Thirteen

15 0 0
                                    

"Gue jadi ikut sedih banget liat lo kaya gini, udah hampir seminggu lho, lusa kita ujian." kata Livya membujukku.

Aku mematung dengan pikiran kosong, menatap ke luar jendela. Enam hari mengalami sakit rasanya waktu yang sebentar, semenjak kecelakaan kemarin aku dirawat selama empat hari di rumah sakit. Kata Tante, lukanya tidak terlalu parah meskipun cukup banyak keluar darah, hanya perlu hati-hati dan jangan terlalu banyak yang dipikirkan.

Haha, Dokter itu benar! Luka luar tidak terlalu parah, tapi sepintar-pintarnya dia. Aku yakin, tidak akan pernah bisa memeriksa keadaan batinku. Perih, rasanya lebih sakit dari luka luar! Aku berharap, kenapa tidak amnesia saja!

"Dunia itu luas, ketika satu orang membuat kita bersedih. Tuhan selalu punya seribu cara untuk membuat kita bangkit,"

Aku menoleh, Livya tersenyum padaku. "Bukankah begitu?" sambungnya.

"Lo pernah bilang sama gue, sakit hati kalau dirasain akan tambah mendalam. Kenapa gak coba buat kegiatan yang membuat kita senang?"

"Jujur ya Nis, gue nyaris kehilangan Nissa yang gue kenal! Ayolah.. Gue masih disini, sebagai sahabat. Gue gak akan buat lo merasa sendirian!"

Livya memelukku, aku membalasnya dan menangis keras dipelukannya.

"Menangislah! Itu memang tidak menyelesaikan, tapi setidaknya membuat sedikit lega." kata Livya.

****

Hari ujian telah tiba, aku kembali ke aktivitas sekolahku dan diantar Tante. Terlihat senyumnya yang mengembang haru ketika melihatku kembali. Mungkin, jika air mata bisa dihitung, entah berapa ribu tetes air mata yang dikeluarkan Tante kemarin-kemarin.

Sebenarnya aku hanya pura-pura tegar, sebab yang kulihat banyak orang-orang yang terlihat terpukul saat aku bersedih. Aku tidak mungkin membuat orang-orang disekitarku bersedih hanya karena laki-laki pembohong itu!

"Baik-baik ya, jangan terlalu banyak yang dipikirin. Ujiannya nyantai aja, Tante udah bilang sama kepala sekolah, kalo kamu lagi dalam masa pemulihan." kata Tante, mengelus kepalaku.

Aku mengangguk pelan, lalu masuk kedalam.

"Hai Nissa, gimana udah sembuh?" tanya Salma teman sekelasku.

Aku mengangguk pelan lalu tersenyum.

"Selamat datang kembali, Nissa." kata Ria teman sebangku Salma.

Banyak teman yang menyapaku hari ini, rasanya sedikit aneh. Tiba-tiba mereka semua berlaku sangat manis padaku.

"WOIIIIII!" 
Aku terkejut saat seseorang yang tidak asing dengan suara cemprengnya berteriak dibelakangku. Itu Livya!

"Apaan sih, kebiasaan deh!" balasku.

"Kaget ya? Hehe, maaf tadi gue bahagia banget lo sekolah."

"Aw! Aduh..," Aku memegang kepala kesakitan.

"Nisaaa, kenapa? Maaf-maaf dong! Gue tadi bercanda," Livya panik dan beberapa kali meminta maaf padaku.

"WLE! Kena tipu!" Aku tertawa puas.

"Ssssh! Gak lucu tau, gue kaget rasanya mau mati tau!"

"Apaan mau mati, yang mau mati tuh gue kali yang dikagetin lo!"

"Jangan gitu lagi ah, Sa! Beneran lho, gak lucu."

"Iya-iya deh, lebay banget!"

"Biarin!" Livya memelukku erat, "Gue seneng, lo udah kembali kaya dulu!"

****

Aku menatap bangunan sekolah, tinggal menghitung minggu aku akan meninggalkan sekolah ini.

POWER OF LAUH MAHFUDZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang