Seven

11 1 0
                                    

Hari-hariku jadi lebih ber-mejikuhibiniu setelah menjadi pacar Pak Irwan, Yap! Maksudnya lebih berwarna. Ini adalah hari ke-empat bulan jadian, selama empat bulan tidak banyak yang kami lakukan sebagai pasangan pacar. Gak pernah main berduaan apalagi malem-malem, hanya mengobrol dipinggir jalan saat aku menunggu angkot, ngobrol di cafe biasa deket sekolah, teleponan sampe tengah malem, makan bareng dan main ke bioskop itu juga ditemenin sama Livya. Dia selalu siap sedia jika kuajak kemana-mana, dulu dia yang sering ngajak main tapi sekarang aku yang sering ngajak keluar. Katanya, lebih baik mengantarku main daripada dirumah, situasi rumah bikin gak betah!

Pak Irwan tidak pernah macem-macem selama menjadi pacarku, kuharap akan tetap begitu sampai waktunya halal. Katanya, "Aku mencintaimu bukan berarti harus merusakmu, belajar dulu yang bener. Semoga yang diatas berkenan mempersatukan kita sebagai jodoh" semoga saja.. Aku berharap banyak setelah benar-benar jatuh dalam cinta, Ah! ternyata cinta seperti ini. Indah juga, Aku seperti punya penjaga.

Hari minggu ini rencana mau makan di cafe deket sekolah, meskipun sederhana tapi bagiku tempat itu adalah tempat yang paling bersejarah, makannya aku minta disana. Aku menunggu didepan Gang rumahku, kali ini bukan menunggu angkot, tapi menunggu jemputan Kakak. Bukan kak Nico ya, Dia di Turki. Ini Kak Irwan, nama panggilannya bukan lagi Pak setelah sebulan jadian. Yaa meski kadang aku lupa suka manggil Pak lagi.

Aku mengambil ponselku untuk menghubungi Livya, dia harus ikut lah! Harus menyaksikan hari bahagiaku, karena tanpanya aku mungkin tidak akan seperti ini juga, dia teman terbaikku yang kutemukan dibumi ini..

Klik, kutekan kontak yang bernama Jomblo, panggilan sayang untuk Livya, wkwk.

"Hallo, Liv? Jadi ikut nggak?" tanyaku.

"Nggak Niss, maaf gue lagi ada keperluan nih," balasnya pelan.

"Ko gitu? Lo sakit?" tanyaku panik mendengar suaranya yang lesu.

"Ah engga! Gue gak papa, sorry ya gak bisa ikut!" balasnya.

"Gue sirus Liv, lo kenapa?" tanyaku.

"Ini gue serius gak papa, lo sekali-kali nyoba semobil berdua lah Niss, jangan sama gue mulu ntar gue disangka orang ketiga. Orang ketiga setan kan? Haha.. Selamat hari jadi ya udah dulu byebye sayang.." balasnya nada bahagia, Ah aku jadi sedikit lega!

Tut..tut.. suara klakson mobil tepat dihadapanku, seseorang membuka kaca mobil dari dalam lalu tersenyum padaku mengintruksikan aku naik kemobilnya. Kak Irwan!

"Udah?" tanyanya.

"Udah!" balasku.

"Turun lagi!" pintanya.

"Loh, ko turun?" tanyaku sebel dan bingung.

"Jangan dibelakang! Udah kaya naik taxi aja, Haha!"

Plak! Aku menepuk jidatku, iya juga sih kenapa bisa salah begini? Ah, tapikan emang biasanya aku didepan kalo ada Livya ikut. Aku langsung turun dan masuk kembali ke jok depan.

"Livya gak ikut? Tumben, biasanya kamu gak mau kalo dia gak ikut?" tanyanya.

"Katanya ada urusan, tadinya aku juga mau batalin," balasku .

"Kenapa gak jadi dibatalin?" tanyanya, Aku menoleh sinis.

"Kalo mau jadi, Aku turun lagi nih?" balasku ketus.

Kak Irwan diam tidak membalas ucapanku, dia menatapku dan mendekat sangat dekat. Aku hampir saja mau menampar wajahnya dengan tanganku, tiba-tiba tangannya lebih dulu menahanku.

"Jangan Geer! Pasang SeatBeltnya nih!" katanya, sambil menyodorkan SeatBelt padaku.

Aku terdiam, malu juga nih!

POWER OF LAUH MAHFUDZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang