok aslinya juga!

"Oh, ya, ya." aku meneguk kembali minumanku, kali ini gak canggung.

"Udah kenal, beda banget ya?" tanya Pak Irwan.

"Emang udah kenal?" balasku.

"Enggak sih, kenalan dulu deh. Dan maaf juga waktu itu saya sedikit lancang, maklum udah dua tahun gak ketemu sama Alle, kamu udah liat kan, dia midip banget sama  kamu. jadi kaya berasa bertemu dia," Curhat, Pak eco!

"Dua tahun?" tanyaku.

"Iya, saya suka video call aja sekarang, biasanya satu tahun sekali saya nyusul dia, tapi tahun kemarin dan sekarang belum" balasnya.

"Oh, ya," aku mengangguk.

"Maaf juga, kemarin saya tidak sopan. Spontan pak" Sambungku.

"Berteman baik, Agree?" balasnya.

"Yes, Agree!" balasku.

"Alle yang dirumah jangan lupa bawa buat saya, dan kalau mau lagi Greentea nya pesen aja. Itu gak nyisa sama sekali!" sambungnya.

"Ap..," balasku terjeda, satu panggilan masuk ke handphone Pak Irwan dan dia kebelakang untuk menjawab telponnya.

"Tunggu sebentar, Alle nelpon!" katanya.

"Saya pulang duluan, ada hal penting. Kamu pulang juga, hujannya sudah reda!" sambungnya membingungkan setelah mengangkat telepon, Pak Irwan mengambil jaketnya lalu meninggalkanku di cafe sendirian.

Ah, kenapa aku jadi bingung? Kenapa juga harus bingung? Pulang Sa, hujan udah reda!

Aku mengambil tas dan buku ku, seorang pelayan datang menghampiriku.

"Dek, ini struk bayarannya!" menyodorkan kertas kecil padaku.

Satu kopi Cappucino Rp.37.000
Satu Greentealatte Rp.38.000

Tanganku terkepal geram, Aku merasa sudah ditipu. Dan ini, sangat, sangat membuatku kesal dari sebelumnya. Lagian aku kenapa sih harus roboh gara-gara yang begini, ini bukan aku! Sudah aku bilang! Greentea tadi menghipnotis, Kapan aku bilang? Ah, gak tau pokonya aku kesel titik!

POWER OF LAUH MAHFUDZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang