Jangan salahkan aku jika semuanya sudah dimulai. Dia yang meminta, maka dia juga harus menerima semuanya.
Hari-hari yang aku jalani terasa sedikit berbeda sekarang, dengan adanya Ino aku menjadi tidak terlalu fokus pada hubungan Hinata dan Naruto. Gadis pirang itu selalu saja mengikuti ke mana 'pun aku pergi. Seperti aku tidak boleh lepas dari pengawasannya.
Aku tidak tahu bagaimana keadaan Hinata sekarang. Terakhir kali kami bertemu, dia tidak jadi membahas soal dirinya karena masalah Ino. Hingga saat ini aku masih penasaran, sebenarnya apa yang ingin dia ceritakan padaku.
Sekarang aku duduk di salah satu meja kantin kampus ditemani secangkir kopi hitam. Rencananya aku akan bertemu Hinata pagi ini, dia memintaku untuk menemani sekaligus membantunya mengerjakan tugas kuliah. Aku sendiri tidak keberatan, karena bantuan yang Hinata maksud selalu berhasil membuat perutku kenyang.
Tentang Ino? Aku menyuruhnya agar dia tidak ikut campur kali ini, yaa~ dengan sedikit ancaman. Jika tidak dengan itu, aku yakin dia pasti tetap bersikeras.
"Sasuke-kun?"
Hinata tersenyum lembut padaku seperti biasa, membuatku membalasnya dengan guratan tipis yang mungkin tidak bisa disebut senyuman bagi sebagian orang. Dia datang dengan menggunakan sweater dan celana jeans hitam, rambutnya dibiarkan tergerai terlihat sangat cantik. Senyumanku semakin lebar saat dia duduk di depanku, sambil membuka kotak makan yang dia bawa.
"Ini untuk Sasuke-kun. Aku sudah memperbaiki resepnya, kuharap rasanya lebih baik."
Hinata mendorong kotak bekal berisi kue coklatnya padaku. Terlihat sangat manis, membuatku sedikit meringis karena rasa itu tidak cocok untuk lidahku. Aku tersenyum kecut saat menyadari bahwa ternyata Hinata sama sekali tidak mengenalku.
"Kenapa? Ayo coba, Naruto-kun bilang kemarin rasanya kurang manis. Aku sudah memperbaikinya, sekarang aku ingin Sasuke-kun yang mencoba."
Ah! Mendengarnya bicara seperti itu semakin membuatku merasa muak melihat kue di depanku. Apa yang aku harapkan? Sudah sangat jelas bukan, jika prioritas utama Hinata adalah bocah Uzumaki itu.
Aku mengambil sepotong kue dan memasukkannya langsung ke dalam mulutku. Rasa manis sangat tidak bersahabat dengan lidahku! Rasanya mulutku seperti terbakar saat merasakan sensasinya.
"Bagaimana?"
Hinata menatapku dengan mata yang berbinar penuh harap. Senyumanku mengembang secara spontan, tiba-tiba saja aku tidak ingin mengecewakan gadis di depanku ini. Aku mengangguk singkat, sambil menelan coklat itu dengan susah payah.
"Enak."
"Benarkah?"
"Hn."
"Yokatta!"
Ah! Aku sangat senang melihatnya yang tersenyum bahagia seperti itu. Ada sedikit rasa yang menyeruak dan ingin agar aku menjadi egois, supaya keindahan ini selalu hanya aku yang mendapatkannya. Sayang sekali, kenyataannya Hinata hanya menganggapku sebagai temannya. Tidak lebih.
"Hinata-chan!"
Mataku beralih pada suara menganggu itu. Hh! Bocah kuning itu lagi, selalu saja mengganggu. Dia dengan santainya menarik salah satu kursi meja sebelah dan duduk di samping Hinata dan memunggungiku.
Bodoh sekali, seharusnya aku tadi ajak Ino saja kemari. Membuktikan bahwa aku juga bisa berbuat dan menuruti satu hal yang selalu saja Hinata minta dariku—memiliki kekasih.
Aku baru saja akan beranjak dari posisiku, saat Ino datang. Dia berjalan tepat ke arahku dengan wajah manisnya dan menjadi sangat angkuh saat tatapannya bertemu dengan Hinata. Gadis itu berdiri tepar di sampingku, berusaha menunjukkan jika hubungan kami benar-benar serius pada Hinata.
"Sasuke-kun, kau sudah selesai? Aku menunggumu."
Ino berujar dengan nada manjanya. Tangannya tidak tinggal diam, dia sesekali mengelus pundakku dengan tatapan mata mengarah pada Hinata. Entah bagaimana, tapi aku menyukai gelagatnya kali ini. Hinata yang ada di sebrang kami, sama sekali tidak fokus pada ucapan kekasih di depannya dan malah mencuri pandang padaku dan Ino.
"Kue coklat? Kau memakan ini? Bukankah kau tidak suka manis, Sasuke-kun?"
Pertanyaan dari Ino mengundang tatapan Hinata lebih kontras. Gadis berambut indigo itu langsung menatap kue coklatnya yang Ino tadah dan mataku secara bergantian.
"Aku hanya mencicipinya."
"Tapi, kau sangat membenci makanan manis."
Aku menarik tangan Ino agar meletakkan kotak bekal Hinata ke tempat semula. Dia bisa jadi sangat gila hanya karena masalah sepele seperti ini.
"Hei! Hyuuga! Kau bilang kau sahabatnya. Tapi, kau sama sekali tidak mengenalnya! Sahabat macam apa kau ini?"
Gadis gila ini!
Benar-benar di luar dugaanku, ini hanya masalah sepele untuk apa dia— Kami-sama!! Terkutuklah kau Yamanaka!
"G-gomen, k-kukira—"
"Sudah, Hinata. Jangan dengarkan dia."
Aku langsung mencengkeram kuat tangan Ino, tanda agar dia berhenti. Sempat berontak, aku menatapnya dengan tajam seolah akan menghabisinya. Naruto yang melihat drama singkat tadi hanya duduk sambil bersilang kaki seolah menikmati semuanya. Dia benar-benar brengsek.
"Sebaiknya kita pergi."
Aku menarik Ino agar mengikuti langkah lebarku. Gadis ini harus diberi sedikit pelajaran agar tidak seenaknya pada Hinata.[]
A/n:
Berasa makin ancur tulisanku(╥_╥)
Sankyuu buat kalian yang vote&komen di chap sebelumnya❤
Doakan aku selalu dapet semangat buat nulis y? :')Jyaa❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Badbye✔ [SasuHina]
FanfictionAku yang merelakanmu dengannya atau Aku yang harus berjuang untuk mendapatkanmu?❤ Disclaimer ; Naruto©Masashi Kishimoto WARNING!⚠ BAD ENDING⚠