Chapter 13

33 15 0
                                    

Sebuah Foto
.
.
.
.
.

Pukul 22.00 wib, seorang pria berada di balkon  mendududki kursi kayu di temani oleh secangkir coklat panas. Pria itu sesekali menyesap coklat hangatnya seraya melihat lampu-lampu yang menghiasi danau yang berdekatan dengan tempat tinggalnya.

Dia menaruh cangkir berwarna putih yang di ukir bunga cantik berwarna emas di meja.
Pria itu mengeluarkan dompetnya mengambil foto yang tersimpan didalam dompetnya.

Dia melihat foto masa kecilnya yang bahagia bersama orangtuanya dan juga sepupunya. Sedari kecil, dia hanya mendengar cerita dari Papahnya.

Dia lupa kejadian apa yang terjadi pada dirinya sebelumnya.

Apakah sepupunya baik-baik saja. Atau malah sebaliknya.

Terasa getaran dari saku bajunya,dia mengambil ponselnya. Melihat nama pemanggil 'Ryan' dia menerima panggilan tersebut.

"Halo, Gibran."

"ya, ada apa Yan?."

"besok lo sibuk engga?."

"hmm,engga sih. Ada apa emangnya?."

"ada yang mau gue omongin."

"oh, oke. Jam 10 gue tunggu di warung kopi biasa."

"Oke."

Ryan memutuskan panggilannya. Gibran memasukkan ponselnya kedalam saku bajunya kembali.

***

Rita menatap langit-langit kamarnya,wanita itu tampak merindukan kedua orangtuanya yang telah tiada. Entah, malam ini Rita ingin sekali menceritakan sesuatu pada ayah dan ibunya seandainya mereka ada disini.

Ayah, Ibu, Rita merindukan kalian.

Suara nada dering terdengar keras, membuat Rita meraih ponselnya yang berada disisinya.

Dia menerima panggilan itu.

"Assalamualaikum, Rita." ucap dari pemanggil telphone.

"Sintyyyaaa...walaikum salam." jawab Rita sedikit mengerang.

"pulang dong, Rit." ucap Sintya dari telphonenya.

"Ahhh...besok pulang. Siapin gorengan oke?."

"Oke, bos."

"Sin, gue tidur ya." ucap Rita menguap mehan kantuknya.

"oke, selamat malam Rita."

"Selamat malam my sister." ucap Rita lalu memutuskan panggilan.

***

Pukul 08.00 wib, Alarm berbunyi. Membangunkan seorang pria yang sedangkan meringkuk di balik selimutnya.

Pria itu terbangun dengan mata yang masih terpejam, tangannya meraba-raba mencari jamnya. Dia meraih jamnya lalu mematikan alarm yang menganggu. Dia melanjutkan kembali tidurnya.

Baru 5menit tertidur. Baru memulai mimpi. Ponselnya berbunyi, membuat pria itu mendecak kesal. Dia meraih ponselnya lalu menerima panggilan tanpa melihat sipenelphone.

"Ini masih pagi." dengus Ryan.

Terdengar hembusan nafas dari telphonenya, "Ryan, ini pagi. Ayam saja sedang makan." ucap dari telphonenya.

"gue engga peduli." sungut Ryan dengan nada mengantuk.
"siapa ini?."

"aihhhss... Gue Rita."

Ryan yang mendengar nama itu langsung terlonjak dari tempat tidurnya.
"Oh, Rita." ucapnya kini terdengar segar. Padahal menahan kantuk.

"sampai jam berapa kemarin?." tanya Rita.

"jam 7malem." jawab Ryan.
"lo lagi apa?." tanya Ryan.

Ryan tersadar. Menjauhkan ponselnya dari telinganya. Dia memukul kepalanya. Bodoh. Bodoh. Kenapa bertanya seperti itu. Seolah mereka sudah kenal lama.

Dia mendekatkan kembali ponselnya pada telinganya. "ya, ta?."

"Ryan, gimana soal lowongan kerja?." tanya Rita.

Ryan melirik jamnya sudah pukul 08.15.
"gue belum tanya ke orangnya. Nanti kalau ada lowongan gue kabarin."

"oh, oke."
"yaudah, gue tutup ya. Gue mau beres beres barang."

"lo beres beres barang?." tanya Ryan penasaran.

"gue mau ke tangerang. Jaga kedai kopi." jawab Rita.

"oh." imbuh Ryan di iringi oleh tawa.
"gue kira lo mau kemana."

Rita tertawa, "yaudah, gue tutup ya." katanya

"bentar!."

"ada apa?."

"lo pulang naik apa?." tanya Ryan kini bernada sedikit tegas namun lembut.

"kopaja."

"gue jemput ya. Biar irit ongkos."

"eh...engga usah."

"jam 1 gue jemput." ucap Ryan lalu memutuskan panggilannya.

Ryan menaruh ponselnya di meja. Dia membuka lemarinya memilih handuk yang akan di pakainya.

***

"Ada masalah apa kali ini?." tanya Gibran. Pria itu menyilangkan kakinya seraya menyenderkan tubuhnya pada kursi.

Ryan menyesap kopi lalu menaruh gelas itu pada meja. "bukan kali ini." sahutnya.

Gibran menyerngitkan keningnya,berpikir. "proyek game baru?." tebaknya.

Ryan menggeleng, "No."

Kali ini pria itu salah.

Gibran meraih kopi mokanya,menyesapnya. Matanya menatap Ryan.

"lo ada lowongan kerja?." tanya Ryan sedikit mempelankan suaranya.

Gibran terkejut mendengar ucapan Ryan,kopinya tertumpan mengenai kemejanya.
Dia menaruh gelas itu keatas meja lalu mengambil lembaran tisu untuk membersihkan tumpahan kopi.

"ada. Buat siapa?."

"temen." tegas Ryan.

Setau Gibran temannya jarang dekat dengan orang lain selain dirinya dan Verona.

"temen?." tanya Gibran tak yakin.

Gibran melihat pakaian yang di kenakan Ryan.

"lo engga ke kantor?." tanya Gibran.

Aneh. Ryan dulu sangat apik dengan pekerjaannya.

"Engga. Udah seminggu gue engga ke kantor." imbuhnya.

Dulu, dia begitu fokus pada pekerjaan. Siapa orang ini yang membuat Ryan seperti ini?.
Pakaian jaket kulit hitam di padukan jeans hitam.

Ryan beranjak dari tempat duduknya.
"gue ada urusan." katanya berlalu begitu saja.

Gibran menyesap kopinya seraya melihat temannya yang kini menyalakan mesin motornya.

When I Meet RitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang